Rabies dalam Perdagangan Daging Anjing
Pedagang Pasok 80 Persen Anjing dari Luar Sulut, Dede Sudah 4 Kali Berobat Rabies
Pasar tradisional yang tersebar di beberapa daerah di Sulut umumnya menjual daging anjing.
Penulis: Finneke | Editor: Alexander Pattyranie
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON – Pria itu menarik nafas dalam-dalam, mengambil ancang-ancang dengan balok kayu yang ia genggam.
Puk, satu pukulan keras menghantam kepala seekor anjing berwarna hitam.
Anjing itu berteriak dengan keras.
Pukulan kedua masih di tempat yang sama, teriakan anjing melemah, darah mulai bercucuran.
Anjing tersebut tak bisa bertahan pada pukulan ketiga.
Pria itu menaruh balok penuh bercak darah itu.
Ia lalu mengambil penyembur api, memasangnya dan membakar anjing itu di lantai.
Setelah memastikan anjing itu tak lagi berbulu, ia mematikan penyembur api, mengangkat anjing ke atas lapak.
Ia mengambil pisau dan mulai memotong kecil-kecil anjing itu.
Ia memasukkan daging anjing itu ke plastik hitam.
Pria itu lalu menyerahkan bungkusan plastik itu pada seorang wanita yang telah menunggunya dari tadi.
Wanita itu lalu memberikan uang Rp 100 ribu pada pria itu.
Usai transaksi, sang penjagal itu membersihkan tangannya, lalu duduk dan melanjutkan lahapan makan siangnya.
Ia tampak senang dagangannya kembali laku seekor.