Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Edisi Minggu History

(History) Negeri Tandurusa, Bermula dari Perkebunan ‘Tanduk Rusa Cabang Enam’

Masyarakat kelurahan yang terletak di Kecamatan Aertembaga ini menjunjung indahnya semboyang 'Torang Samua Basudara'

Penulis: | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO/WARSTEF ABISADA
Kelurahan Tandurusa di Kota Bitung 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Kelurahan Tandurusa di Kota Bitung bisa menjadi potret kerukunan di Sulawesi Utara.

Masyarakat kelurahan yang terletak di Kecamatan Aertembaga ini menjunjung indahnya semboyang 'Torang Samua Basudara'

"Sejak kampung ini ada, masyarakatnya selalu hidup rukun dan damai meski berbeda suku, ras, dan agama. Yang Kristen maupun Muslim, dapat hidup berdampingan satu sama lain untuk saling membantu jika ada yang membutuhkan pertolongan,'' kata Mayor (Lek Purn) Piet Pontoh kepada Tribun Manado, Kamis (9/11/2017).

Pria kelahiran Kota Bitung pada 1942 silam tersebut menuturkan, secara administrasi pemerintahan di Kelurahan Tandurusa dimulai sejak tahun 1967.

Ketika itu yang dipercayakan menjadi Hukum Tua adalah Paul Ruata yang menjabat sejak 19 Februari 2017 1954 hingga 30 September 1967.

Hukum tua berikutnya adalah Melky Seba (1 oktober 1967-8 Juni 1969), Salmon Ganap (9 Juni 1969-4 Desember 1981), ET Sanda (15 Desember 1981-18 Januari 1988), Alexius Tindage (1988-1991), Y Tahulending (1991-2000).

Selanjutnya, Ruddy Koyongian (2000-2002), L. Mandiangan (2002-2003), Andris Petangseke (2003-2006), SLH Ekner Mora (2006), Ejensi Tatambihe (2006-2013) dan Patrick Suharto dari tahun 2013 hingga sekarang.

Nama Tandurusa menurut Pak Tune, sapaan akrab pensiunan TNI Angkatan Udara itu  dikukuhkan oleh pemerintah berawal dari survei lokasi perkebunan.

Dari informasi yang disampaikan pendahulunya, survei perkebunan dilakukan pada tahun 1939 oleh Hukum Tua Bitung kala itu lewa jalur laut.

Saat tiba di lokasi dengan menggunakan perahu, dari laut, mereka melihat penampakan seperti Tanduk Rusa bercabang enam yang terbentuk dari pohon-pohon besar (hutan).

`'Sejak itu setiap kali mereka hendak pergi ke perkebunan, selalu mereka menyebutnya perkebunan Tandurusa hingga dikukuhkan menjadi desa kemudian berubah menjadi kelurahan,'' jelasnya.

Tandurusa yang ketika itu sudah didiami masyarakat yang mengelola kebun sejak tahun 1942, adalah dusun jauh dari Kota Bitung yang kala itu.

"Banyak pergolakan ketika itu karena dalam masa penjajahan, sehingga masyarakat baru bermukim tetap pada tahun 1953. Mereka yang tinggal di kebun-kebun jauh, dibawa kembali ke kampung yang sekarang sudah ada dan hidup dengan penuh kedamaian,'' terangnya.

Sejak berdiri 63 tahun silam, Kelurahan Tandurusa kini telah berkembang pesat dalam suasana rukun dan damai.

Tiga tempat ibadah, yakni dari Jemaat KGPM Siloam, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, dan Masjid Al-Fajar berdiri berdekatan satu sama lain.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved