Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jangan Salah Kaprah, Ternyata Rokok Elektronik Memiliki Tingkat Bahaya yang Lebih Tinggi!

Sifat adiktif nikotin dalam rokok elektrik atau yang kerap kita sebut dengan vape ternyata memiliki dampak cukup mengkhawatirkan pada otak.

Editor: Siti Nurjanah
lifestyle.kompas.com
Rokok elektronik berbahaya bagi remaja, 3,6 juta remaja di Amerika Serikat mengkonsumsi rokok elektronik secara reguler dilansir cdc.gov Senin (17/12/2018) 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sifat adiktif nikotin dalam rokok elektrik atau yang kerap kita sebut dengan vape ternyata memiliki dampak cukup mengkhawatirkan pada otak.

Hal ini pun menjadi perhatian bagi para ahli kesehatan karena tren vape di kalangan remaja tersebut menjadi masalah baru karena jadi candu.

"Tidak ada yang cukup yakin apa yang harus dilakukan oleh mereka yang ingin berhenti, karena ini semua masih baru," kata Ira Sachnoff, presiden Peer Resource Training and Consulting, lembaga yang fokus pada peningkatan literasi kaum remaja terkait dampak buruk merokok dan vaping di San Fransisco seperti yang dilansir Tribunwow.com dari  New York Times.

Sampai saat ini permasalahan rokok elektrik masih terfokus pada bagaimana menjaga produk tersebut jauh dari anak di bawah umur.

Sementara di lain sisi, kecanduan nikotin di kalangan remaja yang sudah menggunakan produk tersebut tidak begitu diperhatikan.

Baca: 7 Warna Rambut yang Akan Booming Banget di Tahun 2019, Mana Kesukaan Kamu?

Hingga saat ini, tidak ada ilmu pasti ataupun pengobatan yang dapat membantu orang-orang yang kecanduan untuk berhenti menggunakan produk nikotin tersebu.

Ironisnya, rokok elektrik sendiri awal mulanya tercipta untuk membantu orang dewasa berhenti merokok.

Namun belakangan, vape justru digunakan oleh para remaja yang belum pernah merokok dan sekarang mereka harus berjuang untuk berhenti dari kecanduan rokok elektrik tersebut.

Senin (17/12/2018) lalu, Monitoring the Future, survei tahunan penggunaan narkoba remaja Amerika yang disponsori National Institute on Drug milik pemerintah federal Amerika dan dilaksanakan oleh Universitas Michigan, melaporkan bahwa penggunaan rokok elektrik pada remaja melonjak pada tahun 2018.

Menurut sebuah penelitian pemerintah Amerika Serikat yang dirilis bulan lalu melalui cdc.gov, 3,6 juta siswa sekolah menengah ke atas di Amerika Serikat sekarang sudah melakukan kegiatan vaping secara teratur.

Terapi untuk membantu remaja agar berhenti menghisap rokok elektrik sangan dibutuhkan, kata Marina Picciotto, seorang ahli syaraf dari Universitas Yale yang juga merupakan pimpinan dari Society for Research on Nicotine and Tobacco seperti yang dilansir tribunwow.com dari nytimes.com.

"Saat kamu memenuhi dirimu dengan nikotin, zat itu akan mengganggu perkembangan tubuh," kata Dr. Picotto.

Para psikiater juga mengatakan bahwa nikotin dapat membentuk kondisi kesehatan mental namun di sisi lain juga dapat menyebabkan hiperaktif, depresi dan menimbulkan kecemasan.

Baca: Berikut 5 Tips Belanja Hemat Agar Tetap Bisa Menabung untuk Biaya Nikah

Terkait terapi menghentikan remaja untuk vaping, perlakuannya pun tidak dapat disamakan dengan terapi untuk menghentikan perokok.

Karena pada kasus menghentikan perokok  jumlah nikotin yang dihisap dalam setiap batangnya sedangkan rokok elektronik tidak.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved