Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Penikmat kopi Manado pastinya tak asing dengan rumah kopi ini.
Masih baru, tapi sudah terkenal. Namanya D'Coffee Tower.
Tapi orang lebih mengenalnya sebagai Kopi Tower.
Lokasinya cukup jauh dari pusat kota.
Di Kelurahan Tuminting Lingkungan 1, Kecamatan Tuminting, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Tapi para penikmat kopi hafal alamatnya.
Kopi Tower bisa dibilang foto kopi dari jalan roda.
Warga Manado dari beragam latar belakang menyatu di rumah kopi ini.
Dari ASN, pegawai swasta, pejabat hingga anggota DPRD.
Bahkan, Walikota Manado, Andrei Angouw dan Wawali Richard Sualang beberapa kali mencicipi nikmatnya kopi di kopi tower.
Tribunmanado.co.id mengunjungi rumah kopi ini pada Kamis (9/2/2023)
Sekilas tak ada yang istimewa. Hanya ada tempat duduk dan meja sederhana, hiasan pun tergolong sederhana.
Sebuah gambar besar Bung Karno berdampingan dengan Sam Ratulangi.
Dari sebuah speaker kecil terdengar lagu, agaknya dari radio.
Begitu duduk dan menyesapi kopinya, barulah terasa bagaimana istimewanya rumah kopi ini.
Rasa kopinya luar biasa, ngangenin. Manis dan pahitnya klop. Kopi itu membius saya.
Hingga saya yang sebenarnya tak bisa lagi minum kopi karena asam lambung parah, meneguk dua gelas.
Ivan Laiya, pemilik rumah kopi menuturkan, kekuatan dari rumah kopi itu adalah pada rasanya.
Ini resep keluarga saya, paduan kopi Palu dan Manado, seperti juga dalam darah saya mengalir darah Palu dan Manado," katanya.
Ivan mendirikan rumah kopi pada 2019.
Nama Tower diambil dari adanya tower di sekitar rumah kopi itu.
"Supaya lebih banyak orang kenal, saya pakai nama tower," kata dia.
Pada debutnya, rumah kopi itu sepi. Pengunjung bisa dihitung dengan jari.
"Pernah hanya untung 40 ribu sehari," katanya.
Beberapa orang mengkambinghitamkan lokasi yang berada di dalam lorong hingga membuat pembeli enggan mampir.
Namun Ivan enggan menyerah, ia percaya pada kekuatan kopi.
Filosofinya, jika orang merasakan nikmat kopinya, niscaya mereka akan mencari meskipun itu jauh.
Perlahan rumah kopi itu mulai dikenal. Prosesnya dari mulut ke mulut, lama kelamaan tempat itu mulai jadi tempat favorit.
Pelanggannya bermacam-macam, mulai dari pegawai swasta, PNS, aktivis, pejabat, hingga anggota dewan.
Pelanggan rumah kopi bertambah bak cendawan di musim hujan.
Insting kopi Ivan ternyata benar.
"Promosi dari mulut ke mulut lah yang menjadikan tempat kopi ini dikenal," ujar dia.
Filosofinya pun terbukti, banyak pelanggan Ivan dari tempat yang jauh.
Mereka datang murni karena kopi.
"Ada yang jauh-jauh kemari dan penasaran ditaruh apa sih kopi ini," ujarnya.
Ivan adalah pria yang menyenangkan. Ia ramah dan gaul.
Ngomong apapun dengannya semua nyambung. Inilah kekuatan kedua rumah kopi itu.
"Saya memang punya konsep murni rumah kopi. Yang saya jual adalah kopi dan suasana khas rumah kopi.
Di sini orang boleh bicara apa saja, main catur atau bercengkrama, yang belum dikenal jadi teman, inilah kekuatan rumah kopi yang saya jual," kata dia.
Dia senang karena rumah kopinya turut menyemai satu hal yang jadi perekat warga Manado yang terdiri dari suku dan agama yang berbeda, yaitu kerukunan.
"Di sini orang bergaul tanpa membedakan suku dan agama, kopi dan cinta menyatukan semuanya," kata dia
Sejatinya Ivan tak menyangka rumah kopinya sudah seheboh saat ini.
Ia hanya memulai dengan satu langkah kaki.
"Ke depan saya tentu saja ingin mengembangkan rumah kopi ini, tapi dengan standar yang sama yakni rasa dan suasana," katanya.
Yan Fransisko, salah satu pengunjung setia rumah kopi tower mengaku "kecanduan" kopi di rumah kopi tower.
"Meski berada di jauh, saya tetap berupaya kemari untuk minum kopi," katanya.
Yan menyebut, rasa kopi itu sangat nikmat. Ia sudah keliling Manado dan tak ada tandingannya.
"Saya selalu datang bersama rekan kerja saya, usai kerja kami ngopi di sini," kata dia. (art)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.