Dana Kemanusiaan Kompas

Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Bangun 40 Jamban di Magelang Jateng

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengurus Yayasan Dana Kemanudiaan Kompas saat serah terima laporan pelaksanaan pembuatan 40 jamban keluarga di Kantor Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jateng, 11 Mei 2022.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau YDKK telah membantu membangun 40 jamban keluarga untuk masyarakat Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Acara serah terima laporan pelaksanaan pembuatan 40 jamban keluarga pun dilaksanakan di Kantor Desa Pucungrejo, pada 11 Mei 2022.

Pembuatan jamban keluarga tersebut demi pemenuhan kebutuhan sanitasi dan peningkatan kesehatan masyarakat setempat.

Manajer Eksekutif YDKK Anung Wendyartaka mengatakan gerakan pembangunan jamban sehat ini diharapkan dapat berlanjut serta diteruskan dalam skala yang lebih luas.

Sebelumnya, DKK telah membantu memberikan 1.000 jamban untuk masyarakat, yang disalurkan melalui Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur.

Adapun pada 2021, pola pemberian bantuan diubah. Di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, DKK membantu pembangunan jamban sehat dengan langsung melibatkan masyarakat yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Semali Asri.

Kepada kelompok ini, disalurkan dana donasi dari pembaca Kompas senilai Rp120 juta yang kemudian digunakan untuk membangun 40 jamban keluarga.

"Pola penyaluran bantuan semacam ini kembali dilakukan untuk pembangunan jamban keluarga di Malang, Jatim," kata Anung Wendyartaka dikutip dari rilis yang diterima tribunmanado.co.id, Jumat (13/5/2022). 

Keberhasilan program pembangunan jamban ini kemudian juga ditiru oleh pembangunan sanitasi penyediaan air bersih oleh KSM Mojo Waras bersama YDKK di Kecamatan Mojo Surakarta.

Kesulitan dari program dana pembangunan jamban ini terkait dari kesadaran warga untuk melakukannya dan harus siap.

Anung mengatakan, kesiapan masyarakat ini sangat dibutuhkan karena untuk membangun jamban dan membuat septic tank, warga harus membongkar lantai rumah.

”Karena keterbatasan lahan, warga di Malang, misalnya, ada yang terpaksa membobol lantai, membangun septic tank di teras atau di bagian dalam rumah. Bagi warga yang tidak siap dan kurang menyadari nilai penting jamban sehat, jelas hal ini akan sulit dilakukan,” ujarnya.

Pentingnya keberadaan jamban sehat, menurut dia, juga harus disadari oleh banyak pihak di masyarakat.

Karena tidak mungkin terus-menerus mengandalkan bantuan pemerintah dengan anggaran yang terbatas, maka inisiasi untuk membangun jamban ini semestinya muncul dari lingkup masyarakat sendiri dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.

Menurut Anung, DKK sangat peduli pada masalah jamban ini karena jamban dan sanitasi yang kurang sehat pada akhirnya juga banyak memicu banyak masalah baru, termasuk tengkes.

Edy Triyanto, pegiat sosial dan pendamping masyarakat yang sebelumnya juga pernah bekerja untuk USAID-IUWASH PLUS, mengatakan, hal penting dalam program pembangunan jamban sehat ini semata-mata bukanlah sekadar menyiapkan teknis pembangunan, melainkan harus terlebih dahulu menyiapkan masyarakat untuk melakukannya.

Banyak orang, menurut dia, sering kali tidak memiliki kesadaran akan fungsi jamban dan justru bangga ketika jamban bisa lama dibiarkan tanpa pernah dilakukan penyedotan tinja.

Padahal, ketika hal itu terjadi, maka jamban diduga bocor dan air limbahnya telah mencemari lingkungan sekitar.

Masalah tinja ini, menurut dia, harus diperhatikan pembuatannya secara benar.

Pasalnya, sebanyak 1 gram limbah tinja saja sudah mengandung 3 miliar bakteri. Sedangkan tiap orang bisa membuang 250 gram tinja per hari.

Ketua KSM Semali Asri Fahrudin mengatakan, pembangunan 40 jamban keluarga tersebut setidaknya bisa membantu 160 jiwa untuk buang air besar (BAB) secara benar.

Desa Pucungrejo juga masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu menggerakkan sekitar 200 keluarga lainnya untuk membangun jamban sehat dan tidak BAB sembarangan.

Namun, tugas itu tak mudah dilakukan karena rata-rata dari mereka enggan untuk membongkar rumah.

Alasan demi sanitasi dan penyediaan air bersih pun biasanya juga tidak cukup manjur untuk mendorong mereka membangun jamban sehat.

”Alasan demi penyediaan air bersih mendadak mentah karena banyak warga di Desa Pucungrejo sudah menjadi pelanggan PDAM,” ujarnya.

Meski demikian, Fahrudin tetap berusaha membujuk dan tidak henti memberikan sosialiasi tentang manfaat penting jamban sehat kepada warga.

Diadaptasi dari artikel Kompas.id "Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Terus Dorong Pembangunan Jamban Sehat".

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi narahubung Manajer Eksekutif Yayasan DKK Anung Wendyartaka 0816-4818-528

Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)

Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia).

DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.

Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.

Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.

Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan.

Pengumpulan dan penyaluran dana terbesar dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera pada 2004-2005.

Selain terjun ke lokasi-lokasi bencana, DKK juga aktif menyalurkan dana bantuan pembaca untuk menanggulangi masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.

Program-program besarnya antara lain operasi katarak untuk 10.000 warga tidak mampu, pembangunan sarana fisik pendidikan, pembangunan fasilitas sanitasi dan sebagainya.

Awalnya, penggalangan dana DKK melalui Dompet Kemanusiaan Kompas yang berada di bawah naungan Harian Kompas.

Para relawannya meliputi wartawan dan karyawan Harian Kompas dari berbagai divisi.

Pada perkembangan selanjutnya, penggalangan dana juga dilakukan oleh unit usaha lain di bawah Kompas Gramedia seperti KompasTV, Gramedia, dan Universitas Multimedia Nusantara.

Para relawannya kini tidak hanya sebatas karyawan Harian Kompas tetapi juga karyawan-karyawan dari berbagai unit usaha Kompas Gramedia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD).

Alamat Yayasan DKK - Gedung Kompas Gramedia, Unit 2 Lantai 3, Jl. Palmerah Selatan No. 22-28, Jakarta 10270. Telp. 021-5364415. (*)

Berita Terkini