TRIBUNMANADO.CO.ID - Samuel Saputra adalah seorang pendeta yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi di sebuah acara ibadah di Cawang, Jakarta Timur.
Dia terpanggil menjadi seorang pelayan Tuhan.
Dia pun menunjukkan ketaatannya dengan meninggalkan pekerjaannya di Jakarta dan melanjutkan sekolah Alkitab di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
Di balik figurnya yang begitu pengasih, rupanya Pendeta Samuel Saputra terlahir dari keluarga broken home.
Kisah Samuel Saputra, Pendeta dan Pencipta Lagu Roh Kudus Kau Hadir Disini, Hidupnya Penuh Kasih (kolasetribunmanado foto: istimewa)
Di usia yang baru 50 hari, setelah ayah dan ibunya bercerai, dia harus dipisahkan dari kakak perempuan dan saudara kembarnya yang dibawa oleh sang ayah.
Di masa-masa tumbuh kembangnya Samuel sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari figur seorang ayah.
Setelah orangtuanya bercerai, sang ibu memboyong Samuel pindah dari Jakarta ke Karawang dan hidup di sana dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.
Karena ibunya tak punya uang, Samuel hanya bisa mengecap pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) saja.
Tapi siapa sangka, latar belakang hidupnya yang hancur tidak membuatnya kehilangan kasih Tuhan.
Selama menjalani pendidikan Sekolah Alkitab, dia belajar banyak hal mulai dari proses mengampuni ayahnya hingga semakin didewasakan dalam iman.
Dia akhirnya dipercayakan sebagai penerjemah untuk Penginjil Christie Moore dan Peter Youngren ketika melayani KKR kesembuhan di Papua.
Lalu terus berlanjut sampai ke berbagai acara kekristenan di tingkat Internasional bersama para pemimpin-pemimpin dan rohaniawan Kristen dari berbagai negara
Menciptakan Lagu
Lewat pengalaman spiritualnya di Sekolah Alkitab, Samuel akhirnya mendapat ilham untuk menulis lagu.
Dia pun menciptakan lagu berjudul "Roh Kudus Kau Hadir di Sini", yang hingga saat ini masih tetap dinyanyikan diĀ berbagai ibadah di gereja.
Setelah berkelana ke berbagai penjuru, Samuel Saputra akhirnya mendirikan Yayasan Pondok Penuai.
Di sinilah Samuel mendedikasikan hidupnya untuk memuridkan dan menyelamatkan generasi muda dari kehidupan pahit dan tanpa harapan menjadi generasi yang penuh harapan.
Dirikan Sekolah
Bukan hanya itu, dia dan sang istri Dr. Inawati Budiono SPd. MA juga mendirikan sekolah homeschooling Destiny Institude Salatiga sebagai lembaga pendidikan non-formal bagi anak untuk mengecap pendidikan yang lebih baik. Lembaga pendidikan Destiny Institute Salatiga ini sendiri berlokasi di Jl Aliwijayan, Pengilon, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti.
Tak terasa sekolah ini bahkan sudah 16 tahun berdiri.
Hatinya bagi generasi merupakan cerminan dari pengalaman tak mengenakkan dalam hidupnya. Dia tidak ingin generasi muda mengalami pengalaman pahit seperti yang ia alami dulu.
Karena itu ia hadir sebagai figur ayah yang penuh kasih, membangun karakter anak yang ia asuh menjadi pribadi yang penuh harapan.
Samuel Saputra (kolasetribunmanado foto: istimewa)
Selain sebagai pendeta, pengelola yayasan dan lembaga pendidikan, dia juga aktif menulis buku kisah hidupnya dan menjadi motivator ke berbagai belahan pelosok negeri dan manca negara.
Dipanggil Tuhan
Pendeta Samuel Saputra menyelesaikan pelayanannya hingga Jumat, 2 Juli 2021. Dia meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Menariknya, kepergian Pendeta Samuel disertai dengan keajaiban di langit tepat di atas rumhanya tinggal.
Menurut cerita sang istri Inawati, ada awan berbentuk salib yang terbentuk di langit.
"Saat kamu dipanggil Tuhan di atas rumah kita ada awan bentuknya salib, yang sempat di foto oleh Lianya dan Ps. Iwan. Mereka merasa yakin bahwa awan salib tersebut memiliki makna yang mendalam," kata Inawati. (*)
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL: