Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bukan Rupiah, Warga Magelang Gunakan Mata Uang Ini untuk Alat Tukar di Pasar Kebon Watu Gede

Dalam bahasa jawa, mereka memberikan ucapan selamat datang kepada pengunjung dan menawarkan ' Benggol', mata uang khusus.

Editor: Indry Panigoro
Google
Ilustrasi Rupiah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Jika anda sedang berjalan-jalan di Kabupaten Magelang, tidak ada salahnya untuk dapat berkunjung ke Pasar Kebon Watu Gede di Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.

Pasar ini menawarkan nuansa wisata yang berbeda dengan memadukan wisata kuliner, wisata alam, wisata seni dan kebudayaan tradisional.

Sesaat memasuki Pasar Kebon Watu Gede, pengunjung disambut hawa sejuk pegunungan.

Suasana di sana begitu asri, rumpun bambu dan rimbun pepohonan merindangi segenap penjuru pasar yang terletak di jantung desa yang terhimpit di lahan persawahan yang hijau membentang.

Seperti kembali kepada masa lalu saat masuk ke dalam pasar ini.

Baca: Update Jumlah Korban dan Kerusakan Fisik Pasca Tsunami, Sutopo: 281 Orang Tewas, 1.016 Luka-luka

 

Pertama di pintu masuk, pengunjung disambut oleh para 'pegawai' pasar yang mengenakan pakaian tradisional jawa kuno.

Dalam bahasa jawa, mereka memberikan ucapan selamat datang kepada pengunjung dan menawarkan ' Benggol', mata uang khusus.

a
Benggol sebagai ganti alat pembayaran Pasar Kebon Watu Gede (Tribunjogja.com | Rendika Ferri K)

Di pasar ini memang rupiah kesannya tak laku, karena mereka menggunakan Benggol sebagai ganti alat pembayaran.

Seperti pasar-pasar kuno dahulu yang menggunakan mata uang kuno untuk melakukan jual-beli, sama halnya di Pasar Kebon Watu Gede ini.

Blongkeng ini ditukar dengan beberapa rupiah. Jika tak habis dibelanjakan dapat disimpan untuk digunakan saat pasar selanjutnya.

Pantauan Tribunjogja.com, beragam kuliner jadul dijual di pasar ini, mulai dari makanan tradisional seperti Clorot, Sengkulun, Kluban, Buntil, Sego Jagung, sampai berbagai macam olahan ketela Gethuk dan kawan-kawannya.

Minuman tradisional juga ada di sini.

Ada wedang uwuh, wedang jahe, selendang mayang, dawet ayu dan makanan lain yang mulai jarang ditemui di masyarakat.

Dekorasi pasar pun kental nuansa tradisional. Lapak pedagang menggunakan gubuk, bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu. Mejanya terbuat dari bilahan bambu yang ditatah dan direntangkan.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved