Tribun Travel
Menyantap Sayok dan Komo yang Hampir Punah di Danau Linow Tomohon
Berlibur ke Kota Tomohon tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi Danau Linow.
Penulis: Ryo_Noor | Editor:
Laporan wartawan Tribun Manado Ryo Noor
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Berlibur ke Kota Tomohon tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi Danau Linow. Menjadi satu di antara daya tarik wisata Kota Tomohon, Danau Linow tak hanya menawarkan pemandangan alam nan indah. Selain keunikan warna permukaan danau yang berubah-ubah, Danau Linow ternyata juga kaya keanekaragaman fauna, sebut saja sebut saja sayok dan komo.
Rasa dingin langsung menusuk tatkala embusan angin bertiup menyergap tubuh ketika berdiri di tepi danau yang terletak di Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon.
Danau Linow sebenarnya berasal dari kata linow, bahasa tua Minahasa. Menurut Rinto Taroreh, budayawan Minahasa, Linow aritnya "genangan air", seolah diam dan tak tahu ke mana airnya mengalir keluar.
Kata yang berhubungan lainnya merujuk arti Linow yakni lenow, yang artinya "sudah terendam air". Dahulu, ada bahasa tua Minahasa yang pengertiannya merujuk ke sebuah danau yakni lilinowen, artinya "genangan air tapi lebih besar".
Tak begitu sulit menemukan Danau Linow. Dari pusat Kota Tomohon hanya butuh berkendara 10 menit sebelum menemukan papan petunjuk menuju danau tersebut.
Danau seluas kurang lebih 34 hektare ini begitu memanjakan mata. Seluas pandang hamparan hijau toska mendominasi warna permukaan danau. Kontras dengan warna biru langit dan putih awan berpadu menjadi sebuah landscpae yang sangat disayangkan bila dilewatkan dengan jepretan kamera foto.
Pancaran sang surya ikut memengaruhi warna-warni permukan danau. Hijau toska, kadang biru, hingga putih sampai kecoklatan membawa keunikan tersendiri Danau Linow.
Lukisan alam ini bukan satu-satunya anugerah Sang Khalik. Danau Linow nyatanya juga menawarkan keragaman hayati melalui faunanya.
Di permukaan danau, pencinta travelling bisa menyaksikan burung belibis atau warga setempat menyebutnya bebek telaga.
Namun kali ini Edisi Minggu Tribun Manado mengulas sayok dan komo, serangga air yang disebut-sebut hewan endemik Danau Linow.
Meski mengandung belerang, danau itu dihabitati oleh spesies ikan, seperti mujair, ikan mas, dan gabus. Sejak dulu Danau Linow menjadi memang sumber penyedia pangan bagi warga setempat, terutama jenis ikan sebagai lauk, namun sayok dan komo merupakan lauk spesial untuk bersantap warga Lahendong.
"Danau Linow bukan hanya pemandangan alamnya; menikmati Danau Linow bisa lewat kulinernya. Bisa coba sayok dan komo goreng dengan saus rica," ungkap Hendrik Buang Mende, warga Kelurahan Lahendong.
Sayangnya akses restoran yang menawarkan santapan kuliner sayok dan komo di lokasi wisata tersebut masih terbatas. Satu di antara cara, bisa meminta bantuan warga setempat untuk menyediakan kuliner tersebut.
Sayok dan komo adalah sejenis serangga air Danau Linow. Saat masih kecil, dua serangga itu hidup berenang di permukaan air. Saat tumbuh besar, berubah menjadi serangga bersayap. "Kalau sudah membesar jadi mirip capung terbang ke daratan," ungkapnya.
Dua serangga tersebut hampir mirip. Bedanya sayok lebih besar dibanding komo. Biasanya warga menangkap sayok dan komo yang masih berada di air. Kata Hendrik, untuk menjerat serangga itu dibutuhkan sejenis jala atau disebut sibu-sibu. Namun, untuk sayok dan komo yang sudah besar, bisa ditemukan di sekitar hamparan rumput di tepi danau.