Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Naiknya harga beras mulai dirasakan dampaknya oleh warga Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Tidak hanya warga, pedagang beras juga merasakan dampak dari kenaikan harga tersebut.
"Permintaan sekarang kurang. Sangat berpengaruh terhadap pendapatan," kata Donny Mokoginta, seorang pedagang beras.
Donny berharap agar pemerintah bisa turun tangan.
"Berharap pemerintah bisa mengambil alih atau memperhatikan agar harga beras ini bisa normal kembali," ucapnya.
Di sisi lain, seorang warga sekitar, Jefri, mengatakan harga beras yang naik ini berdampak pada ekonominya.
"Nda bisa juga disalahkan pedagang soal harga beras yang naik. Tapi agak sulit buat warga ekonomi rendah," ujar Jefri.
Sementara warga lain, Ida (43), mengaku terpaksa memangkas kebutuhan lain demi beli beras.
"Mulai terasa dampak naiknya. Harus pangkas kebutuhan lain untuk beli beras," ucap Ida.
Menanggapi hal ini, Pemerintah Kota Kotamobagu melalui Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kotamobagu, Ariono Potabuga, angkat bicara.
Ariono Potabuga mengatakan bila pemerintah bakal segera menggelar operasi pasar dalam pekan ini.
"Kita finalkan koordinasi dengan Bulog untuk kegiatan operasi pasar, kita upayakan rencanakan Minggu ini. Sedang finalkan," katanya.
Operasi tersebut menurut Ariono Potabuga bisa membantu meringankan beban ekonomi warga atas kenaikan harga beras.
Lebih lanjut, Kadis perdagangan itu berharap agar warga bisa beralih ke beras SPHP.
"Kita harapkan juga masyarakat mengikuti anjuran pemerintah pusat untuk bergeser mengkonsumsi beras SPHP yang kualitasnya juga bagus, sehingga permintaan beras non SPHP berkurang yang nantinya akan mempengaruhi harga jualnya," ucap Ariono.
Diketahui, beras SPHP merupakan beras yang digulirkan pemerintah melalui Perum Bulog sejak 2023 sebagai program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).
Jenis beras ini berasal dari beras cadangan pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog.