Sulawesi Utara

Ini Kata Pengamat Ekonomi Sulawesi Utara Soal Dampak Kenaikan Harga BBM

Penulis: Mejer Lumantow
Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Robert Winerungan.

TRIBUNMANADO.CO.ID, MINAHASA - Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia per tanggal 3 September 2022.

Melihat kebijakan ini, Pengamat Ekonomi Sulut, Dr Robert Winerungan mengatakan, bahwa tak dapat dipungkiri kenaikan BBM ini akan berdampak langsung pada kehidupan ekonomi masyarakat. 

Menurutnya, dampak utama dari kenaikan harga BBM adalah kenaikan tarif angkutan dan biaya produksi di sektor industri, yang pada gilirannya akan meningkatkan inflasi di semua sektor ekonomi.

Harga BBM ini merupakan harga yang diatur pemerintah dan komoditas BBM merupakan salah satu penyumbang utama inflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah.

Komoditas ini juga memberikan multiplier effect yang cukup besar ke ekonomi. 

"Kalau harga BBM naik maka akan menyebabkan peningkatan harga di sektor lainnya dan ini pasti akan menimbulkan inflasi yang cukup besar," kata Winerungan kepada Tribun Manado.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado ini menjelaskan, pada dasarnya kenaikan harga komoditas energi dan pangan diakibatkan perang Rusia dan Ukraina yang menimbulkan kondisi yang tidak pasti di seluruh dunia. 

"Pasokan minyak dan gas bumi serta pangan di pasar internasional sangat terganggu dan hal ini menyebabkan lonjakan inflasi yang tak terhindarkan di banyak negara termasuk di Indonesia," ujarnya.

Pasalnya, kenaikan harga BBM di Indonesia saat ini akan berimbas kepada kenaikan harga-harga barang, baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung. 

"Kebijakan menaikkan harga BBM ini tentunya akan memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan masyarakat banyak, masyarakat secara individu, sektor UMKM dan pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat dan konsumsi masyarakat," jelas Winerungan.

Baca juga: Berikan Efek Jera, Polres Talaud Terapkan Sanksi Unik Bagi Anggotanya yang Langgar Lalu Lintas

Baca juga: Selang Januari - Juli 2022, 20 Anak di Manado Sulawesi Utara Jadi Korban Pelecehan Seksual

Padahal, perekonomian yang mulai pulih pasca pandemi COVID-19 akan terganggu dengan adanya kenaikan harga BBM ini. 

Di satu sisi, dalam mengambil kebijakan menaikkan harga BBM ini pemerintah dihadapkan dengan kondisi yang sangat sulit, tetap mempertahankan harga pasti akan mengakibatkan membengkaknya anggaran yang disiapkan untuk mensubsidi BBM dan tatkala menaikkan harga beresiko terhadap naiknya inflasi yang akan mengganggu perekonomian. 

Namun, perlu dicermati bahwa kemampuan anggaran pemerintah sangat terbatas untuk menyubsidi BBM ini.

Sangat tidak elok jika subsidi BBM oleh pemerintah akan menimbulkan peningkatan utang pemerintah, dan itu harus dihindari. 

Winerungan menerangkan, bahwa BBM yang disubsidi terutama Perlalite sesungguhnya banyak dinikmati oleh masyarakat yang bependapatan menengah keatas. 

uasana di SPBU Sukur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (4/9/2022). (Tribunmanado.co.id/Fistel Mukuan)

"Ini dapat dibuktikan presentase yang mengonsumsi pertalite ini apakah kendaraaan pribadi atau kendaraan angkutan umum termasuk grab, indrive dll serta kendaraan bermotor beroda dua," sebutnya 

Di sisi lain, yang banyak adalah kendaraan pribadi yang berkisar 80 persen konsumen pertalite. 

"Artinya jika pemerintah tetap memberilan banyak subsidi terhadap pertalite berarti pemerintah akan banyak  memberi bantuan terhadap masyarakat menengah keatas," ujarnya

Oleh karena itu, kata Winerungan, kenaikan BBM ini sangat penting untuk dilakukan pemerintah untuk menciptakan dan mengkondisikan perekonomian yang walaupun terjadi inflasi namun perekonomian tetap bergerak, perekonomian tetap tumbuh. 

Baca juga: Sosok Laksamana TNI Yudo Margono, Potensi Jadi Panglima TNI, Gantikan Jenderal Andika Perkasa

Baca juga: Akhirnya Terungkap Fakta Soal Cincin di Jari Manis Erina Gudono, Ini Kata Kaesang Pangarep

"Intinya, tetap jaga daya beli masyarakat, tingkatkan anggaran jaring pengaman sosial untuk membantu masyarakat dan dunia usaha khususnya UMKM yang terdampak. Tetap waspadai aktivitas ekonomi yang dikhawatirkan bisa kembali melambat," pungkas Akademisi Unima ini.(*)

Berita Terkini