Anak Sekolah Minggu Nyanyi ‘Di Doa Ibuku’: Wabup Sangihe Menangis di Depan Jenazah Jessica
Kasus Jessica Aurelia Gisela Mananohas (10), bocah yang diduga dibakar ibu kandung, jadi perhatian banyak orang. Ribuan warga Sangihe.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus Jessica Aurelia Gisela Mananohas (10), bocah yang diduga dibakar ibu kandung, jadi perhatian banyak orang. Ribuan warga Kabupaten Sangihe bahkan Sulawesi Utara ikut mengantar Jessica menuju tempat peristirahatan terakhir, Kamis (25/10/2018).
Mereka mengawal si bocah sejak dari Manado, Pelabuhan Tahuna hingga Desa Pintareng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Massa telah memadati Pelabuhan Tahuna pada Kamis pagi. Banyaknya orang ingin menyaksikan kedatangan jenasah Jessica.
Seperti yang disampaikan oleh Gun T, warga yang datang ke Pelabuhan Tahuna dengan tujuan ingin menyaksikan jenazah korban kekerasan itu.
“Informasi kekerasan anak tersebut sudah menjadi informasi nasional, ada begitu banyak media, baik lokal maupun nasional yang memuat beritanya, sehingga saya juga jadi penasaran ingin melihat penjemputan jenazah,” kata Gun, Kamis kemarin.
Dengan menggunakan Kapal Motor Venencian, sekira pukul 04.19, tiba di Pelabuhan Tahuna. Nampak sejumlah warga baik orang tua maupun anak muda, terus berdatangan ingin melihat langsung kedatangan jenazah Echi, sapaan almarhum.
Kata Anto, warga Kecamatan Tamako, dia juga merasa penasaran sehingga datang ke Pelabuhan. “Karena peristiwa seperti pembakaran dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya merupakan barang langka di Sangihe. Karena memang ini baru pertama, sehingga wajar menjadi perhatiann dari warga Sangihe,” katanya.

Anak Rajin
Menjelang pemakamanan, Dusun Kawiwi tempat jenazah disemayamkan semakin ramai. Ribuan orang berduyun-duyun ke lokasi.
Mereka berasal dari berbagai kampung di Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, serta warga Kecamatan Tabukan Selatan. Ini merupakan sebagai bentuk rasa sepenanggungan atas meninggalnya anak yang dikenal rajin bekerja itu.
Meskipun masih tergolong anak yang masanya suka bermain, namun Jesica tidak sejatihnya terus menerus dapat bermain dengan teman seusianya.
Setiap hari harus berjualan pisang goreng di Kampung Pintareng. Hal ini terungkap dari cerita teman-teman yang juga merupakan anak-anak sekampung dengan dia. “Jessica anak yang sangat rajin. Sore-sore sering jualan pisang goreng,” kata Marvin, teman korban, Kamis kemarin.
Saat berjual pisang goreng sore hari, Jessica selalu ditemani adiknya bernama Dave Mananohas yang masih duduk dibangku kelas 2 SD GMIST Sion Pintareng.
Tidak hanya rajin untuk bekerja, Jessika juga ternyata sangat taat beribadah. Setiap kesempatan selalu meluangkan waktu untuk beribadah. “Sering ikut ibadah,” tambah Marvin temannya.
Senada, Cristi teman korban lainnya, terus meneteskan air mata sampai pada penutupan liang lahat. Dia mengantarkan jenazah temannya. “Jessica sangat rajin, saya juga sering membeli jualan pisang,” kata Cristi di ibadah pemakaman.