TRIBUNMANADO.CO.ID - Jembatan Soekarno di Kelurahan Wenang Utara, Kecamatan Wenang, kota Manado, provinsi Sulut, dibangun untuk tujuan ekonomis.
Fungsinya menyambung kawasan Pasar 45 Manado dengan Manado Utara.
Jembatan ini menghubungkan Boulevard I di Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, dengan kawasan Boulevard II di Kelurahan Sindulang Satu, Kecamatan Tuminting, Manado.
Namun dalam perkembangannya, jembatan ini jadi lokasi wisata dadakan.
Ini terjadi karena pemandangan di sini terlalu indah.
Berdiri di jembatan itu, menatap ke kiri akan tampak selat Manado dan gunung Manado tua di kejauhan.
Menatap ke kanan tampaklah pelabuhan Manado dan gunung Klabat nun jauh di sana.
Tribunmanado mendatangi lokasi tersebut pada Jumat (15/8/2025) sore.
Suasana disana ramai. Warga yang didominasi muda mudi sibuk foto - foto.
Banyak pula yang menatap ke selat Manado untuk melihat sunset.
Sore dan malam adalah waktu terindah untuk berada di jembatan tersebut.
Langit kala itu warna warni, orange, putih, hitam dan merah.
Lukisan alam itu terpantul di lautan yang teduh.
Di atasnya perahu nelayan wara wiri.
Kapal berlabuh tenang di pelabuhan.
Lampu lampu di pasar Bersehati yang berada samping pelabuhan mulai dinyalakan.
Di kejauhan sana, gunung klabat mulai menghilang tersapu kabut.
"Suasana disini indah sekali," kata Susan seorang warga.
Susan mengaku kerap menghabiskan waktu di sana saat senja.
Kadang ia datang bersama teman. Paling banyak sendirian.
"Kalau ada teman, paling foto foto," kata dia.
Ia menilai jembatan tersebut adalah objek wisata dadakan.
Alias tidak direncanakan tapi jadinya demikian.
Dan pesona disana tak pudar meski sudah banyak lokasi baru.
Sejarah Jembatan Soekarno
Jembatan Soekarno bisa disebut The Heart of Manado.
Perannya vital, sebagai sarana perhubungan ekonomi dan ikon pariwisata.
Ternyata ada cerita menarik di balik nama Sukarno pada jembatan tersebut.
Ini dibeber mantan Wali Kota Manado Wempie Frederik kepada Tribunmanado beberapa waktu lalu.
Menurut dia, jembatan itu awalnya bernama Nyiur Melambai.
"Ini digagas Gubernur EE Mangindaan dan didukung Wali Kota Manado Lucky Korah," katanya.
Setelah menjabat Wali Kota, Wempie dan wakilnya Teddy Kumaat dihadapkan pada kebutuhan mendesak membangun jembatan itu.
Masalahnya uang cekak.
Ide pun muncul di benak Wempie.
"Mengapa kita tidak namakan jembatan Soekarno, kan bisa berhadapan dengan jembatan Megawati," katanya.
Kumaat setuju. Nama Soekarno bisa mengundang perhatian dari Presiden Megawati Sukarno Putri. Nyiur melambai pun berganti Sukarno.
Suatu kali, kata dia, almarhum Taufik Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri, menggelar acara.
Kumaat yang waktu itu kader PDIP mengajak Wempie ketemu Taufik.
Ide jembatan Soekarno disampaikan.
"Di luar dugaan Taufik langsung setuju, bahkan Menteri PU langsung dipanggil," kata dia.
Dalam perkembangannya, pembangunan jembatan ini sempat mangkrak 12 tahun.
Dan akhirnya, pada 2015, Puan Maharani, selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), meresmikan jembatan tersebut.
Ia meresmikan jembatan ini bersama dengan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.
Jembatan ini menghubungkan Kota Manado dengan Kabupaten Minahasa Utara. (Art)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca juga: Harga Kopra Terus Turun di Manado Sulawesi Utara, Petani Kelapa Kuatir Semakin Merosot