Eksotisme Pulau Mahoro di Sitaro
Pulau kecil tanpa penghuni ini berlokasi di Wilayah Siau Timur Selatan, Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Indonesia.

Pulau Mahoro yang terletak pada koordinat 2°45' 56" LU 125° 24' 13" BT termasuk dalam perkumpulan pulau-pulau kecil dalam kluster Buhias. Untuk mencapainya membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit dengan speedboat dari Kota Ulu, Pulau Siau plus 4 jam dengan kapal cepat untuk wisatawan yang bergerak dari Kota Manado.
Keindahannya terdapat pada keunikan aneka ragam wisata bahari dan situs dari cerita sejarahnya. Keindahannya tersebut bukan hanya di daratan pulaunya tetapi juga pada view bawah laut (underwater) di sekitar bibir pantai. Tak salah jika setiap wisatawan yang bisa mengapai lokasi ini menyebutnya sebagai 'surga baru dunia pariwisata di dunia.'
Hamparan pasir putih mungkin sudah biasa tapi tidak untuk 'paket nirwana' yang ada di Pulau Mahoro. Di pulau ini terdapat pantai pasir putih dengan air biru yang jernih, dangkal dan tidak berarus sehingga tidak menakutkan untuk dijadikan lokasi mandi bagi siapapun termasuk anak-anak.
Terumbu karang sudah bisa ditemui pada kedalaman lebih dari 1 meter dilokasi ini. Lokasi itu berjarak hanya sekitar 3 meter dari bibir pantai Pulau Mahoro.
Untuk lokasi diving (dive spot) di lokasi ini pun ada beberapa dan hampir semua sisi pulau ini cocok dijadikan lokasi snorkling. "Banyak yang belum tahu tentang lokasi ini. Saya yakin jika para dive master pasti akan terkagum-kagum jika sudah melihat keindahan bawah laut di sekitar Pulau Mahoro ini," ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemda Sitaro, Alvianus Marthin kepada Tim Edisi Minggu Tribun Manado.
Semua jenis biota laut ada di lokasi ini. Warga setempat meyakini ikan purba (coelacanth) pun hidup bebas di dalam laut sekitar Pulau Mahoro. Belum sampai disitu, dikawasan ini pula setiap bulan purnama ada banyak penyu yang akan bertelur.
Di pulau Mahoro ini juga terdapat sebuah goa batu yang menjadi lokasi produksi sarang burung walet scara alami tentunya.
Selain burung walet, ada banyak kelelawar yang lalu-lalang di sekitar gua alam yang terdapat di sisi kiri pulau ini. Didalam gua tersebut, jika air surut ada semacam pantai pasir putih buatan dan diatasnya itu tempat burung Walet menghasilkan sarangnya yang sekarang bernilai 15 juta per kilogram.
Di pulau ini konon ada 'penjaganya' yaitu nenek moyang sang pemilik pulau. Adapun dipulau ini sebuah makam berbentuk mahkota dan terletak di dekat pesisir pantai pasir putih di Pulau ini. Warga setempat meyakini orang yang datang dengan niat jahat di Pulau ini tidak akan betah. "Banyak anak muda yang pernah buka tenda (camping ) disini. Selama niat mereka untuk bersantai tanpa mengganggu kawasan ini tentu saja tidak akan ada gangguan apapun. Mistispun itu sebenarnya tidak ada, yang jelas tempat ini memang dilindungi," kata Elias Mohede (67) penjaga Pulau Mahoro.
Masih ada juga bekas benteng Portugis di Pulau ini. Semua serpihan sisa-sisa benteng itu membuktikan ternyata Pulau Mahoro menyimpan banyak sejarah. "Nenak moyang kami yang memberi nama pulau ini Mahoro artinya terdahulu atau terdepan," kata Opa Mohede.(yudith rondonuwu)