TRIBUNMANADO.CO.ID - Perempuan bernama lengkap Meyva Silvia Lasuasa merupakan seorang bidan tang ditugaskan di Puskesmas Tinongko, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Di Puskesmas Tinongko, mempunyai dua wilayah Kepulauan yang terdiri tujuh desa.
Meyva Lasuasa ditugaskan di desa yang ada di Pulau Nain.
Di Puskesmas tersebut Meyva bersama tiga rekan bidan, mereka adalah Vera Anggrini Hasyim, Sumiati dan Irvantri yang dibagi dua shif.
Meyva berdomisili di Kecamatan Kalawat Minut sehingga dirinya harus tinggal di Pulau Naik.
Hanya sesekali dirinya balik ke rumah.
Meyva menceritakan, dalam tugasnya ada tantangan karena di kepulauan.
Dikatakannya, tempat kerja ada di Pulau terluar, jadi kalau mau pergi dari rumah ke pulau kadangkala berhadapan dengan cuaca extream.
Lebih menantang lagi baginya, saat ada pasien yang harus dirujuk ke Rumah Sakit (RS) di Kota Manado lalu diperhadapkan dengan cuaca extream.
"Saya pernah alami rujuk pasien dengan plasenta tidak keluar perdarahan hebat, jadi walau angin kencang berombah mau tidak mau harus tetap rujuk pasien naik perahu," ucapnya.
Meyva penempatan di pulau Puskesmas Tinongko, sejak tahun 2017 hingga sekarang.
Meyva mengakui, perjalanan jadi bidan di Desa Pulau Nain sungguh luar biasa, karena banyak kejadian yang cukup menantang, apalagi harus bolak balik lautan yang hampir tiga jam perjalanan.
Tetapi, dirinya sangat bersyukur masih diberikam kekuatan kemampuan selama bertugas.
Meyva juga mengakui di pulau masih banyak keterbatasan, mulai dari listrik, jaringan dan transport.
Ia menyebut, menjadi Bidan Desa di Kepulauan harus strong, karena setiap tindakan harus mandiri mulai dari pengobatan menolong persalinan dan tindakan-tindakan lainnya.
Sebagai orang percaya, Meyva yakin tugasnya merupakan pelayanan yang harus di jalani dengan iman dan bersyukur, karena tidak semua orang bisa dan ingin menjadi sepertinya dan rekan-rekan.
Terbaru saat ini, Meyva menceritakan bisa menolong pasien melahirkan dengan letak kaki lebih dulu.
Dimana saat itu ia bersama rekan bidanya bernama Vera Anggrini, di puskesmas pembantu datang seorang bapak dengan keluhan, meminta tolong untuk membantu istrinya yang sedang hamil.
Saat ia pergi melihat, istri bapak sakit perut sejak malam dan mengelurkan darah darah.
Karena mereka hanya berdua di Puskesmas, sehingga Meyva yang menangani pasien yang akan melahirkan ke rumah.
Sedangkan rekannya tetap stay Puskesmas pembantu, karena banyak orang yang datang berobat.
Saat dirinya di rumah pasien saat diperiksa Meyva melakukan pemeriksaan.
Saat pemeriksaan, Meyva bertanya ke ibu apakah pernah melakukan USG.
Kemudian ibu menjawab pernah.
Tak berselang lama, air ketuban ibu pecah.
Saat penanganan, ternyata bayi yang mau lahir dari kaki.
Perasaannya saat itu, tak tahu lagi harus bagimana.
Katanya, seharunya melahirkan di RS, bukan hanya di Puskesmas, karena itu bukan lagi tugas bidan.
Meyva mulai berpikir, bagaimana dengab keadaan di Pulau, karena kalau mau di rujuk butuh waktu sampai tiga atau empat jam baru sampai RS.
Tapi apa daya, sudah dalam kondisi terjepit Meyva meminta pertolongan dari Tuhan, sesuai kepercayaannya.
Dengan drama yang luar biasa, Meyva jujur kalau menolong orang kaki lebih dulu sudah ledua kalinya dialaminya.
Saat bayi lahir, dengan waktu yang cukup lama tak ada respon sama sekalii dari bayi yang sudah membiru.
Dengan peralatan seadanya, Tuhan memberi Meyva kesempatan dengan kedua tangannya, bayi yang lahir mulai membaik dan menangis walau bertahap.
Meyva meminta ayah bayi, mengisap hidung anaknya yang baru lahir.
"Puji Tuhan, dengan keberanian dan talenta yang luar biasa Tuhan berikan saya bisa jadi seorang Bidan sesuai kerinduan saya yaitu ingin menyelamatkan nyawa manusia, khususnya ibu dan bayi," ungkapnya.
Dirinya meyakini, itu semua bisa dilaksanakannya atas seijin Tuhan.
Atas pertolongan Tuhan usai dirinya bisa menyelamatkan ibu dan bayi, Meyva sampai manangis terharu.
Dirinya berharap, pemerintah lebih memperhatikan petugas Kesehatan yang ada di Kepulauan.(fis)