Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ketika Kopassus Tumpas Pembajak Pesawat Hingga Tewas Dalam Waktu 3 Menit, 'Semua Penumpang Tiarap'

Pasukan antiteror Kopassus tiba di Don Muang pada 30 Maret 1981 dan pesawatnya langsung parkir dalam posisi tidak jauh dar DC-9 Woyla yang dibajak.

Editor:
Kopassus 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Woyla kepunyaan penerbangan Pesawat Garuda Indonesia ada 48 penumpang ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran menuju Bandara Polonia Medan dibajak oleh 5 teroris.

Oleh kelima teroris pesawat sebenarnya akan diterbangkan menuju Lybia, negara yang pada  tahun 1980-an berada  di bawah pimpinan Presiden Moamar Kadhafi dan  dikenal ‘suka membantu teroris’.

Selain itu, jika sudah mendarat di Lybia, para teroris merasa lebih aman karena upaya militer Indonesia (ABRI) untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera jadi makin sulit.

Tanggung jawab untuk mengirimkan pasukan khusus diberikan kepada Letkol Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus).

Singkat cerita 30 personel  pasukan antiteror dari Grup 4/Sandiyudha yang telah menyiapkan diri untuk melakukan operasi pembebasan sandera dikirim ke Thailand menggunakan pesawat DC-9 Garuda pada 30 Maret 1980.

Ilustrasi pasukan Kopassus & operasi pembebasan sandera di pesawat
Ilustrasi pasukan Kopassus & operasi pembebasan sandera di pesawat (Kolase/TribunJabar)

Komandan Tim Antiteror dipimpin oleh Letkol Sintong Panjaitan, dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.

Mengingat kasus pembajakan DC-9 Woyla sudah diberitakan secara internasional di seputar Bandara Dong Muang  ternyata sudah penuh dengan aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media massa.

Televisi nasional  Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung dan kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.

Untuk menghindari tembakan nyasar jika terjadi tembak menembak dengan para pembajak yang bersenjata pistol dan granat tentara Thailand membentuk penjagaan pagar betis sehingga para awak media massa terbatasi gerakannya.

Pasukan antiteror Kopassus tiba di Don Muang pada 30 Maret 1981 dan pesawatnya langsung parkir dalam posisi tidak jauh dar DC-9 Woyla yang dibajak.

Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.

Tapi Sintong ternyata tak mau semua anak buahnya stres dan kelelahan.

Oleh karena itu, ia keluar dari ruangan tempat anak buahnya istirahat  dengan alasan ada yang memanggil.

Operasi Woyla oleh Kopassus
Operasi Woyla oleh Kopassus ()

Sintong juga bilang bahwa operasi pembebasan sandera dibatalkan dan semua pasukan sebaiknya tidur saja.

Padahal semua itu dilakukan oleh Sintong hanya berpura-pura agar semua anak buahnya yang sudah lelah dalam latihan bisa istirahat total dan besok dapat melakukan operasi pembebasan sandera secara optimal.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved