Hari HAM Sedunia
Hari HAM Sedunia, Berikut Kasus-kasus Pelanggaran HAM Berat di Masa Lalu
Hari HAM Sedunia, Berikut Kasus-kasus Pelanggaran HAM Berat di Masa Lalu
TRIBUNMANADO.CO.ID - 10 Desember merupakan hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia,
Peringatan ini rutin dirayakan setiap tahunnya oleh banyak negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Sejarah Hari Hak Asasi Manusia pada bagian akhir artikel ini.
Tapi bagaimana penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia (HAM) hingga peringatan Hari Hak Asasi Manusia 2018?
Baca: Fakta-fakta Gelaran Liga 1 2018, Isu Pengaturan Skor hingga Pemukulan Anak Menpora
Beberapa kasus pelanggaran HAM berat masa lalu belum juga menemukan titik terang terkait penyelesaiannya.
Sampai saat ini, masih ada tujuh kasus pelanggaran HAM berat masa lalu yang ‘tertahan’ di Kejaksaan Agung (Kejagung).
Tujuh kasus itu Tragedi 1965, Penembakan Misterius 1982-1985, Peristiwa Talangsari di Lampung 1989, Kasus Penghilangan Orang secara Paksa 1997-1998.
Baca: 6 Napi Pembunuh yang Masih Buron Setelah Kabur dari LP Banda Aceh, 2 Divonis Mati
Kerusuhan Mei 1998, Penembakan Trisakti, Tragedi Semanggi I, dan Tragedi Semanggi II (1998-1999), serta Kasus Wasior dan Wamena di Papua (2000). Adapula kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.
Berikut ini catatan terkait konflik dan polemik HAM yang terjadi sepanjang dua dasawarsa terakhir, dikutip dari dokumentasi harian Kompas, Kompas.com, dan sumber kredibel lain:
Pelanggaran HAM Berat 1996-1999
Proses untuk menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto dan rezim Orde Baru terbilang tidak mudah. Ada pengorbanan besar saat menyuarakan protes terhadap Soeharto kala itu.
Aksi demonstrasi yang berujung mundurnya Soeharto dari jabatan presiden dapat dibilang akumulasi ‘kekesalan terpendam’ masyarakat atas sejumlah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi sepanjang dua tahun terakhir kekuasaan "The Smiling General" itu.

Namun, setelah Soeharto jatuh masih saja terjadi sejumlah catatan hitam pelanggaran HAM dalam mengatasi aksi demonstrasi mahasiswa pada 1999.
Aksi represif aparat keamanan disertai penembakan menyebabkan Tragedi Semanggi I dan Semanggi II yang menewaskan sejumlah mahasiswa.
Kerusuhan 27 Juli atau Kudatuli
