Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Banjir 2014 Bikin Manado Sulit Raih Adipura, Begini Penjelasan Peraih Beasiswa Australian Award 

Permasalahan sampah menjadi permasalahan semua dan membutuhkan dukungan semua pihak dalam penanganannya.

Penulis: Finneke | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN
Marlon Kamagi saat presentasi pada Selasa (27/2/2018) 

​Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Marlon Kamagi, Penerima beasiswa Australian Award bertajuk Sustainable Tourism for Regional Growth 2017 membuat project soal bank sampah di Kota Manado.

Menurutnya, permasalahan sampah menjadi permasalahan semua dan membutuhkan dukungan semua pihak dalam penanganannya. Sampah kota yang dihasilkan dari rumah-rumah, kawasan bisnis, perhotelan, pasar tradisional.

"Dan sikap tidak bertanggungjawab dari orang-orang yang masih membuang sampah sembarangan menjadi tantangan bagi pemerintah kota Manado dan kabupaten kota lainnya di Sulawesi Utara," ujarnya saat ditemui di Grand Luley pada Selasa (27/2/2018) 

Katanya, dalam upaya mencapai visi menjadi kota cerdas, membutuhkan upaya ekstra cerdas pula untuk mencapai kota yang ramah, dan nyaman untuk dikunjungi dan ditinggali. Aspek kenyamanan sangat ditentukan oleh kebersihan kotanya.

"Sejak banjir bandang yang terjadi pada awal tahun 2014 yang lalu sangat berdampak luas terhadap pengelolaan sampah dan menyebabkan kota Manado kesulitan untuk mendapat penghargaan Adipura karena perubahan pola penanganan di Tempat Pembuangan Akhir Sumompo dari Sanitary Landfill menjadi Open Dumping," ucapnya.

Volume sampah Kota Manado per hari mencapai 200-300 ton, dikelola berbasis kecamatan dan mengerahkan aparat kelurahan untuk mengangkut sampah dan dibuang ke TPA. Tahun 2017, Pemerintah Kota Manado mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 40 Miliar untuk menangani sampah.

"Dana ini digunakan untuk pengadaan kendaraan roda tiga sebanyak lebih dari 500 unit dan disebar keseluruh lingkungan di Kota Manado. Dana ini juga digunakan untuk pembelian beberapa kendaraan angkut berupa ambrol, truck sedang hingga dump truck dan disebar ke seluruh kecamatan dengan proporsional termasuk biaya operasional tenaga pengangkut sampah," tuturnya.

Penerima beasiswa Australian Award bertajuk Sustainable Tourism for Regional Growth 2017 menggelar pertemuan di Grand Luley, 27 Februari hingga 1 Maret 2018.

Agenda dalam pertemuan ini untuk mempresentasikan project beasiswa dari Pemerintah Australia yang telah berjalan sejak Agustus 2017. Ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan ini.

Ada 30 penerima beasiswa yang ikut dalam kegiatan ini. Semuanya datang dari Indonesia Timur. Dari Sulawesi Utara ada empat penerima beasiswa ini di antaranya Prof Bet Lagarense, Marlon Kamagi, Franky Runtukahu dan Natasha Takaindengan.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved