TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Dalam rangka memelihara lingkungan sekolah dari sampah botol plastik yang kerap kali menjadi sumber sampah terbesar di lingkungan sekolah.
SD Kartika XXI-1 Manado, Sulawesi Utara meluncurkan sebuah proyek inovatif berjudul “ATM Sampah”.
Proyek ini digagas oleh tim yang terdiri dari Raditya Hadi Utomo sebagai ketua tim.
Kemudian Nadhifa Jihan Putri Wicaksono dan I Gusti Lanang Ravendra sebagai anggota.
Mereka berhasil mengidentifikasi dan mencari solusi untuk masalah sampah plastik di sekolah.
Meski setiap siswa telah diwajibkan membawa Tumbler, masih ada siswa yang lupa membawa minuman.
Kehabisan air sebelum waktu pulang, atau ingin mengonsumsi minuman selain air mineral yang dibawa dari rumah.
Oleh karena itu, tim ini mencari solusi agar siswa terdorong untuk membuang sampah pada tempatnya.
Didampingi oleh guru kelas, Yunarti Liunsanda, tim tersebut sebelumnya telah membuat bank sampah dengan pencatatan manual pada buku.
Namun, metode ini memiliki kelemahan seperti ketergantungan pada kehadiran guru dan risiko hilangnya catatan.
Untuk mengatasi hal ini, mereka menciptakan "ATM Sampah".
Cara kerja "ATM Sampah" cukup sederhana namun efektif.
Lubang tempat memasukkan botol plastik dilengkapi dengan sensor gerak yang terhubung dengan program pada komputer.
Setelah siswa login, tabungan mereka bertambah otomatis begitu botol dimasukkan.
Berdasarkan pengamatan, siswa lebih antusias menabung sampah botol plastik karena mereka merasa seperti sedang bermain game saat menggunakan mesin tersebut.
Kepala sekolah, Jeanne Angelle Mangimbulur, S.Pd, menyambut baik proyek ini.
SD Kartika XXI-1 Manado dikenal sebagai sekolah transit bagi banyak siswa yang orang tuanya mengalami mutasi kerja ke Manado.
Namun, Bunda Angel sapaan akrab para siswa selalu menyemangati bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, asalkan ada tekad.
Harapannya, pemerintah Kota Manado dapat mendukung ide ini dengan menyosialisasikan pembuatan bank sampah di setiap sekolah dan memberikan fasilitas penjemputan hasil sampah yang dikumpulkan.
Hal ini akan memudahkan siswa serta guru dalam menukarkan sampah plastik menjadi uang, sekaligus membantu menjaga lingkungan tetap bersih. (pet)