Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kebakaran Hutan Paksa Satwa Khas Sulut Yaki Tinggalkan Habitat

Kebakaran Hutan Tangkoko, Bitung menyulitkan hewan yang mendiami Cagar Alam ini bertahan hidup.

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO GRAFIS/YUDIAWAN NUGRAHA
Kebakaran hutan Cagar Alam Tangkoko Bitung memaksa satwa khas Sulut Macaca Nigra (Yaki atau Monyet Pantat Merah) tinggalkan habitat. (GRAFISTRIBUNMANADO/YUDIAWAN NUGRAHA) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Kebakaran Hutan Tangkoko, Bitung menyulitkan hewan yang mendiami Cagar Alam ini bertahan hidup.

Tak terkecuali hewan jenis Yaki (Macaca Nigra) atau populer dengan nama monyet hitam pantat merah yang terpaksa turun hingga lokasi Posko Relawan, untuk mendapatkan makanan.

Terpantau hingga, Jumat (2/10), api belum padam di Cagar Alam Duasudara, di mana di dalamnya ada Hutan Tangkoko dan Taman Wisata Alam Batu Putih.

Para relawan pun berusaha melindungi keberadaan beberapa spesies endemik seperti Tarsius Spectrum, Anoa, Burung Paruh Merah dan Yaki.

Sejumlah spesies ini pun semakin mudah dijumpai di sekitaran Posko Induk Manggala Agni di Kelurahan Batu Putih yang menjadi pusat berkumpulnya para relawan.

Apalagi gerombolan Yaki. Mereka sering turun dari tengah hutan ke lokasi Posko induk dan terekam melalui kamera, handphone dan gadget milik relawan.

Meidy Mokalu, relawan mengatakan, saat ini keberadaan Yaki pantat merah selalu tampak di bagian depan, samping dan belakang Posko Induk Manggala Agni.

"Mereka biasanya keluar dari hutan yang sedang terbakar dua sampai tiga minggu sekali untuk mencari makan," ujar Meidy, Jumat.

Para Yaki ini mulai merasa kesulitan memperoleh makanan di tenga hutan, sehingga turun dekat Posko Relawan.

"Kalau mereka sudah turun dari hutan mencari sisa-sisa kelapa yang diparut lalu dibawah lari ke dalam hutan," ujarnya lagi.

Selain datang mencari makanan kumpulan Yaki yang terdiri dari kumpulan 'Rambo' satu, dua dan tiga sering nongkrong diatas beton dan pagar Posko Induk Manggala Agni.

"Jadi Grup 'Rambo' Satu, Yaki yang berukuran besar, 'Rambo' Dua berukuran sedang dan 'Rambo' tiga berukuran kecil. Biasanya antara sesama grup tak bisa berdekatan karena mereka saling menyerang," tukasnya.

Kumpulan Yaki ini selalu datang dengan waktu berbeda.

''Kalaupun bersamaan mereka tak akan berada di tempat saling berdekatan, pasti agak berjauhan, '' ujarnya. (Tribun Manado/Christian Wayongkere)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved