TRIBUNMANADO.CO.ID, Washington DC - Pasukan Amerika Serikat atau AS akan tetap berada di Suriah setelah tumbangnya Presiden Bashar al-Assad.
Pasukan AS mengemban misi kontraterorisme yang difokuskan pada penghancuran militan ISIS, kata seorang pejabat tinggi Gedung Putih pada hari Rabu 11 Desember 2024.
"Pasukan tersebut berada di sana untuk alasan yang sangat spesifik dan penting, bukan sebagai semacam alat tawar-menawar," kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer dalam sebuah wawancara di konferensi Reuters NEXT di New York.
Jeff Mason dari TOI melaporkan, pasukan AS telah berada di sana selama satu dekade atau lebih untuk memerangi ISIS. "Kami masih berkomitmen pada misi tersebut,” katanya.
Ketika ditanya langsung apakah pasukan AS akan tetap tinggal, Finer berkata, ya.
Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa sekitar 900 tentara Amerika saat ini berada di Suriah.
ISIS pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak dan mendirikan kekhalifahan Islam sebelum diusir oleh koalisi pimpinan AS pada tahun 2019.
Pemberontak Suriah merebut ibu kota Damaskus tanpa perlawanan pada hari Minggu setelah serangan kilat yang menyebabkan Assad melarikan diri ke Rusia setelah perang saudara selama 13 tahun dan lebih dari lima dekade pemerintahan otokratis keluarganya.
Tetapi Washington sekarang melihat kehadiran militernya sebagai perlindungan terhadap ketidakstabilan lebih lanjut, meskipun masih belum jelas bagaimana penguasa baru Suriah akan memandang kehadiran AS.
Washington masih menganggap kelompok Muslim Sunni Hayat Tahrir al-Sham, yang merupakan pemimpin pasukan pemberontak yang mengakhiri 50 tahun pemerintahan dinasti brutal Assad, sebagai organisasi teroris.
"Tidak ada perubahan resmi dalam kebijakan apa pun," terkait kelompok-kelompok tersebut, kata Finer. "Penetapan itu tidak dibuat berdasarkan apa yang dikatakan kelompok atau apa yang mereka katakan sebagai niat atau yang akan mereka lakukan, ini tentang tindakan, jadi kami akan mengawasinya."
Ia menggambarkan beberapa hal yang telah dikatakan kelompok-kelompok tersebut dalam beberapa minggu terakhir sebagai “cukup konstruktif”, namun mengatakan Washington akan menunggu dan melihat apakah pernyataan tersebut diikuti oleh tindakan untuk mewujudkan “pemerintahan yang kredibel dan inklusif bagi Suriah.”
Ia mengatakan pemerintahan Biden sedang berhubungan dengan anggota tim baru Presiden terpilih Donald Trump dan terus memberi mereka informasi tentang Suriah. (Tribun)