Pidato Prabowo di PBB
Serukan Perdamaian di Markas PPB, Pidato Prabowo soal Gaza: Mengakhiri Perang Harus Jadi Prioritas
Berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Prabowo menyoroti soal bencana kemanusiaan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Prabowo menyoroti soal bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina.
KTT tersebut merupakan acara tingkat tinggi yang mempertemukan para pemimpin dunia untuk membentuk konsensus internasional baru tentang cara kita mewujudkan masa kini yang lebih baik dan menjaga masa depan.
Presiden Prabowo Subianto berpidato di Markas PPB di New York, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2025) pagi waktu setempat atau Senin (22/9/2025) malam waktu Indonesia.
Dia mengungkapkan konflik tersebut mengakibatkan ribuan warga sipil harus tewas. Prabowo pun mengutuk atas terjadinya konflik di Gaza tersebut.
"Bencana kemanusiaan yang mengerikan ini terjadi di depan mata kita. Kami mengecam semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa," katanya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa.
Kendati demikian, Prabowo menegaskan Indonesia tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan bagi Palestina imbas digempur Israel selama lebih dari dua tahun.
Namun, dia mengungkapkan Indonesia juga bakal mengakui eksistensi Israel sebagai negara jika Israel turut mengakui kemerdekaan Palestina.
"Kita harus menjamin status kenegaraan Palestina. Namun, Indonesia juga siap menyatakan ketika Israel mengakui kemerdekaan dan status kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui Israel, dan kami akan mendukung seluruh jaminan atas keamanan Israel," tegas Prabowo yang disambut tepuk tangan peserta KTT PBB.
Dia pun mendesak agar pemimpin-pemimpin dunia saat ini turut melakukan apa yang menjadi isi dari Deklarasi New York tersebut demi tercapainya kedamaian antara Palestina dan Israel.
"Deklarasi New York telah menyediakan jalur damai dan adil untuk tercapainya perdamaian. Kemerdekaan harus berarti perdamaian. Pengakuan harus berarti peluang nyata untuk mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan."
"Perdamaian itu harus nyata bagi semua pihak, bagi semua negara. Kami mendesak negara-negara pemimpin dunia untuk mengambil prinsip ini," tegas Prabowo.
Prabowo pun mengapresiasi langkah beberapa negara seperti Prancis, Kanada, Australia, Inggris, dan Portugal yang telah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
Dia mengungkapkan negara tersebut telah melakukan langkah yang benar dan akan dicatat dalam sejarah dunia.
"Pengakuan terhadap negara Palestina adalah sisi yang benar dalam sejarah. Bagi mereka yang belum bertindak, kami katakan sejarah tidak berhenti," ujarnya.
Lebih lanjut, Prabowo pun menegaskan Indonesia turut mengakui Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.
Pengakuan ini, sambungnya, juga demi menghentikan tragedi kemanusiaan di Gaza.
"Kami harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kami," tuturnya.
"Kita harus mengatasi kebencian dan ketakutan. Kita harus mengatasi kecurigaan, kita harus mencapai perdamaian yang diperlukan bagi manusia. Kami siap untuk mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kami bersedia menyediakan pasukan penjaga perdamaian," tuturnya.
Di akhir pidatonya, Prabowo menegaskan dihentikannya konflik di Gaza harus segera terealisasi saat ini juga.
"Perdamaian! Perdamaian sekarang! Perdamaian segera! Kita membutuhkan perdamaian!" tegas Prabowo disambut riuh tepuk tangan dari peserta yang hadir.
Insiden Mikrofon Mati
insiden kecil terjadi saat Prabowo sedang berpidato.
Suara Prabowo tiba-tiba tak terdengar saat sedang pidato.
“Kita siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kita siap menyediakan pasukan penjaga perdamaian…,” kata Prabowo.
Sampai di situ suara Prabowo tak terdengar lagi meski terlihat mulutnya tampak berbicara.
Ternyata mikrofon yang digunakan Prabowo di mimbar PBB ini mendadak mati.
Itu terjadi setelah Prabowo berbicara sekitar lima menit.
Tak lama kemudian seorang perempuan dari arah kiri mendekati Prabowo.
Sejurus kemudian mikrofon Prabowo hidup kembali dan suara Prabowo terdengar.
“Damai, damai sekarang! Damai, segera! Kita butuh perdamaian. Terima kasih banyak,” kata Prabowo mengakhiri pidatonya.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Kementerian Luar Negeri RI menjelaskan persoalan tersebut.
Direktur Informasi dan Media Kemenlu Hartyo Harkomoyo mengatakan mikrofon dimatikan karena Prabowo berbicara lebih dari aturan yang diberikan.
"Berkaitan dengan pidato pertemuan di atas, terdapat rule of procedure bahwa setiap negara mendapat kesempatan lima menit," kata pria yang akrab disapa Yoyok ini dalam pesan singkat, Selasa (23/9/2025) seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut Yoyok apabila pidato lebih dari lima menit, maka mikrofon akan dimatikan dalam video live streaming milik PBB.
"Jadi suara yang tidak terdengar di video/streaming dikarenakan pidato yang lebih dari waktu yang ditentukan," kata Yoyok.
Artikel telah tayang Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.