Kapal LCT

Pemilik Kapal Bantah Angkut Bahan Berbahaya, Nando Bawansel: Isinya Alat Bor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemilik kapal LCT Artha Bumi Tsabhit Nando Bawansel memperlihatkan manifes berisi daftar muatan kapalnya kepada wartawan di Hotel Fave, Kota Bitung, Minggu (6/2/2022) malam.

BITUNG, TRIBUNMANADO.CO.ID – Pemilik kapal LCT Artha Bumi Tsabhit Nando Bawansel memberi klarifikasi terkait kabar bahwa kapalnya yang sedang berlabuh di Selat Lembeh mengangkut bahan berbahaya. 

Nando Bawansel menggelar jumpa pers di Hotel Fave Kota Bitung, Minggu (6/2/2022) malam.

“Dalam kontainer itu tidak ada bahan peledak atau bom atau bahan berbahaya lainnya seperti disebut wartawan saat siaran langsung melalui Facebook,” kata Nando Bawansel.

Nando menerangkan, di dalam konteiner warna biru itu berisi muatan campuran spare part dan accessesoris rig drill atau pengeboran.

Manifes kapal LCT Artha Bumi Tsabhit yang berisi daftar barang muatannya. (Christian Wayongkere)

Ada rig drill ID 350, satu unit mast rig drill 350, satu unit self loader hino dan satu unit tronton double crane HIAB crane.

Yang ada juga di atas kapal itu yakni tiga unit mobil tronton, alat berat dua unit dan satu konteiner.

Kepastian apa saja yang diangkut itu, Nando Bawansel memperlihatkan manifes kepada wartawan.

Manifes adalah suatu dokumen dalam jasa angkutan yang berisi daftar kargo, penumpang, awak kapal yang wajib dimiliki kapal angkutan sebelum keberangkatan.

Kapal tersebut sedang berlabuh di depan kompleks pemukiman Kampis, Kelurahan Batulubang, Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung.

Didamping Larry Lawere Nahkoda kapal dan Jofran selaku pihak yang mengurus kapal juga menyayangkan tudingan bahwa kapal yang telah berlayar tidak ada dokumen berlayar.

Nando mejelaskan, sebagai pelaku usaha penyewaan jasa kapal LCT untuk angkutan barang, dalam hal ini sewa oleh sebuah perusahan untuk membawa barang-barang itu ke Sangihe.

“Kalau memang tidak ada izin, kenapa syahbandar beri izin kapal berlayar. Itu yang kami sesalkan ada yang katakan kapal kami tidak ada izin. Padahal kapal kami ada izin, silakan tanyakan ke syahbandar,” tegasnya.

Pihaknya juga mengaku tidak tau jika barang yang diangkutnya tersebut akan dibawa ke tempat yang saat ini tengah bermasalah.

Pihaknya menyiapkan kapal yang disewa pihak perusahan melalui penghubungnya.

Menurut Nando pihaknya nanti mengetahui kalau ada persoalan di lokasi tujuan, saat kapal tiba di Sangihe dan mendapat penolakan warga.

Kapal angkutan jenis Landing craft tenk (LCT) tengah labuh di selat Lembeh, Kota Bitung Provinsi Sulut, Minggu (5/2/2022). (Tribun Manado/Christian Wayongkere)

“Mereka pakai kita, soal barang kami tidak tahu. Setelah ada masalah di sana kami konfirmasi kenapa ditolak dengan pihak penyewa, lalu mereka bilang ada masalah sedikit sehingga kami langsung meminta kapal kembali ke Bitung,” jelasnya.

Langkah meminta kapal kembali, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan crew kapal dan kapal menjadi sasaran karena membawa alat itu.

Pihaknya juga akan membongkar alat-alat atau barang itu dan memperlihatkan isi di dalamnya agar semua jelas dan terang benderang.

Sebelum kapal berlayar, pihaknya melakukan koordinasi dengan pihak pemilik barang ketika alat naik ke kapal apakah alat yang diangkut aman dan pemilik barang sampaikan aman.

“Kami tidak tahu dengan perusahaan TMS. Kami tidak tahu kalau di Sangihe ada masalah. Nanti kapal di sana, baru tahu ada masalah. Saya kaget saat kapal sampai di sana, ada kekacauan,” kata dia. 

Penolakan masyarakat Sangihe saat kapal ini tiba terjadi pada Jumat (4/2/2022) lalu. (*)

Berita Terkini