TRIBUNMANADO.CO.ID- Seorang model sangat tertantang untuk melakukan foto dengan ular.
Namun ulat tesebut bukan dipegang di tangan, atau dilingkat di leher, melainkan diletakkan di atas kepala serupa dengan medusa.
Ular yang digunakan pun bukan ular plastik, melainkan ular asli yang masih hidup.
Baca juga: Deretan Shio yang Punya Sifat Pendendam, Shio Ular Paling Kejam dan Tak Berperasaan, Cek Shiomu
Sebuah video yang memperlihatkan pemotretan seorang model menggunakan hiasan kepala dari ular, viral di media sosial.
Video tersebut satu diantarannya diunggah oleh akun @Yunike_Lollipop.
Usut punya usut ular yang digunakan ternyata asli.
Dilansir dari TribunNews, pemilik akun Yunike Saparayani (26) menceritakan kisah di baliknya.
Baca juga: Awalnya Hanya Bermain Dengan Tiga Ular Kobra, Pria Ini Digigit Hingga Dilarikan ke Rumah Sakit
Disebutkan, ide pemotretan itu terinspirasi dari pemelihara reptil @Hendra_moezza dan fotografer @Ary_jobs.
Ular yang digunakan untuk pemotretan bersama Griya Rias Putri @puputriaskajen tersebut adalah ular asli.
"Terkait riasan ular yang kita gunakan semuanya asli."
"Ular yang di atas kepala itu ular pucuk atau Ahaetulla Prasina dan yang saya pegang itu ular piton atau Reticulatus Python," jelas Yunike.
Baca juga: Ramalan Shio Besok Jumat 18 Maret 2022, Tikus Temukan Kesulitan, Rahasia Ular Bisa Jadi Gosip
Tetap merasa takut
Tidak dipungkiri, sebenarnya ada perasaan takut dalam dirinya kepada ular.
Namun, Yunike selalu berusaha untuk mengutamakan keamanan ketika melakukan kontak dengan ular-ular tersebut.
Yunike menyebutkan akhirnya tertarik memelihara ular yakni pada 2015.
"Saya mulai memelihara atau mengoleksi (ular) di rumah sekitar tahun 2015," jelas Yunike.
Ularnya tidak berbisa
Yunike menyebut bahwa ular pucuk berwarna hijau yang ditempatkan di kepalanya tidak berbisa.
"Untuk ular pucuk-nya itu berbisa rendah atau low venom dan tidak berbahaya bagi manusia," sambung Yunike.
Awalnya, Yunike menyiapkan empat jenis ular berjumlah kurang lebih 100 ekor.
"Sedangkan pada hari H pemotretan, hanya dua spesies saja yang dapat kita gunakan (ular pucuk dan anakan piton)," lanjut Yunike.
Yunike mengaku ia sangat menyukai ular, bahkan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Karena menurut saya (menyukai ular adalah) anti-mainstream."
"(Selain itu) kita dapat memeliharanya karena memberi makanannya juga tidak setiap hari," kata Yunike.
Memelihara 12 ekor ular
Yunike mengatakan saat ini ia memelihara 12 ekor ular di rumahnya.
Jumlah ini telah berkurang banyak dari sebelumnya karena masa pandemi.
Awalnya, terjadi penolakan dari pihak keluarga untuk memelihara ular.
"Awalnya tentu keluarga tidak mendukung, ya karena paradigma dan mitos ular yang cukup kental pastinya."
"Tapi, sedikit demi sedikit usaha saya memperkenalkan ular kepada mereka (membuahkan hasil hingga akhirnya diperbolehkan untuk memelihara)," kata Yunike.
Kini, keluarga melihat ular peliharaan Yunike layaknya melihat burung dalam sangkar.
Mereka merasa bahwa memelihara ular sudah menjadi hal yang biasa bagi keluarga.
Yunike bersyukur, keluarganya memperbolehkan, bahkan mendukungnya untuk memelihara binatang, terutama ular.
"Untuk respons keluarga, teman, dan tetangga tentunya beragam. Ada yang pro dan ada yang kontra. Itu sudah pasti, tapi menurut pribadi saya lebih banyak yang suka."
"Karena (mereka merasa dapat) melihat ular itu (secara langsung dengan mudah) tanpa harus ke kebun binatang."
"Jadi mereka (teman dan tetangga) lihat (ular) di rumah saya sudah seperti kebun binatang," kata Yunike.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com