Manado, TRIBUNMANADO.COM – Program makan bergizi gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat masih belum sepenuhnya menjangkau seluruh sekolah di Kota Manado, bahkan di berbagai wilayah di Sulawesi Utara (Sulut).
Pelaksanaannya masih dilakukan secara bertahap, dan hingga kini belum semua jenjang pendidikan diikutsertakan.
Pengamat sosial Sulut, Meike Imbar menyoroti sejumlah aspek penting dalam implementasi program makan bergizi gratis ini.
Lewat pernyataannya, Meike mempertanyakan efektivitas MBG sebagai solusi jangka panjang untuk perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Judul yang bisa kita renungkan adalah: Makan Bergizi, Efektifkah untuk Perbaikan Mutu SDM?" ucapnya, Minggu (15/6/2025).
Menurutnya, ketidakmerataan distribusi MBG di sekolah bisa dimaklumi jika sekolah tersebut berstatus swasta dengan peserta didik dari kalangan ekonomi mapan.
Namun, faktanya, masih ada sekolah negeri dengan mayoritas siswa dari keluarga kurang mampu yang belum mendapatkan akses program ini.
"Hal ini bisa jadi terkait kendala anggaran. Karena kita tahu, biaya untuk MBG cukup membebani APBN. Jadi pemerintah mungkin harus efisien dalam distribusinya," tambah Meike.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti berbagai persoalan yang muncul selama satu semester pelaksanaan MBG.
Mulai dari keterlambatan distribusi makanan dari pihak penyedia, hingga kualitas dan kebersihan makanan yang kerap dikeluhkan.
"Solusi soal higienitas makanan belum komprehensif. Pengawasan masih bersifat lokal dan parsial. Indikator kebersihan makanan belum merata," jelasnya.
Meike menyarankan agar pengelolaan makanan dilakukan secara profesional dengan melibatkan akademisi atau ahli gizi, serta menyusun menu yang terstandar di seluruh wilayah.
"Jangan hanya menyerahkan ke perusahaan katering atau pihak-pihak yang bersedia bekerja sama, tapi tidak ada pengawasan dari tenaga gizi. Akibatnya, ada makanan yang tak layak konsumsi," tegasnya.
Ia juga mengusulkan agar pengawasan lebih ketat dilakukan, bahkan bisa melibatkan lembaga seperti Balai POM demi memastikan standar makanan benar-benar terpenuhi.
Meski demikian, Meike mengapresiasi niat baik pemerintah melalui program MBG.
Namun, ia menilai bahwa dampak positif program ini masih belum terlalu terasa signifikan.
"Ya, anak-anak memang tidak lagi lapar di sekolah dan lebih sedikit jajan. Tapi kalau bicara soal menekan stunting atau penguatan SDM, itu masih jauh dan butuh waktu lama untuk dievaluasi secara menyeluruh," terangnya.
Di sisi lain, Meike juga mengingatkan soal potensi efek negatif program ini terhadap peran keluarga.
Ia khawatir, tanggung jawab pemenuhan gizi yang semestinya berada di pundak keluarga, malah dialihkan sepenuhnya ke negara.
"Kalau dibiarkan begitu, anak-anak bisa bergantung pada suplai negara. Padahal, kualitas makanan dari rumah biasanya lebih baik jika disiapkan oleh orang tua," tutupnya. (Pet)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.