Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Eksekusi Lahan KEK Ricuh, Ibu dan Anak Jadi Tameng! "Kami Butuh Tempat Tinggal, Kami Orang Miskin"

"Masak negara lain masuk bisa dapat tempat tinggal, sementara kami masyarakat Indonesia tidak diberikan tempat tinggal."

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Hari masih pagi. Bahkan matahari masih malu-malu menampakkan diri.

Namun, Jumat (5/2) pagi itu, suasana di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung sudah begitu mencekam.

Ratusan warga yang tergabung dalam Masyarakat Adat Masata (Manembo-Nembo, Sagerat dan Tanjung Merah) menolak eksekusi pengosongan lahan seluas 92,96 hektare yang di atasnya berdiri ratusan rumah untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Warga membentuk barikade. Ibu-ibu dan anak- anak seolah menjadi tameng dengan berdiri di garda terdepan.

Harapannya, mereka mampu ekskavator untuk tidak masuk ke areal kampung, meratakan rumah yang mereka tinggali.

Sementara lebih dari seribu aparat gabungan mulai dari Kepolisian, TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja berjaga-jaga.

Sejak pagi, warga menolak dengan berteriak, membentangkan spanduk penolakan dan menyanyikan lagu-lagu nasional.

"KEK itu untuk kepentingan pihak asing, kami butuh tempat tinggal, kami orang miskin. Masak negara lain masuk bisa dapat tempat tinggal, sementara kami masyarakat Indonesia tidak diberikan tempat tinggal," seru seorang warga.

Namun eksekutor tetap menjalankan rencananya. Tak ayal lagi, aksi saling dorong antara warga dengan Sapol PP pun tak terelakan. Bahkan warga sempat melempari batu ke arah petugas.

Ketika kondisi makin tidak terkendali, terdengar jeritan tangis anak-anak. Mereka ketakutan.

Terlebih ketika petugas serta alat berat berupaya menerobos palang bambu yang dibuat oleh warga. Anak-anak menangis mengajak orangtuanya untuk pergi.

Mereka terlihat takut dengan aksi pembongkaran yang dilakukan oleh petugas.

Joi, seorang siswa SD misalnya, ketakutan melihat orangtua dan keluarganya terlibat dalam bentrok dengan petugas. "Mari jo pulang, pulang jo Pa, pulang jo Ma," tangisnya.

Bahkan anak lain sambil dipeluk nampak terus menangis mengajak pulang. "Pulang, pulang, pulang," tangis anak-anak ini di dalam pelukan orangtuanya.

Tak hanya anak-anak, para ibu pun menjerit histeris. Mereka menangis sejadi-jadinya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved