Human Interest Story

Kisah Cristian Sumendap, Tukang Bakar Tempurung Kelapa di Minut

Penulis: Fistel Mukuan
Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

 Cristian Sumendap saat sedang sibuk membakar tempurung.

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Daerah Minahasa Utara (Minut) adalah salah satu penghasil kelapa di Sulawesi Utara (Sulut).

Desa Kaweruan Kecamatan Likupang merupakan salah satu penghasil arang tempurung.

Di desa tersebut ada Cristian Sumendap yang terlihat sedang membakar tempurung yang ditemani istri dan satu anaknya di perkebunan.

Terlihat luapan asap yang cukup besar, Cristian bersama istrinya di samping luapan asap tersebut membakar tempurung.

Terlihat ada tujuh drum dan semuanya sudah diisi ful tempurung.

Sementara di bawahnya bara membara menyala dan mengeluarkan banyak asap.

Jika di bagian atas sudah menyala akan ditambah lagi di ataas drum agar hanya di bagian bawah yang menyala sampai semua tempurung habis.

Cristian ketika diwawancarai katakan perhari minimal yang ia bakar 35 karung besar.

Dimulai dari Pukul 06.00 sampai pukul 17.30 Wita.

"Tapi, kalau tempurungnya basah memang sedikit lama tapi kalau kering tempurunnya pembakaran akan lebih cepat," ucapnya.

Ia juga sampaikan, kalau tempurunnya kering bisa membakar sampai 80 karung perhari meskipun lebih dari 12 jam pembakarannya non stop.

Menurutnya, kalau tempurungnya banyak seminggu bisa 4 kali membakar.

Dirinya mengaku, setelah selesai sekolah, sudah mulai bekerja membakar tempurung sampai sekarang kurang lebih 3 tahun pekerjaannya.

Meskipun banyak asap dan sangat mengganggu pernapasan, tapi tidak membuatnya menyerah.

"Karena sudah biasa meskipun banyak asap kami sudah tahan, kalau baru memang sulit rasanya sampai sesak nafas," tuturnya.

Karena dirinya sehari penuh melakukan pembakaran tempurung, sehingga makan siang di lokasi saja.

Ia sampaikan, untuk lokasi pembakaran harus jauh kurang lebih 500 meter dari perkampungan jadi ini dilakukan di perkebunan supaya tidak mengganggu masyarakat.

"Perkarung kami dibayar Rp 5.000 dan kalau tidak ada pekerjaan seperti ini saya kerja lainnya potong rumput untuk menghidupi keluarga, istri dan anak saya," tutupnya. (fis)

Bayi Kembar Ollyvia dan Stevani Lahir di RSUD ODSK, Enriko Rawung: Lahir Secara Normal

Pengakuan Veronika Mandang, Ibu dari Bayi Kembar 4 di Tompaso Baru Minsel

Polres Minsel Bagikan Takjil Gratis bagi Pengendara dan Penumpang Kendaraan yang Berpuas

Berita Terkini