DULU ia hanya staf biasa di perusahaan kontraktor di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Lalu dipercaya urus tambak udang di Palopo. Kemudian ditugaskan ke Kota Manado, Sulawesi Utara.
Dari Bumi Nyiur Melambai, kini usahanya tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia. Ada di Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Maluku Utara, hingga Papua.
Itulah sosok Rafiuddin Djamir SE. Lebih sering disapa Haji Udin.
Peraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar ini menjabat Direktur Utama PT Manado Karya Anugerah.
Nama saudagar kelahiran Bantaeng, 27 Oktober 1967 ini juga tercatat sebagai Direktur Operasional PT Geopersada Mulia Abadi.
Kedua perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan nasional.
Berikut wawancara Tribun Manado dengan Haji Udin di kantornya di Kota Manado, Sabtu (14/4/2023).
Awal karier di mana?
Saya dulu kerja di Makassar, Sulawesi Selatan. Dari awal di PT Megasurya Nusalestari, perusahaan milik Benny Tungka. Saya ikut dengan Beliau sejak tahun 1990.
Beberapa tahun di Makassar, saya kemudian ditugaskan Pak Benny Tungka ke Kota Palopo. Saya diangkat manager di perusahaan tambaknya di sana.
Lalu kapan mulai berkiprah di Manado?
Seingat saya, Juli 1996. Dari Palopo di Sulawesi Selatan, saya dipindahkan ke Manado, Sulawesi Utara.
Pak Benny Tungka menugaskan saya sebagai manager operasional perusahaannya di Manado.
Salah satu tugas saya adalah membantunya di bisnis alat berat dan tambang.
Saya juga diminta membantu Beliau mewujudkan impiannya membangun kawasan Megamas Manado. Hingga saya diangkat menjadi Direktur Mega Jasa.
Saya dengar awal mau dibangun Kawasan Megamas itu banyak menentang?
Benar. Karena waktu itu mereka yang menentang belum tahu dan merasakan manfaatnya.
Mereka hanya melihat sisi risiko reklamasi. Menganggap dampak negatifnya lebih banyak daripada manfaatnya.
Sering saja ada demo yang menentang saat itu. Bahkan sampai main fisik. Pekerja saya sampai diserang. Camp mereka dilempari batu.
Tapi saya tidak pernah gentar. Karena kami merasa apa yang kami lakukan baik. Apalagi pemerintah memberi dukungan kepada kami.
Buktinya saat ini, kawasan Megamas memberi manfaat yang bisa dirasakan banyak orang.
Tumbuh menjadi kawasan ekonomi, olahraga, hiburan, kuliner dan wisata. Banyak kegiatan masyarakat dilakukan di kawasan tersebut.
Sampai kapan Anda bekerja di perusahaan Pak Benny Tungka?
Saya bekerja di perusahaan Beliau sampai 2010. Jadi sekitar 20 tahun saya bekerja di perusahaan Beliau.
Setelah itu saya merasa sudah saatnya juga membuat dan memimpin perusahaan sendiri.
Apa yang berkesan dari sosok almarhum Benny Tungka?
Saya merasa, saya mungkin tidak seperti saat ini jika bukan karena jasa Beliau.
Saya bekerja dengan Beliau dari staf biasa hingga saya diangkat menjadi direktur. Jadi saya banyak belajar dan ditempa Beliau.
Beliau pengusaha yang tegas. Berani. Kalau dia tak suka, dia sampaikan di depan kita.
Kalau dia melihat kesalahan, langsung dia tegur. Biar anak, dia marahi. Maka bekerja dengan dia, harus bermental kuat. Dia pebisnis profesional.
Saya merasa karakternya itulah yang membuatnya menjadi pengusaha besar dan sukses.
Kalau karakternya lemah, tidak mungkin kawasan Megamas itu terwujud seperti saat ini.
Idenya juga banyak. Pergaulannya luas. Dia bergaul dengan siapa saja. Tanpa membedakan suku, agama, partai politik, profesi dan organisasi.
Kaya dan miskin, semua ditemani. Orangnya juga sosial. Suka membantu. Dari dia saya banyak belajar dunia usaha dan membangun relasi.
Setelah tak di perusahaan Megamas Group milik Pak Benny Tungka, apa yang Anda lakukan?
Saya buat perusahaan sendiri. Saya mengajak beberapa teman pengusaha di Manado bergabung.
Kami bentuklah perusahaan. Namanya PT Sukses Cipta Bersama. Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan. Khususnya batu bara.
Wilayah operasi kami Kalimantan dan Palembang. Kami ada kantor di Kalimantan dan Palembang.
Alhamdulillah sudah 12 tahun lebih masih jalan sampai sekarang.
Saya dengar Anda juga punya beberapa perusahaan lain?
Saat ini ada 4 perusahaan. Di antaranya PT Geopersada Mulia Abadi dan PT Manado Karya Anugerah atau PT MKA.
Perusahaan ini juga bergerak di bidang tambang dan jasa alat berat. Wilayah operasinya Samarinda, Halmahera hingga Papua.
Total karyawan Anda saat ini?
Sekitar 2.000 karyawan. Tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku Utara hingga Papua.
Dengan wilayah operasional yang tersebar di berbagai provinsi, bagaimana Anda mengontrolnya?
Ada sistem dan managemen. Masing-masing ada penanggungjawab yang kita percayakan.
Syukurlah dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kami banyak dimudahkan.
Saya tak mesti lagi harus datang di kantor kami di beberapa provinsi untuk mengontrol atau bertatap muka saat rapat.
Kapan saja, kami bisa rapat rutin rapat via zoom. Menerima berkas laporan, foto dan video progres proyek tak pakai lama.
Saat itu juga bisa saya terima melalui email atau whatsApp di handphone.
Jadi tidak merepotkan. Semua urusan bisa segera dievaluasi dan ditindaklanjuti kapan dan di mana saja.
Selain urusan bisnis, saya dengar Anda juga aktif di beberapa organisasi sosial? Apa saja?
Alhamdulillah karena banyak teman dan sahabat, jadi saya diajak bergabung di beberapa organisasi sosial, olahraga, keagamaan hingga organisasi daerah.
Di antaranya dipercaya sebagai Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Panahan (Perpani) Sulawesi Utara.
Sebagai penasihat di Pengurus Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Kota Manado.
Sebagai bendahara di Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulawesi Utara dan PW Muhammadiyah Sulawesi Utara.
Saya juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Sulawesi Utara.
Saya dengar Anda juga telah membangun pondok tahfiz?
Iya benar. Sejak empat tahun lalu. Namanya Pondok Pesantren Minhajus Sunnah. Tempat para santri belajar menghapal Al Quran.
Saya bangun di Kampung Borongkapa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Itu kampung kelahiran saya.
Dalam pondok ini ada juga masjidnya. Namanya Masjid Hj Ramliah. Namanya mengabadikan nama ibu saya.
Saat ini mengasuh sekitar 70 santri. Terdiri 50 santri dan 20 santriwati.
Darimana ide awal membuat ponpes tahfiz?
Waktu itu saya pulang kampung di Bantaeng. Saya ketemu kemenakan.
Ternyata beberapa kemenakan saya itu tahfiz (penghafal Al Quran). Saya kagum dengan mereka. Dari situ terbetik ide membuat pondok tahfiz.
Sekaligus agar kemenakan saya yang tahfiz itu punya tempat untuk mengajari orang-orang lain belajar menjadi tahfiz.
Saya dengar Anda sangat dekat dengan para elite PDIP. Apakah Anda juga bergabung dengan PDIP?
Iya saya dekat. Tapi sampai sekarang saya tidak bergabung dengan satu pun partai.
Sebab saya merasa bukan talenta saya di partai politik. Passion saya di bisnis.
Siapa di antara anak yang disiapkan sebagai penerus usaha Anda kelak?
Anak saya dua orang. Yang sulung memilih jadi ASN, mungkin dia kurang tertarik dengan kerja sebagai kontraktor.
Yang bungsu masih kuliah di Makassar. Agaknya yang bungsu ini yang saya harapkan kelak bisa melanjutkan usaha kami. (jum)
Baca juga: Sosok Ketua KKSS Manado Salahuddin Ganggong, Dulu Ngojek Kini Sukses Jadi Importir