Musala Ponpes Al Khozyni Ambruk
Sosok Agus Ubaidillah Santri Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Ditemukan Tewas Dalam Keadaan Sujud
Pihak keluarga meyakini santri kelas 3 SMP (setara kelas 9) tersebut wafat dalam kondisi terbaik, yakni saat sedang menunaikan ibadah salat.
Insiden runtuhnya bangunan terjadi saat waktu salat Asar.
Ayah korban menceritakan, jika merujuk pada waktu kejadian, peristiwa itu terjadi sekitar rakaat kedua salat Asar.
Walaupun tidak melihat langsung kondisi jenazah secara detail karena sudah disucikan di lokasi, ayah Agus meyakini anaknya terhimpit reruntuhan saat sedang sujud.
Keyakinan ini diperkuat oleh luka memar di bagian wajah, terutama mulut dan hidung, yang sangat mungkin terjadi karena posisi tertindih saat bersujud.
Agus Ubaidillah merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Pertemuan terakhir pihak keluarga dengan korban terjadi pada hari Sabtu, dua hari sebelum kejadian tragis itu.
Sosok Agus Ubaidillah: Periang dan Murah Senyum
Di mata keluarga, Agus dikenal sebagai sosok yang periang, jenaka, dan suka bercanda.
Bahkan, di akhir-akhir hidupnya, ia memiliki sifat yang cenderung lebih tenang dan banyak senyum.
"Kalau dibilang hanya senyum. Kalau disuru-suruh, kalau dimarahi, kalau keliru, kalau di [marahi] tahu-tahu senyum," kenang sang ayah.
Ia juga dikenal lebih sering senyum ketika dilarang bermain atau ditegur.
Selain itu, Agus juga dikenal memiliki kesukaan pada ayam goreng dan sangat menjunjung tinggi kebersamaan.
"Katanya kalau sudah dikirim itu sudah dimakan bersama," tutur sang ayah.
Ahmad juga menunjukkan kebiasaan santri tersebut untuk berbagi makanan yang dikirim orang tua dengan teman-temannya.
Ayah korban menepis adanya isu yang menyebutkan adanya metode hukuman berupa kegiatan mengecor (konstruksi) bagi santri yang terlambat atau melanggar.
Ia menegaskan, tugas utama para santri adalah belajar, mengaji, salat rutin, dan beribadah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.