TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Selasa (26/7/2022), protes anti-PBB pecah di timur Republik Demokratik Kongo.
Protes tersebut menimbulkan korban jiwa sebanyak 15 orang.
Tiga penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan meninggal dunia.
Sedangkan 12 korban jiwa lainnya adalah warga sipil.
Protes tersebut dilakukan bukan tanpa sebab.
Protes dipicu oleh keluhan bahwa misi PBB yang dikenal sebagai MONUSCO telah gagal melindungi warga sipil dari kekerasan milisi yang telah berkecamuk selama bertahun-tahun.
Demonstrasi dimulai pada Senin (25/7/2022) di Kota Goma dan menyebar pada Selasa ke Butembo.
Di Butembo itu, seorang tentara PBB dan dua polisi PBB dengan misi tersebut ditembak mati.
Hal tersebut dikatakan oleh Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq kepada wartawan di New York.
Di kedua kota tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dituduh melakukan pembalasan dengan kekerasan ketika ratusan pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov, merusak serta membakar gedung-gedung PBB.
Baca juga: 3 Rekomendasi Serial Anime Genre Adventure di Situs anoBoy, Berikut Linknya
Baca juga: BPN Bitung Sulawesi Utara Siapkan Loket Khusus untuk Pemohon Tanpa Perantara, Urus Sertifikat Tanah
Seorang wartawan Reuters melihat penjaga perdamaian PBB menembak mati dua pengunjuk rasa di Goma, di mana juru bicara pemerintah Patrick Muyaya mengatakan sedikitnya lima orang tewas dan 50 terluka.
Menurut kepala polisi Kota Butembo Paul Ngoma, di Butembo setidaknya tujuh warga sipil tewas dan jumlah yang tidak diketahui terluka.
Misi penjaga perdamaian PBB telah dilanda tuduhan pelecehan selama bertahun-tahun.
"Jelas jika ada tanggung jawab pasukan PBB atas cedera, atau kematian, kami akan menindaklanjutinya," kata Haq.
Dia menuturkan, pasukan PBB telah disarankan untuk menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dan hanya menembakkan tembakan peringatan jika diperlukan.
Bentrokan kembali antara pasukan lokal dan kelompok pemberontak M23 di Kongo Timur dalam beberapa bulan terakhir telah membuat ribuan orang mengungsi.
Serangan oleh gerilyawan yang terkait dengan Negara Islam juga terus berlanjut meskipun keadaan darurat selama setahun dan operasi gabungan melawan mereka oleh tentara Kongo dan Uganda.
"Kami telah melakukan yang terbaik, tidak hanya selama bertahun-tahun, tetapi benar-benar selama beberapa dekade untuk mencoba membawa stabilitas ke Kongo Timur," kata Haq.
Dia menambahkan bahwa kepala penjaga perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Kongo sesegera mungkin.
MONUSCO mengambil alih dari operasi PBB sebelumnya pada 2010.
Baca juga: Baru Terungkap, Kondisi Terakhir Para Ajudan Irjen Ferdy Sambo Sebelum Brigadir J Tewas
Baca juga: LIVE STREAMING Barcelona vs Juventus 2022, Di Maria Main, Lewandowski Haus Gol, Ini Link Nonton
MONUSCO memiliki lebih dari 12 ribu tentara dan 1.600 polisi yang dikerahkan pada November 2021, dan telah ditarik secara bertahap selama bertahun-tahun.
Para pengunjuk rasa juga menyerbu rumah-rumah pekerja PBB di Goma, mendorong misi untuk memindahkan stafnya ke kamp-kamp.
Seorang reporter Reuters melihat staf dievakuasi dalam konvoi dengan pengawalan tentara.
Menteri luar negeri India mengatakan dua dari penjaga perdamaian yang tewas adalah orang India.
Ngoma mengatakan yang ketiga adalah orang Maroko.
Baca juga: Nanang Hape Apresiasi Teroboson BNPT Gandeng Anak Muda Lawan Paham Radikalisme dan Terorisme
Baca juga: Akhirnya Terungkap Hasil Pemeriksaan Bharada E Terkait Tewasnya Brigadir J, Jelaskan Soal Penembakan
Dewan Keamanan PBB akan diberi pengarahan tentang situasi di balik pintu tertutup pada hari Selasa, kata para diplomat.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Protes Anti-PBB Pecah di Kongo, 15 orang Tewas".