TRIBUNMANADO.CO.ID - Di era kepemimpinannya, Manado mulai bergeliat.
Kebijakan reklamasi Teluk Manado dilakoni untuk membuat pusat bisnis modern.
Pembangunan jalan terus meski tak sedikit kritikan bertema atas nama lingkungan. Bahkan cibiran dan kecaman menyertai pembangunan waktu itu.
"Tapi belakangan terbukti, kawasan itu menjadi pusat bisnis Kota Manado," kata Wempie Frederik, Wali Kota Manado periode 2000-2005 dalam Podcast Tribun Manado, Selasa (18/01/2022).
Katanya, kawasan reklamasi Boulevard yang awalnya ditentang kini menjadi iko kota.
"Memang, perubahan, pembangunan itu ada konsekuensi bagi lingkungan tapi sekrang berapa banyak yang menggantungkan nasib, cari nafkah di situ?" katanya.
Katanya, Boulevard menjadi simbol kemajuan Kota Manado. "Sebuah kota maju, indikatornya ada pembangunan, ada perubahan," ujar Wempie yang pernah duduk di DPR RI ini dan DPRD Sulut ini.
Suami Arianne Nangoy ini mengungkapkan, membangun Manado butuh kesabaran, terobosan dan kerja keras.
Katanya, Manado kota tua yang ditinggali masyarakat multidimensi berbagai latar belakang. "Berbeda jika Manado ini kota baru, sudah direncanakan," jelasnya.
Karena itu, program pembangunan pemerintah dilaksanakan bersamaan dengan upaya penyelesaian persoalan lingkungan, infrastruktur dan sosial budaya.
"Prioritas dasar itu infrastruktur, layanan dasar, public service, air bersih dan pelayanan pemerintah," kata pria yang mengawali karir sebagai akademisi di FISIP Unsrat Manado ini.
Sebagai kota yang bergeliat maju, hemat Wempie, masyarakat Manado dinamis dengan kompleksitasnya.
"Ya kalau macet, itu tandanya kota maju. Indikator ada peningkatan ekonomi. Tugas pemerintah menyediakan fasilitas jalan memadai dan manajemennya," katanya.
Ia tak sungkan memuji langkah terobosan Wali Kota Manado, Andrei Angouw. Langkah mengatasi banjir dan sampai sebagai prioritas sudah tepat.
"Itu sudah dimulai. Memang itu tugasnya. Ini pelayanan dasar yang harus dibenahi," ucapnya kepada host Tribun Podcast, Aswin Lumintang.