Tradisi adat dijalankan sebelum proses pemindahan berlangsung.
Dalam wawancara tersebut, Refly mengungkapkan sisi lain dari proses pemindahan waruga yang sarat nilai budaya.
Salah satunya adalah praktik masyarakat yang "berbicara" atau membisikkan kata-kata kepada waruga sebelum dipindahkan.
"Hal itu tidak salah juga, sebagai penggiat dan pemerhati budaya melihat itu bagian dari budaya dan tradisi di tengah masyarakat adat yang meminta kepada leluhur dan itu kebiasaan akan berlaku terus, tidak ditinggalkan," cerita Refly.
Ada pula warga yang membawa sesajen ke lokasi sebagai bagian dari adat istiadat Minahasa.
Pemindahan waruga pun tidak dilakukan sembarangan.
Masyarakat diberi pesan agar melakukannya dengan hati-hati.
Hingga ada yang berpesan dan menyampaikan 'tolong ator akang bae-bae'.
Menurut Refly, hal tersebut merupakan bagian dari tradisi turun-temurun. Pemindahan harus dilakukan dengan menjaga keutuhan waruga agar tidak rusak dan makna budayanya tidak hilang.
Satu hal menarik yang dijaga dalam proses ini adalah posisi waruga—baik sebelum maupun setelah dipindahkan—harus tetap sama.
"Seperti kata orang tua dulu atau leluhur, kembalikan seperti semula," tambahnya.
Dalam proses pemindahan, alat-alat tradisional seperti bambu atau bulu digunakan.
Alat berat tidak boleh digunakan karena berisiko merusak waruga.
Haram hukumnya, jika menggunakan alat berat atau mesin karena bisa merusak Waruga tersebut.
Jika bentuk waruga besar, maka akan ditambah jumlah orang untuk mengangkat, tetapi tetap menggunakan metode tradisional.