TRIBUNMANADO.CO.ID- Perbuatan KKB di Papua semakin beringas, bahkan mereka berani menyerang beberapa pos TNI dan Polri.
Hingga banyak korban tewas, termasuk warga sipil.
Namun anehnya justru jubir OPM Sebby Sambom malah mencak-mencak menyebut markas KKB di Papua diserang.
Baca juga: Delapan Orang Tewas Ditembak KKB, Jubir OPM Sebby Sambom Sebut Semuanya dari Anggota TNI-Polri
Di tengah keberingasan KKB Papua yang semakin merajalela, jubir OPM Sebby Sambom malah mencak-mencak.
Sebby menuduh TNI-Polri telah melakukan serangan di salah satu markas KKB Papua di kawasan Alguru, Nduga.
Sebby mengatakan bahwa TNI-Polri menggunakan bom mortir dan senjata kimia beracun dalam penyerangan tersebut.
Tak hanya itu, menurut Sebby serangan TNI-Polri turut membakar rumah milik warga sipil.
Baca juga: Jubir OPM Sebby Sambom: Komandan KKB Papua Tewas Ditembak TNI-Polri, Sosok Pejuang Terbaik TPNPB
"Serangan bom mortir dua hari berikutnya mengakibatkan sembilan rumah warga sipil di Alguru terbakar hangus, menghancurkan semua harta benda milik warga sipil orang asli Papua di Ndugama," ujar Sebby Sambom dalam laporannya.
Dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Bos KKB Papua Ngamuk, Ngaku Markasnya Diserang TNI-Polri dengan Bom Mortir: Anda Rusak Indonesia!'.
Menurut Sebby dampak dari penyerangan itu langsung membakar rumah-rumah warga sipil.
Namun ia mengakui bahwa dirinya dan anggotanya tidak mengetahui dengan pasti jenis dan senjata apa yang digunakna TNI-Polri dalam penyerangan tersebut.
Baca juga: Sosok Sebby Sambom, Jubir OPM KKB Papua yang Baru Ancam Bupati dan Gubernur, Ternyata Mantan Napi
Markas KKB di Alguru diklaim menjadi telaga lumpur akibat serangan itu.
Namun KKB memastikan tidak ada korban jiwa.
Dengan melihat serang bom mortir, Panglima TPNPB-KODAP III Ndiuama Bridgen Egianus Kogeya melalui telpon selulernya mempertanyakan penggunaan bom oleh TNI/Polri yang menghancurkan alam dan merusak rumah warga sipil.
"Jadi anda Indonesia merusak tanah? Saya ada sama-sama dengan anda TNI/Polri di Kenyam," ungkap Sebby mengulang pernyataan Egianus.
Keberingasan KKB Papua
Sementara itu, keberingasan KKB Papua tengah menjadi sorotan.
Serangan KKB Papua menggunakan Granade Launcher Mortir (GLM) atau granat, mengakibatkan 10 prajurit jadi korban di Distrik Kenyam, Nduga, Papua, Sabtu (26/3/2022) sore.
Dua prajurit TNI gugur, yakni Letda Marinir Muhammad Ikbal dan Pratu Wilson Anderson Here. Sedangkan delapan anggota TNI lainnya mengalami luka-luka.
Kapolres Nduga, Kompol Komang Budhiarta menyebut penyerangan ke pos marinir itu karena alasan kondisi geografis.
Letak pos yang berada di pinggir kali Kenyam merupakan area sekat ketika anggota KKB ketika mau masuk kota.
"Pos teman-teman kita ini hanya berseberangan kali dengan markas mereka," terang Kompol Komang Budhiarto dikutip dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (27/3/2022).
Komang meyakini kelompok yang menyerang pos marinir ini dipimpin Egianus Kogoya karena memang keberadaannya di Kenyam dan markasnya hanya berseberangan dengan lokasi penyeranan.
"Memang tempat Egianus mau ke kota, ya lewat sana. Kalau gak, mereka putar balik ke arah Asmat Agas," terang Komang.
Apakah ada indikasi lain yang meyakini ini kelompok Egianus? Komang bisa memastikan itu hal itu.
"Itu sudah kita pastikan, karena kelompok Egi ada di kanyam. Selama 1 tahun terakhir mereka vakum," katanya.
Selain itu, penyerangan itu juga didasari adanya personil TNI yang disersi, dimana dia adalah orang Kenyam dan sudah bergabung dengan kelompok Egianus.
Lalu, adakah upaya pengejaran kepada pelaku?
Menurut Komang, untuk pengejaran pelaku belum dilakukan.
"Dengan operasi damai cartenz kita mengedepankan persuasif dan pendekatan kepada masyarakat," katanya.
Apalagi, setelah menyerang pos marinir, mereka langsung melarikan ke masuk hutan.
Meski demikian, Komang memastikan pascapenyerangan ini, aktivitas masyarakat normal seperti biasa.
"Kami kalau malam tidak ada yang terlalu berkeliaran bermain di luar. Kalau siang, aktivitas masyarakat normal," katanya.
Lihat video selengkapnya
Sebelumnya, Danrem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menduga, kelompok yang melakukan penyerangan tersebut dipimpin Egianus Kogoya.
Saat ini, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait penyerangan tersebut.
"Belum dipastikan apa yang menyebabkan mereka diserang KKB yang diduga dipimpin Egianus Kogoya dan itu akan diselidiki," ujar Izak, Sabtu, dikutip dari Kompas.com.
Hal senada dikatakan Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri yang menyebut kelompok yang melakukan penyerangan itu diduga Egianus. Sebab, Egianus memiliki persentajaan lengkap.
"Kelompok Egianus merupakan KKB yang memiliki persenjataan paling banyak, salah satunya adalah GLM hasil rampasan," kata Mathius, Sabtu.
Mathius mengatakan, kontak senjata sempat terjadi selama tiga kali, yaitu pada pukul 17.50 WIT, 18.45 WIT, dan 19.45 WIT.
Akibat kontak senjata itu, sambungnya, satu prajurit TNI gugur dan dua kritis.
"Satu anggota Marinir gugur dan dua lainnya kritis akibat GLM (granat) yang dilontarkan KKB," ujarnya.
Saat ini, kata Mathius, seluruh aparat keamanan di Kenyam dalam kondisi siaga karena diduga beberapa anggota KKB masih berada di sekitar bandara.
"Sebagian besar KKB sudah lari tapi masih ada beberapa yang masih ada di sekitar ujung bandara," ungkapnya.
Selanjutnya, kekejaman KKB Papua semakin merajalela hingga tega membunuh Babinsa 1702-07/Kurulu sekeluarga.
Babinsa bernama Sertu Eka Andrianto Hasugian (28) dan Sri Lestari Indah Putri (33) yang berprofesi sebagai bidan Puskesmas Elim dihabisi pada Kamis (31/3/2022) sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Tak cukup di situ, kekejian KKB Papua diperlihatkan dengan melakukan mutilasi jari anak korban yang masih balita.
Kekejaman KKB Papua itu membuat Jenderal Dudung memerintahkan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Teguh Muji Angkasa mengejar pelaku hingga ditemukan.
Peristiwa pembunuhan terhadap keluarga Babinsa Kurulu terjadi di Kampung Elelim, Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo.
Wakapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan, kedua korban sering membantu masyarakat.
"Korban yang merupakan Nakes dan PNS Puskesmas Elim Yalimo sering membantu masyarakat, khususnya dalam persalinan Ibu-ibu.
Terlebih lagi saat terjadi pengungsian di wilayah Yalimo.
Almarhum terjun langsung membantu para pengungsi," kata Candra dalam rilis pers yang diterima Tribun-Papua.com, Kamis (31/3/2022) siang.
"Demikian pula suaminya Almarhum Sertu Eka Andrianyanto Hasugian yang merupakan Babinsa, selalu membantu masyarakat sekitarnya," tambahnya.
Tak hanya itu, anak dari kedua almarhum yang masih balita, juga menjadi korban. Jari tangannya dipotong pelaku.
"Pembunuhan dilakukan oleh OTK terjadi pada Kamis pagi, pukul 06.15 WIT di Kios milik almarhum, Jalan Trans Elelim, Kampung Elelim," tutur Candra.
Kedua jenazah pasangan abdi negara tersebut sudah dievakuasi ke Puskesmas setempat guna dilakukan autopsi.
"Terkait siapa pelakunya masih belum diketahui (OTK) dan saat ini para saksi-saksi sedang dimintai keterangan di Polres Yalimo" jelas Letkol Candra.(*)
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id