TRIBUNMANADO.CO.ID - Heboh seorang anggota Polisi ditemukan tewas di Dusun Nyiur Lembang Dalem, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Minggu (24/8/2025) sekitar pukul 11.30 WITA.
Jarak lokasi temuan korban 17 km dari Kota Mataram, Ibu Kota Provinsi NTB.
Waktu tempuh 28 menit dengan kendaraan bermotor lewat jalan Mataram - Gerung.
Hingga kini penyebab kematian Brigadir Esco Fasca Rely, anggota Intel Polsek Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih diselidiki.
Brigadir merupakan pangkat polisi yang dilambangkan dengan tanda tiga v terbalik dan berwarna perak.
Pria 29 tahun itu ditemukan tewas di kebun belakang rumahnya di Dusun Nyiur Lembang Dalem.
Kondisi jasad terlentang, leher terjerat tali, wajah membengkak dan sulit dikenali.
Petunjuk kasus kematian yakni ditemukan luka bekas benda tumpul.
Lokasi penemuan jasad berjarak 10 meter dari rumah korban.
Setelah proses autopsi selesai, jenazah dibawa ke kampung halaman Brigadir Esco di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah.
Kampung halaman korban berjarak 21 km dari lokasi kejadian yakni di Desa Jembatan Gantung, Lombok Barat, atau waktu tempuh 30 menit dengan kendaraan bermotor lewat jalan Bypass Bandara Int. Lombok.
Brigadir Esco tewas meninggalkan seorang istri yang juga seorang polisi wanita.
Istrinya, Briptu Rizka Sintiyani bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Lembar.
Kasus ini dilimpahkan ke dari Polres Lombok Barat ke Polda NTB.
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda NTB mengungkap, kondisi mayat Brigadir Esco Fasca Rely anggota polisi yang ditemukan di kebun milik warga.
Direktur Reskrimum Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat, menyatakan penyebab kematian terungkap setelah hasil autopsi keluar.
"Ada luka, nggak ada (anggota tubuh hilang) luka saja, itu hasil visum luar."
"Kita lihat hasil autopsi seperti apa, kemungkinan ada indikasi kekerasan atau seperti apa kita lihat nanti," ungkapnya, Senin (25/8/2025), dikutip dari TribunLombok.com.
Petugas kepolisian meminta warga tak berspekulasi sebelum terungkap penyebab kematian korban.
Mertua Brigadir Esco, Saihun selaku orang yang pertama kali menemukan jasad yakin Brigadir Esco tidak mengakhiri hidup.
“Korban ini baik, ndak ada musuhnya di sini, apalagi sama istrinya, ndak pernah saya lihat dia berkelahi, jadi kami di keluarga ini tidak percaya kalau dia meninggal bunuh diri,” bebernya.
Menurutnya, posisi tergantung korban janggal tidak menunjukkan adanya bunuh diri.
“Ini saya yang pertama kali menemukannya, dia dinyatakan hilang sudah sejak hari Selasa (19/8/2025), kalau saya nggak cari ayam saya yang hilang saya nggak akan tau kalau ada mayat yang ternyata dia (Brigadir Esco) di kebun, kita dari keluarga juga sudah mencarinya sampai kita hubungi keluarganya juga di Bonjeruk Lombok Tengah,” imbuhnya.
Pihak keluarga berharap kasus kematian Brigadir Esco dapat segera terungkap.
“Apapun hasilnya ini kita terima, kalau murni gantung diri ataupun dibunuh, kita harap pihak kepolisian bisa bekerja dengan sebaik baiknya, kami percaya pihak kepolisian, mengingat anak kami juga merupakan anggota yang saya yakin ia baik orangnya,” tandasnya.
Fakta-fakta Brigadir Esco Ditemukan Meninggal
Jasad Ditemukan Mertua
Mertua korban, H Saiun adalah orang pertama yang menemukan jasad korban, yang saat itu, ia tengah mencari ayam miliknya yang hilang.
Penemuan ini kemudian segera dilaporkan Saiun ke Kepala Dusun (Kadus) setempat, yang selanjutnya diteruskan kepada pihak Polres Lombok Barat.
Saiun mengaku sangat terkejut setelah identifikasi menunjukkan mayat yang ia temukan dalam keadaan terikat, membengkak, dan wajah hampir tidak dikenali itu ternyata adalah menantunya yang sudah hilang kontak sejak 19 Agustus 2025.
Istri Brigadir Esco Tak Pernah Lapor Kehilangan
Kepala Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Suhaimi mengaku tidak pernah mendapatkan laporan tentang hilangnya Brigadir Esco, baik dari pihak keluarga korban maupun dari Kepala Dusun (Kadus) setempat.
"Istrinya nggak pernah lapor kalau suami belum pulang. Dan ndak pernah dia lapor kasih tau tetangga atau kadusnya," kata Suhaimi dikonfirmasi TribunLombok.com, Senin (25/8/2025).
Suhaimi mengatakan, pihak desa mengetahui adanya penemuan mayat justru dari warga.
Suhaimi yang masih berada di sawah langsung menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).
"Saya dapat kabar pertama kali itu mau jam 04.30 Wita, saya ke sini dari sawah saya lari ke sini (TKP penemuan korban),” katanya.
Lokasi penemuan mayat adalah kebun milik masyarakat luar desa.
Kebun itu juga jarang dikunjungi warga lantaran merupakan milik pribadi.
"Sesekali warga kalau ke sana cuma untuk cari kayu bakar saja, tapi memang jarang-jarang ada warga yang ke sana akhir-akhir ini," ungkap Suhaimi.
Keluarga Minta Bantuan Dukun
Brigadir Esco hilang kontak sejak 19 Agustus 2025.
Keluarga sempat berupaya mencari tapi tak juga membuahkan hasil.
Keluarga bahkan sempat meminta bantuan dukun.
"Saya bersama istrinya juga sempat mencari keberadaannya (Brigadir Esco), sampai kami sempet pakai dukun, tapi tetap nggak ketemu," kata Suaib, mertua korban.
Tak Tercium Bau di Sekitar Lokasi
Meski mayat korban terlihat membusuk, warga sekitar lokasi kejadian mengaku tidak pernah mencium aroma tak sedap di sekitar lokasi.
"Ndak ada bau busuk itu, baunya itu keluar saat (mayat Brigadir Esco) sudah ketemu, itu kemarin nggak ada, apalagi ini (TKP) dekat rumah," ucap Anisah, warga yang tinggal sekitar 10 meter dari lokasi penemuan mayat, Senin (25/8/2025).
Anisah, yang tinggal sendiri karena suaminya sedang merantau ke Sumbawa, juga tidak mendengar suara mencurigakan sebelumnya.
Padahal, lokasi penemuan mayat berada persis di belakang rumahnya.
Tidak adanya bau busuk maupun tanda-tanda lain membuat warga curiga, kematian Brigadir Esco bukan disebabkan oleh bunuh diri seperti santer beredar.
"Kalau ada bau pasti kita curiga, ini nggak ada sama sekali, apalagi katanya kan sudah membusuk," katanya.
Menurut Anisah, kebun tempat jenazah ditemukan juga jarang dikunjungi warga karena merupakan lahan milik pribadi masyarakat luar desa.
Selama ini dirinya juga tidak pernah berinteraksi langsung dengan almarhum Brigadir Esco.
"Sosok almarhum ini nggak pernah saya berinteraksi, karena memang saya juga jarang keluar, saya nggak tau orangnya, dia jarang di rumah juga, dia setiap hari pergi piket saja,”
ujarnya.
Ada Luka dan Bekas Hantaman Benda Tumpul
Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat, menyebut hasil visum luar menunjukkan adanya luka di sekujur tubuh korban.
"Ada luka, nggak ada (anggota tubuh hilang) luka saja, itu hasil visum luar," kata Syarif.
Syarif menyebut pihaknya menunggu hasil autopsi untuk memastikan apakah ada unsur kekerasan atau penyebab lain.
"Kita lihat hasil autopsi seperti apa, kemungkinan ada indikasi kekerasan atau seperti apa kita lihat nanti," jelasnya.
Autopsi telah dilakukan di RS Bhayangkara Mataram, namun hasil resminya masih belum diterima dari tim dokter forensik.
Selain luka-luka, visum juga menunjukkan adanya bekas hantaman benda tumpul di beberapa bagian tubuh korban.
Syarif menambahkan, besar kemungkinan penanganan kasus ini akan diambil alih oleh Polda NTB.
"Kemungkinan besar akan diambil alih, ditarik ke Polda," katanya.
Tentang Lombok Barat
Adalah kabupaten di Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Ibu kota Lombok Barat berada di kecamatan Gerung.
Wilayah Kabupaten Lombok Barat berbatasan dengan beberapa kota & kabupaten berikut di provinsi NTB:
Di sebalah utara ada Kabupaten Lombok Utara
Timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah
Sebelah selatan dengan Samudera Indonesia
Dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram.
Artikel telah tayang di TribunLombok
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini