Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konsep One Health untuk Pengendalian AMR dan PIB

One Health yang menekankan komunikasi, kolaborasi dan koordinasi lintas sektor lintas disiplin ilmu baik di tingkat lokal dan global.

Penulis: Finneke | Editor: Indry Panigoro
ist
Kementerian lintas sektor, mulai dari Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan organisasi lainnya yaitu FAO, Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) dan Indonesian One Health University Network (INDOHUN) berkumpul di Universitas Brawijaya, Malang pada hari Sabtu (17/11). 

Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Meski tantangan yang dihadapi cukup berat, dalam pertemuan tersebut semua pihak menegaskan ancaman tersebut rmemerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh yang merupakan inti dari pendekatan One Health yang menekankan komunikasi, kolaborasi dan koordinasi lintas sektor lintas disiplin ilmu baik di tingkat lokal dan global.

Dalam pertemuan tersebut, Kementerian Pertanian memaparkan tentang Kebijakan Pengendalian Resistensi Antimikroba di Sektor Peternakan termasuk, Pengendalian Penyakit Infeksi Baru.

Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memaparkan hal yang sama, namun dari sisi sektor kesehatan satwa liar.

Baca: Vicky Respon Usulan Manado akan Jadi Kota Berdoa

Sedangkan YOP menjelaskan tentang Peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan dikaitkan dengan penggunaan obat atau pencegahan infeksi untuk menurunkan laju AMR, sementara INDOHUN juga memaparkan hal yang sama namun dalam konteks peran generasi muda (mahasiswa).

Kementerian lintas sektor, mulai dari Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan organisasi lainnya yaitu FAO, Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) dan Indonesian One Health University Network (INDOHUN) berkumpul di Universitas Brawijaya, Malang pada hari Sabtu (17/11).

Baca: Siaran Langsung PSIS Vs Persib Bandung Minggu Pukul 15.30 WIB, Tonton Live Streaming di Ponsel

Pertemuan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Pekan Kesadaran Antibiotik Se-dunia yang diadakan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya resistensi antimikroba (antimicrobial resistance / AMR), yang pada acara ini juga membahas ancaman penyakit infeksi baru (PIB).

Dalam sambutan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang disampaikan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, drh Syamsul Ma'arif, M.Si mengatakan, sebuah laporan global review yang dirilis pada 2016 menggambarkan model simulasi dimana kejadian resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor 1 di dunia pada 2050.

Di tahun itu, diperkirakan kematian mencapai 10 juta orang per tahun dan angka tertinggi terjadi di Asia.

Baca: Pemkab Bolmong dan IMI Kerjasama Gelar Kejurda Grass Track

Senada dengan kementan, dr. Yulianto Santoso, Dokter Spesialis Anak yang juga mewakili Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, dirinya sering menghadapi pasien yang tidak bisa disembuhkan hingga meninggal dunia karena obat-obatan tidak lagi mempan membunuh kuman penyakit. Perilaku petugas kesehatan yang mudah memberikan antibiotik, termasuk kemudahan masyarakat untuk membelinya dinilai dr. Yulianto sebagai pemicu terjadinya resistensi antimikroba.

Baca: Atasi Gangguan Pencernaan dengan Kunyit!

Sementara itu Kemenko PMK dalam paparanya menyebutkan, para pakar kesehatan hewan dunia telah mengelompokan pathogen (kuman berbahaya penyebab penyakit) dari 3 area, yaitu 1.415 pathogen pada manusia, 372 pathogen pada karnivora domestik (anjing,kuncing, dsb) dan 616 pathogen penyakit pada ternak.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved