TRIBUNMANADO.CO.ID - Pengakuan Suciwati, istri almarhum Munir Said Thalib saat dirinya menerima panggilan telepon misterius dari pilot Pollycarpus Budihari Prijanto beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda dan menjadi hari terakhir kehidupan bagi sang suami.
Munir Said Thalib merupakan salah satu aktivis pejuang HAM semasa ia hidup.
Kematian Munir pun hingga kini masih menjadi tanda tanya besar karena belum terungkap jelas.
Tak terasa sudah 17 tahun berlalu, Munir Said Thalib tiba-tiba meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia GA 974 dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda dengan transit di Singapura.
(Foto: Munir Said Thalib semasa hidup. Pejuang HAM Indonesia yang meninggal di pesawat pada 7 September 2004 silam. (Kolase Foto Twitter/Istimewa)
Munir meninggal dunia karena diracuni. Hasil otopsi, di dalam tubuh sang Pejuang HAM itu mengandung racun arsenik.
Kematiannya pun menghebohkan tanah air pada tahun 2004 silam.
Diduga, sang pendiri KONTRAS ini mengembuskan nafas terakhirnya 2 jam sebelum pesawat tiba di tujuan akhir.
Dua bulan pasca kejadian, Kepolisian Belanda memastikan ia dibunuh menggunakan racun arsenik.
Kronologi Munir meninggal
Hingga saat ini, memang belum diketahui fakta yang mengungkap secara pasti mengenai kronologi kematian Cak Munir.
Namun, sejumlah dugaan menyebut bahwa suami dari Suciwati itu diracun dalam perjalanan Jakarta-Singapura, atau bahkan saat berada di Singapura.
Dilansir dari dokumen Harian Kompas yang terbit pada 8 September 2004, indikasi bahwa Munir diracun memang terlihat setelah pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Changi yang menjadi tempat transitnya.
Lini masa berikut ini dapat menjadi gambaran mengenai kronologi pembunuhan Munir pada Selasa kelabu itu.
Penerbangan GA-974 itu berangkat dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004 malam, yaitu pukul 21.55 WIB. Pesawat tiba sekitar pukul 00.40 waktu setempat, kemudian melanjutkan perjalanan ke Amsterdam pukul 01.50.
Tiga jam setelah meninggalkan Bandara Changi, pramugara senior bernama Najib melapor kepada pilot Pantun Matondang bahwa Munir yang merupakan penumpang di kursi nomor 40G sakit setelah beberapa kali ke toilet.
Munir sempat mendapat pertolongan dari seorang dokter yang duduk di kursi nomor 1J.
Pria kelahiran Batu, Malang, itu kemudian dipindahkan ke sebelah bangku dokter itu.
"Menurut laporan, keadaan Pak Munir masih tenang, tapi dua jam menjelang pesawat mendarat di Schiphol, Pak Munir meninggal," kata Kepala Komunikasi Perusahaan PT Garuda Indonesia saat itu, Pujobroto, seperti dilansir dari Harian Kompas.
Pesawat kemudian tiba di Bandara Schiphol sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Karena ada peristiwa kematian penumpang, 10 petugas polisi militer kemudian masuk ke pesawat.
Untuk sementara, penumpang tidak diperbolehkan turun.
Petugas keamanan pun sempat menanyai pilot Pantun Matondang, pramugari dan sejumlah penumpang yang duduk di dekat kursi Munir.
Setelah 20 menit, penumpang pun dipersilakan turun.
Jenazah Munir kemudian juga dibawa turun, namun tetap dalam penanganan otoritas bandara.
Petugas berwenang lalu melakukan autopsi.
Hasil autopsi kelak mengungkap bahwa Munir yang diduga sakit, ternyata tewas dengan cara diracun.
Kejanggalan lain dari kematian Munir diungkap sang istri, Suciwati.
Beberapa hari sebelum keberangkatan Munir ke Belanda, istri Munir itu mengaku mendapat telepon dari orang yang mengaku sebagai Pollycarpus.
Pria di telepon itu menanyakan kepastian keberangkatan Munir.
Suciwati pun menjelaskan bahwa Munir berangkat pada Senin malam, 6 September 2004 dengan penerbangan GA-974.
Suciwati sempat bertanya apa urusan Pollycarpus menelpon.
(Foto: (Foto: Pilot Pollycarpus Budihari Prijanto, terlibat Pembunuhan Munir di Pesawat 7 September 2004 silam. Sempat telepon Munir sebelum berangkat ke Belanda./KOMPAS.com/Tribunnews.com)
Namun, saat itu dijawab bahwa dia adalah teman Munir yang bekerja di Garuda Indonesia dan berencana berangkat bersama Munir ke Belanda.
Ketika Munir pulang, Suci menyampaikan telepon yang diterimanya.
Dengan santai Munir menjawab bahwa Pollycarpus sebagai "orang aneh dan sok akrab".
Setelah mendengar respons Munir, Suci menyesal telah menyampaikan tanggal keberangkatan Munir kepada Polly.
"Tapi, almarhum (Munir) menenangkan saya dan bilang enggak apa-apa," kata Suciwati.
(Kompas.com)
Tautan: