-Demi keutuhan dan kelanjutan program pelayanan serta kepemimpinan GMIM, Kami minta Pendeta Hein Arina segera mengundurkan diri saat ini sebagai Ketua BPMS GMIM.
-Pendeta Hein Arina harus diberhentikan sebagai pekerja pegawai organik, karena tidak menjaga citra GMIM.
-BPMS harus transparan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban, termasuk dana hibah UKIT, Rumah Sakit GMIM dan bantuan hibah pemerintah kabupaten/kota dalam wilayah pelayanan GMIM.
-Stop politisasi GMIM.
-Hentikan tunjangan-tunjangan Pendeta Hein Arina, karena tidak lagi melaksanakan tugas.
-Periksa penggunaan dana hibah ke Kerukunan Keluarga Pendeta dan Guru Agama.
-Jika BPMS tidak mengagendakan pelaksanaan SMSI pada bulan Juli 2025 dan Pendeta Hein Arina tidak mundur sebagai ketua BPMS, maka kami akan datang kembali dengan kekuatan yang lebih besar.
Jalan Kaki 650 Meter
Sebelum menyampaikan aspirasi dan tuntutan, peserta aksi mengenakan kemeja putih, celana hitam dan memakai pita ungu berkumpul di Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) kemudian berjalan kaki sejauh sekitar 650 meter ke Kantor Sinode GMIM.
Mereka membawa spanduk bertulisan tuntutan.
“Kami datang untuk menyampaikan aspirasi dan menyerukan reformasi di tubuh GMIM,” ujar Pdt. Joke, salah satu tokoh dalam aksi tersebut.
Aksi ini diikuti oleh sejumlah tokoh GMIM dari berbagai wilayah pelayanan GMIM.
Baca Selengkapnya (klik link)
2. Juru Parkir Liar di Manado Ditertibkan Pemerintah