Imlek 2023

Sambut Cap Go Meh, Klenteng Ban Hin Kiong Kota Manado Laksanakan Ibadah Rutin

Penulis: Ferdi Guhuhuku
Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ibadah menyambut Cap Go Meh di Kelenteng Ban Hin Kiong Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (4/2/2023).

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Kegiatan Cap Go Meh dilakukan dalam rangka memperingati Hari raya Imlek. 

Peringatan Imlek adalah hari besar keagamaan bagi masyarakat yang beragama Konghucu.

Cap Go Meh termasuk tradisi Imlek yang dilaksanakan pada tanggal ke-15 bulan pertama tahun baru Imlek. 

Tahun ini tepatnya 5 Februari 2023, Cap Go Meh kembali dilaksanakan oleh masyarakat yang beragama Konghucu di Kota Manado Sulawesi Utara. 

Salah satu yang yang akan merayakan Cap Go Meh adalah Klenteng Ban Hin Kiong. 

Klenteng tertua di Sulawesi Utara ini hanya merayakan Cap Go Meh dengan ibadah  seperti biasanya.

Tidak ada ritual di luar Klenteng. 

Hal itu disampaikan oleh Tjien Ie Mandagitan selaku pengurus Klenteng Ban Hin Kiong.

Tjien mengatakan Klenteng Ban Hin Kiong tidak akan melaksanakan ritual di luar Klenteng, hanya laksanakan ibadah biasa. 

"Besok tidak ritual yang dilaksanakan keluar jalan, jadi kami dengan umat hanya ibadah seperti biasanya,"kata Tjien kepada tribunmanado.co.id, Sabtu (4/2/2023). 

Ia mengungkapkan Ban Hin Kiong adalah Klenteng tertua yang ada di Kota Manado, jadi akan banyak umat dari berbagai tempat akan beribadah disini. 

Tjien berharap di momen perayaan Cap Go Meh kali ini semua orang hidup bahagia, dijauhkan dari segalah bencana agar bisa bahagia dan berkah.

Tentang Ban Hin Kiong

Nama Ban Hin Kiong memiliki makna “Istana Penuh Berkah”.

Penamaannya terdiri dari tiga kata, yakni “Ban” yang berarti “banyak”, “Hin” berarti “berkah berlimpah”, dan “Kiong” berarti “istana”.

Menurut catatan resmi Pemerintah Sulawesi Utara, Kelenteng Ban Hin Kiong didirikan pada abad ke-18 tepatnya pada 1819. 

Namun beberapa tokoh Tri Dharma, menyebut kelenteng ini dipercaya sudah ada sejak awal masa pemerintahan Dinasti Qing di daratan Tiongkok, yakni sekitar tahun 1680-an. 

Bila apa yang dikatakan ini benar, maka Ban Hin Kiong bukan hanya kelenteng tertua di Manado, melainkan yang tertua di Indonesia Timur.

Sayang, bukti yang menguatkan umur kelenteng tersebut sirna akibat kejadian pembakaran pada 1970.

Seluruh dokumen dan peninggalan bersejarah di dalamnya hangus terbakar. 

Menurut pengelola kelenteng, kejadian tersebut hanya menyisakan satu patung, yaitu patung Dewa Umur Panjang.

Awalnya, kelenteng ini hanya berbentuk gubuk kecil.

Seiring berjalannya waktu dan jumlah etnis Tionghoa di Manado yang semakin berkembang, maka kelenteng tersebut dibangun lebih besar dalam bentuk permanen dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini.

Tercatat bangunan Ban Hin Kiong sempat hancur dua kali. Pertama, akibat Perang Dunia II pada 1944.

Sedangkan yang kedua akibat peristiwa pembakaran pada 14 Maret 1970.

Setelah kejadian pembakaran tersebut, Nyong Loho yang merupakan ketua pembangunan kelenteng Ban Hin Kiong, memulai pembangunan kembali kelenteng.

Kelenteng yang sudah menjadi ikon sejarah kota Manado ini merupakan kelenteng Tri Dharma yang digunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao, dan Buddha.

Kelenteng ini banyak dikunjungi wisatawan karena memiliki arsitektur khas Tiongkok klasik dan dihiasi sejumlah ornamen yang cantik. 

Salah satu bagian kelenteng yang paling banyak dikunjungi adalah lokasi penyimpanan dua buah meriam kuno pemberian VOC yang terletak di lantai tiga bangunan kelenteng.

Pada batang meriam kuno tersebut tercetak logo VOC dan tahun pembuatannya yaitu 1778. (Rizali Posumah/Ferdi Guhuhuku)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Berita Terkini