TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabar terbaru data korban tewas akibat gempa Turki terus bertambah.
Jumlah korban jiwa meningkat dengan pesat dua hari pascagempa.
Hingga Rabu (8/2/2023) pagi, jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 7.825 orang.
Dengan banyaknya korban tewas menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh standar bangunan di negara yang menggantungkan perekonomian pada kontruksi tersebut.
Turki memperkenalkan undang-undang bangunan, yang mensyaratkan konstruksi baru agar tahan gempa setelah gempabumi Izmit pada tahun 1999.
Saat itu, gempa bumi menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Mengutip The Guardian, banyak ahli menjabarkan tingkat keparahan gempa Senin (6/2/2023), yang berkekuatan 7,8 dan 7,7 SR mengingat kedalaman gempa relatif dangkal.
Beberapa ahli melihat bukti bahwa kontruksi buruk di beberapa bangunan yang runtuh.
"Faktor nomor satu adalah kualitas bangunan," kata Kepala perusahaan pemodelan bencana Temblor, Ross Stein kepada Scientific American segera setelah gempa.
Baca juga: Aksi Heroik Bocah 7 Tahun Lindungi Kepada Sang Adik dari Runtuhan Bangunan Gempa Turki Selama 17 Jam
Gempa Terparah
Gempa Turki yang terjadi Senin lalu, merupakan gempa terparah dalam 100 tahun terakhir, dan ternyata merupakan fenomena yang langka.
Dikutip dari Scientific American, Selasa (7/2/2023), gempa Turki termasuk gempa langka.
Gempa kuat di Turki sebelumnya tercatat terjadi pada tahun 1939, berkekuatan M 7,8. Sejak gempa kuat tersebut, serangkaian gempa bumi pun terjadi di Turki.
Gempa bumi di negara yang berada di dua benua ini berpusat di sepanjang Patahan Anatolia Utara sejauh lebih dari 1.000 Km.
Sedikitnya, 12 gempa bumi dengan magnitudo besar di Turkiye terjadi di sepanjang wilayah tersebut selama 60 tahun.
Gempa Turkiye dengan magnitudo yang besar memang tergolong langka di negara ini.
Namun, seperti dikutip dari Smithsonian Magazine, wilayah Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Turki diapit dua lempeng tektonik raksasa.
"Area ini adalah tempat tiga lempeng tektonik bertemu, (Turki) ini persimpangan tiga (lempeng tektonik)," kata Alex Hatem, ahli geologi USGS di Golden, Colorado.
Zona gempa di Turki ini, menurut Hatem, merupakan area dengan banyak tekanan energi yang menumpuk dari waktu ke waktu, kendati di masa lalu belum banyak aktivitas gempa atau seismik yang terjadi.
Tercatat, sepanjang tahun 2020, sebanyak 33.000 gempa bumi terjadi di Turkiye, yang mana 332 gempa di antaranya berkekuatan M 4,0 bahkan lebih besar dari itu.
Dua jalur patahan utama melintasi Turkiye, yang terletak di atas Lempeng Anatolia.
Gempa Turki pada Senin lalu terjadi di sepanjang Patahan Anatolia Timur, yang berada di perbatasan Lempeng Anatolia dan Arab dari Turki timur hingga Mediterania.
Ini dikenal dengan patahan strike-slip, yang artinya, dua lempeng tektonik tersebut meluncur melewati satu sama lain secara horizontal dan wilayah tersebut merupakan area yang aktif gempa.
Baca juga: Gempa Bumi Terkini Sore Ini Guncang Bali Rabu 8 Januari 2023, Berikut Data Magnitudonya
Artikel ini telah tayang di TribunJambi.com dan Kompas.com