Cap Go Meh di Manado

'Kera Sakti' Sun Go Kong Muncul saat Acara Cap Go Meh di Manado, Beratraksi dan Obati Orangtua

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangsin 'Raja Kera Sakti' Sun Go Kong di Acara Cap Go Meh di Manado, Sulut pada Sabtu (24/2/2024). Beratraksi dan Obati Orangtua.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sun Go Kong muncul di Perayaan Cap Go Meh atau Guon Siau Manado, Sulut pada Sabtu (24/2/2024).

Karakter yang dikenal sebagai 'Raja Kera Sakti' ini menitis dalam sosok kasar seorang Tangsin dari Klenteng Altar Agung saat acara Cap Go Meh.

Terlihat Tangsin tersebut memperagakan gerak mirip Sun Go Kong.

Gerakannya sungguh atraktif. Di satu momen, tampak Tangsin 'Raja Kera Sakti' ini memainkan tongkat.

Pada satu momen, ia turun dari kionya dan melakukan pengobatan terhadap salah satu orang tua.

Tangsin Sun Go Kong ini menjadi pusat perhatian saat acara Cap Go Meh.

Kegiatan Cap Go Meh 2024 Manado, Sulut, berjalan spektakuler.

Sun Go Kong menitis dalam sosok kasar seorang Tangsin dari Klenteng Altar Agung dalam Cap Go Meh Manado, Sulut, Sabtu (24/2/2024). (Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Sebanyak 11 Tangsin dari 9 klenteng mampu menghibur ribuan warga Manado dengan atraksi mendebarkan seperti mengiris lidah dengan pedang atau menusuk dengan tombak.

Cap Go Meh Manado juga menampilkan harmonisasi budaya dengan ikut sertanya budaya suku suku di Sulut dan Indonesia.

Wagub Sulut Steven Kandouw memuji habis Cap Go Meh Manado.

"Ini kata ko Hengky Wijaya tinggal dua di Indonesia yakni Manado dan Singkawang," katanya.

Menurut dia, ritual ini harus dijaga dan dilestarikan.

Bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tapi juga pesta budaya.

"Sesuai moto kita bahwa ini daerah penuh harmoni dan tidak ekslusif," kata dia.

Steven Kandouw mengapresiasi semua pihak yang sudah mendukung penuh acara tersebut. Ia berharap tahun depan ajang itu akan lebih meriah.

"Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ucapkan selamat pada para umat Tridharma Manado," kata dia.

Walikota Manado Andrei Angouw menuturkan, Cap Go Meh adalah wajah Manado yang toleran.

Semua suku dan budaya turut serta dalam perayaan tersebut. "Inilah toleransi itu," kata dia.

Andrei berharap warga Manado dapat mengupload kegiatan Cap Go Meh Manado di medsos agar mendunia.

Ridwan Sanyoto, Konwil PTITD Manado menuturkan, ada 11 Tangsin yang tampil dari sembilan klenteng di Manado.

"Untuk Kio jumlahnya 14," kata dia.

Tentang Sun Go Kong

Dalam mitologi Tiongkok, Sun Wukong (Sun Go Kong) dikenal sebagai Raja Kera atau Kera Sakti.

Ia adalah dewa penipu yang memainkan peran sentral dalam kisah petualangan Wu Cheng'en, Journey to the West (Perjalanan ke Barat).

Asal-usul Sun Wukong dalam mitologi Tiongkok

Pada zaman kuno, sebuah batu ajaib terletak di puncak Gunung Huagou.

Suatu hari, angin kencang bertiup ke atas batu dan membuat seekor kera keluar dari permukaan batunya.

Meski baru lahir, anak kera tersebut sudah bisa berjalan dan berbicara.

Ketika Wukong membuka matanya, pancaran cahaya keemasan memancar dari matanya, menembus awan dan mengagetkan Kaisar Langit.

“Ketika Kaisar Langit mencari sumber cahaya aneh itu, yang dia lihat hanyalah bayi kera,” tulis Mae Hamilton di laman Mythopedia.

Kaisar Langit mengabaikannya karena tidak percaya bahwa si bayi kera memiliki kemampuan hebat.

Saat menjelajahi hutan, Sun Wukong menemukan kera lain dan memutuskan untuk tinggal bersama mereka.

Suatu hari kelompok tersebut sedang bersantai di dekat air terjun dan mereka memutuskan untuk bermain permainan.

Siapa pun yang cukup berani untuk melompati air terjun dan menemukan sumber sungai akan diberi gelar Raja Kera.

Sun Wukong segera melompati air terjun dan menyusuri aliran sungai untuk mencari sumbernya. Ia berhasil dan menyatakan dirinya sebagai raja.

Dengan dukungan monyet hutan, Sun Wukong dengan cepat membuktikan dirinya sebagai kera ajaib yang kuat.

Wukong memiliki kekuatan super yang tak tertandingi dan kemampuan untuk berubah menjadi 72 hewan dan benda berbeda.

Setiap bulunya memiliki kekuatan transformatif. Ia juga dapat memanipulasi angin, air, dan api secara ajaib.

Sun Wukong memiliki senjata ampuh, termasuk kemeja rantai emas, topi phoenix, sepatu bot, dan tongkat ajaib seberat 8 ton.

Wukong memiliki kekuatan super yang tak tertandingi dan kemampuan untuk berubah menjadi 72 hewan dan benda berbeda.

Setiap bulunya memiliki kekuatan transformatif. Ia juga dapat memanipulasi angin, air, dan api secara ajaib.

Dicirikan oleh sifat mudah naik darah, ketidaksabaran dan kecenderungan marah, Sun Wukong adalah salah satu tokoh penting dalam mitologi Tiongkok.

Gambaran 'Raja Kera Sakti' Sun Go Kong dalam Mitologi Tiongkok China. (Yoshitoshi Tsukioka via National Geographic Grid.id)

Sun Wukong menipu Yan Wang dan Raja Neraka

Ketika tiba waktunya bagi Yan Wang dan Raja Neraka untuk mengumpulkan jiwa Wukong, Wukong sudah siap.

Dia menipu Yan Wang agar mengizinkannya kembali ke bumi tanpa menjalani reinkarnasi.

Sebelum meninggalkan neraka, Wukong berhasil menghapus namanya dan nama kera hutan lainnya dari Buku Kehidupan dan Kematian.

Merasa terganggu karena keseimbangan hidup diganggu oleh seekor kera, Yan Wang meminta bantuan Kaisar Langit.

Setelah mendengar tentang kera sakti yang pemarah, Kaisar Langit membiarkannya tinggal di surga. Hal itu akan membuat Sun Wukong merasa penting.

Sang kaisar mengeluarkan undangan kepada Sun Wukong, yang dengan penuh semangat menerimanya.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Raja Kera berangkat menuju Istana Giok.

Namun, begitu dia sampai di sana, Sun Wukong justru diberi tugas terendah di seluruh surga: menjaga kuda Kaisar Langit.

Karena ia adalah seekor kera, para dewa lain tidak pernah melihatnya sebagai rekan.

Untuk membuktikan bahwa ia sakti dan setara, Raja Kera menjadi terobsesi dengan gagasan keabadian.

Suatu hari, Kaisar Langit mengadakan pesta untuk istrinya, Xiwangmu.

Tidak menyadari bahwa dirinya diasingkan dari pesta, Sun Wukong memutuskan untuk mampir.

Namun alih-alih diterima dengan tangan terbuka, ia ditertawakan oleh para dewa lainnya.

Terluka oleh tindakan rekan-rekannya, Sun Wukong menyatakan dirinya sebagai “Petapa Agung yang Setara dengan Surga”.

Dia juga membuat spanduk besar untuk mengejek Kaisar Langit.

Kaisar Langit mengirimkan satu batalion tentara untuk menangkap Sun Wukong, namun mereka terbukti bukan tandingannya.

Setelah mengalahkan prajurit terakhir, Raja Kera berteriak penuh kemenangan, “Ingat namaku, Petapa Agung yang Setara dengan Surga, Sun Wukong!”

Kemenangan Raja Kera memaksa Kaisar Langit mengakui kekuasaannya.

Sebagai pengakuan atas bakatnya, Kaisar Langit mempromosikannya untuk menjaga Persik Keabadian Xiwangmu.

Namun hal ini belum cukup bagi Raja Kera. Ia benar-benar percaya bahwa dia setara dengan Kaisar Langit.

Menganggap promosi tersebut sebagai penghinaan lain, Sun Wukong memutuskan bahwa sudah cukup.

Sebagai tindakan pembangkangan terakhir, Sun Wukong memakan semua buah persik di kebun.

Kaisar Langit sangat marah dan mengirim dua batalion untuk mengejar Raja Kera. Namun sekali lagi, Sun Wukong mengalahkan mereka semua.

Karena tidak punya pilihan, Kaisar Langit memberi tahu Buddha apa yang telah terjadi dan memintanya untuk turun tangan.

Buddha segera mengusir Sun Wukong dari surga dan menjepitnya di bawah gunung agar dia dapat merenungkan tindakannya.

Kisah perjalanan ke barat dalam mitologi Tiongkok

Selama 500 tahun, Sun Wukong terjepit di bawah beban gunung Buddha. Akhirnya, seorang biksu pengembara bernama Tang Sanzang menemukan sang Raja Kera.

“Ia menawarkan bantuan untuk melepaskannya dengan syarat Sun Wukong mau bertobat dan menjadi muridnya,” tambah Hamilton.

Mulanya Raja Kera menolak tawaran biksu tersebut. Sun Wukong tidak akan menjadi pelayan siapa pun, apalagi manusia.

Namun, setelah Tang mulai pergi, Sun Wukong dengan cepat berubah pikiran. Dia dengan senang hati setuju untuk melayani biksu Tang sebagai imbalan atas pembebasannya.

Sebelum Tang membebaskan Wukong, dewi belas kasihan Guanyin memberi biksu itu sebuah pita ajaib yang memberinya kendali atas Raja Kera.

Setelah terbebas dari beban gunung, Sun Wukong bergabung dengan teman seperjalanan Tang lainnya: Zhu Bajie dan Sha Wujing.

Bersyukur bisa dibebaskan dari penjara, Sun Wukong melayani Tang dengan setia selama perjalanan mereka ke India.

Sang Raja Kera dengan riang melawan iblis kapan pun diperlukan. Melalui perbuatan mulia dan dedikasinya terhadap ajaran Tang, Sun Wukong akhirnya mencapai pencerahan. Ia pun mengakhiri kecenderungan marah, serakah, dan iri hati.

Kisah Sun Wukong merupakan salah satu mitologi Tiongkok yang sangat populer, tidak hanya di Tiongkok tetapi di seluruh dunia.

(TribunManado.co.id/National Geographic Grid.id)

Berita Terkini