Edisi Minggu History
(History) Sejarah Terbentuknya Tata Kota Tondano, Ternyata Dibangun Inggris Begini
"Kota Tondano dibangun jauh dari tepi danau dengan jalan‑jalan yang saling memotong sehingga berbentuk kotak‑kotak yang teratur,"
Penulis: Finneke | Editor: Aldi Ponge
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Banyak orang yang tinggal di luar Tondano atau tak terbiasa berada di kota ini mengaku akan tersesat. Karena tata kota yang adalah Ibukota Kabupaten Minahasa ini memiliki banyak lorong.
Bentuk kota yang dibelah oleh Sungai Tondano ini memiki jalanan lurus dan berpetak‑petak. Banyak momen warga menutup jalan karena melaksanakan berbagai kegiatan. Namun hal itu takkan membuat kemacetan, karena banyak jalan alternatif.
Rupanya pembangunan tata Kota Tondano ini hasil kerja sama warga Minahasa dengan pemerintahan Inggris pada tahun 1810, seusai Perang Tondano pada 1808‑ 809, di mana Minahasa melawan pemerintah kolonial Belanda.
"Dalam buku Jessy Wenas ditulis periode Inggris tahun 1810‑1816. Kota Tondano dibangun jauh dari tepi danau dengan jalan‑jalan yang saling memotong sehingga berbentuk kotak‑kotak yang teratur," ujar sejarawan muda, Christian Andre Tuwo.
Kedatangan Inggris di Minahasa tak lepas dari kontestasi dengan Belanda. Warga Tondano mulai tak menyukai kontentasi tersebut. Inggris pun memanfaatkan Perang Tondano‑Belanda untuk mengambil alih penguasaan daerah Minahasa dan Maluku.
Peran Letnan Thomas Nelson
Kedatangan Inggris ini pun terjadi setelah Belanda yang dikuasai Prancis (Napoleon) kalah dari Inggris, sehingga jajahan Belanda termasuk Indonesia diserahkan ke Inggris pada 1810 sampai 1816 di bawah Gubernur Jenderal Raffles.
Saat itu Inggris mengirim Letnan Thomas Nelson ke Minahasa. Nelson kemudian membebaskan Lontoh, Kamasi, dan Tewu kembali ke Minahasa, setelah ditahan di Ternate.
Inggris yang masuk ke Minahasa saat itu lalu melakukan perundingan dengan 26 kepala Walak di Minahasa. Dari pertemuan itu, terjadi kesepakatan bahwa pemuka‑pemuka warga Minahasa harus membantu Inggris untuk menyetok beras.
"Setelah perjanjian itu, dimulailah pembangunan Kota Tondano. Soal siapa yang membangun Tondano, bisa dikatakan Letnan Thomas Nelson karena tidak disebutkan ada letnan lain selama periode Inggris di Minahasa. Inggris di Minahasa hanya seumur Inggris di Indonesia yakni tahun 1810 hingga 1816," ujar Andre.
Beli Senjata Inggris
Sejarawan lainnya, Bode Grey Talumewo mengatakan, dalam hubungan Minahasa dan Inggris kala itu, Minahasa juga membeli persenjataan pada Inggris.
Warga Minahasa yang saat perang Tondano tinggal di Minawanua atau lokasi Benteng Moraya yang sekarang, lalu diminta Inggris untuk kembali ke alun‑alun kota, yang sekarang adalah Lapangan Sam Ratulangi.
Inggris meminta Minahasa jangan lagi tinggal di tepi Danau Tondano dan kembali ke pusat perkumpulan atau yang sekarang adalah Lapangan Sam Ratulangi Tondano dan di SMP Negeri 1 Tondano.
Inggris membangun Kota Tondano dengan jalanan yang lurus. Pembangunan Kota Tondano berlangsung dua tahun dan selesai pada tahun 1812. Kepala Walak Matulandi meresmikan Kota Tondano kala itu. Setelah itu dilakukan pengembangan kota dengan blok‑bloknya. (finnekewolajan)