Sebuah Kota di Alaska, Hampir Seluruh Warganya Tinggal di Gedung yang Sama
Begich Towers dihuni 75 persen dari seluruh penduduk kota yang berjumlah 200 orang
TRIBUNMANADO.CO.ID - Begich Towers dihuni 75 persen dari seluruh penduduk kota yang berjumlah 200 orang dan menyediakan hampir semua kebutuhan penting kota tersebut.
Lantai pertama saja memberikan sebagian fungsi dasar kota. Departemen polisi di belakang salah satu pintu, sementara kantor pos di belakang pintu lain.
Baca: Ayahnya Tewas Kecelakaan Alat Berat di Tateli, Januar: Buka Facebook Ternyata Sudah Rame
Berjalan sedikit lebih jauh menyusuri lorong, Anda akan menemukan kantor kota serta Kozy Korner, toko kelontong lokal.
Gedung ini berada di Whittier, Alaska, Amerika Utara. Hanya ada satu jalur terowongan sebagai akses untuk menuju dan keluar Whittier.
Dua gedung terbesar di Whittier adalah Gedung Buckner dan Begich Towers. Keduanya dibangun di bangun dari Perang Dunia II bersama dengan kereta api terkemuka.
Proyek tersebut menghabiskan dana 55 juta dollar AS atau Rp 743,2 miliar yang berfungsi sebagi markas tentara militer terjauh di perbatasan saat Perang Dingin.
Buckner ditinggalkan tujuh tahun setelah konstruksinya selesai. Tentara militer menyadari dengan cepat bahwa mereka tidak punya waktu jika pos berjauhan.
Sejumlah bangunan lainnya yang mengisi lanskap adalah sebuah gimnasium militer besar yang sekarang digunakan sebagai penyimpanan perahu.
Selain itu, ada pula sebuah penginapan yang memiliki tempat pencucian, bar, dan restoran.
Seorang penulis dan fotografer Jen Kinney tinggal di Whittier selama beberapa tahun dan terpesona oleh sebuah kota yang berstruktur fisik aneh namun memiliki efek mendalam pada struktur sosial juga.
Baca: Kisah Vladimir Putin, Mantan Agen Rahasia yang Kerap Bunuh Pengkhianat Negara
Di Begich Towers di Alaska, taman bermain anak pun ada di dalam gedung.
"Ini benar-benar tempat yang paling berpusat pada komunitas yang pernah saya tinggali dalam hidup saya," kata Jen Kinney.
Meski demikian, pada saat yang sama, karena begitu dekat dengan semua orang, Kinney mengaku sering merasa sesak. Ketika dikelilingi oleh semua tetangga, ia juga merasa sangat terisolasi.
"Sulit untuk membayangkan mengapa ada yang ingin tinggal di lingkungan dengan bertemu orang itu-itu saja," kata Kinney. (Arimbi Ramadhiani)