TRIBUNMANADO.CO.ID - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan selalu menjadi sorotan.
Kinerja dan Hal-hal yang terjadi dibawa kepemimpinannya selama menjadi pemimpin di Ibu kota tak lepas dari perhatian publik.
Namun, ketika ditanya terkait bagaimana dirinya menanggapi banyak kritik yang datang silih berganti atas setiap kinerjanya, Anies Baswedan mengaku tak ingin terlalu merespons hal itu.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut, setelah berjalan selama tiga setengah tahun ini, pihaknya baru melakukan testing terkait opini publik.
• Anies Pilih Lanjut 2 Periode Ketimbang Ikut Pilpres 2024, Gubernur DKI Singgung Insiden Kecebur Got
“Kalau sosmed ramai terus, ramai terus, hari ini dipuji besok bisa dicaci, hari ini selangit besok bisa nyungsep senyungsep nyungsepnya. Karena itu nggak usah pusing, rileks saja. Kalau sosmed itu pasti begitu, makanya prinsipnya dari dulu itu dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang gitu aja dipegangnya,” kata Anies.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta bukti soal tudingan-tudingan terkait kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dinilai diskriminatif.
Selama dirinya menjabat sebagai gubernur DKI, kata Anies, tidak ada bukti soal tudingan diskriminatif dan radikalisme yang selama ini digaungkan di dunia maya.
"Ini sekarang bulan ini (saya) sudah 4 tahun (menjabat), jawabannya begini, 'Tolong tunjukkan jawaban, mana yang radikal dari Gubernur DKI, tolong tunjukkan kebijakan yang diskriminatif dari Gubernur DKI'," kata Anies dalam acara Workshop Nasional DPP PAN yang ditayangkan di kanal YouTube PAN TV, Senin (4/10/2021).
Anies mengatakan, isu gubernur radikal dan ekstremis selalu ditanyakan media-media internasional kepadanya.
Anies merasa isu tersebut tidak perlu dijawab dan dia menutup wawancara media internasional apabila menyangkut isu radikalisme.
"Saya tidak memberikan wawancara internasional sampai 3,5 tahun karena media internasional tidak tahu isu detail, taunya isu global dan itu adanya ekstremisme, radikalisme, konflik antar-agama," ujar dia.
Menurut Anies, isu diskriminasi, radikalisme, ekstremisme akan terjawab seiring berjalannya waktu.
"Lalu Jakarta kalau diomongin selalu konteksnya seperti itu, jadi saya tidak mau jawab tudingan soal gubernur radikal, gubernur ekstrem, kenapa? Karena cukup dijawabnya dengan perjalanan waktu," ujar dia.
Anies menyebutkan, isu radikalisme dan intoleran sudah dijawab melalui kebijakan bantuan operasional tempat ibadah tanpa memandang agama apa pun.
"Di Jakarta ini sekarang ada namanya BOTI, biaya operasional tempat ibadah, semua tempat ibadah mendapatkan Rp 1 juta biaya operasional per bulan di seluruh Jakarta," ujar dia.
• PON Papua 2021, Beregu Putra Bulutangkis Sulut Bekuk Papua Barat 4-1
Anies: Jangan Pernah Meremehkan Kata-kata
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpesan agar tidak meremehkan kata-kata sebagai sesuatu yang tidak bermakna.
Dia menyebut, kata-kata merupakan sebuah gagasan yang memiliki arti mendalam untuk berlanjut ke dalam karya-karya.
"Jangan pernah meremehkan gagasan, memang gagasan bentuknya kata-kata, memang kita sering menganggap kata-kata tidak penting," kata Anies dalam pidato Workshop Nasional DPP PAN di Nusa Dua, Bali yang ditayangkan di akun YouTube PAN TV, Senin (4/10/2021).
Anies mengatakan, jika tidak ada gagasan, maka karya yang dibuat tidak akan memiliki makna.
Berbeda dengan karya yang muncul dari gagasan dan narasi atau kata-kata. Karya yang dibuat, kata Anies, akan memiliki makna mendalam.
"Jangan sampai karya, karya, karya, karya tapi tidak ada gagasan," kata dia.
Orang nomor 1 di DKI Jakarta ini menyebut, pembangunan Jakarta saat ini berpegang pada gagasan, kemudian dilanjutkan dengan narasi baru dituangkan dalam bentuk karya.
"Semua pesan-pesan isinya kata-kata, tapi di balik kata-kata ada pesan ada gagasan, munculkan narasinya baru karya. Kami di Jakarta pegang itu," ujar dia.
Anies mengatakan, gagasan pembangunan DKI Jakarta dituangkan dalam kata Setara, sejahtera, maju, hidup, lestari, bersatu.
Menurut Anies, kata setara menjadi nomor satu karena dengan kesetaraan gagasan lainnya bisa diwujudkan bersama.
"Setara, kalau tidak ada setara jangan harap bersatu. Tidak ada persatuan dalam ketimpangan, cari ke seluruh dunia, tidak mungkin ada persatuan dalam ketimpangan," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Anies: Saya Sudah 4 Tahun Menjabat, Tolong Tunjukkan Kebijakan Mana yang Diskriminatif