Berita Heboh

FAKTA Baru Sate Beracun yang Tewaskan Anak Driver Ojol, Ada Sosok Orang Kaya Raya Dibalik Kasus ini?

Editor: Indry Panigoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret semasa hidup N, anak driver ojol yang tewas karena sate beracun.

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Ada fakta baru yang terungkap dalam kasus sate beracun yang menewaskan seorang bocah.

Gara-gara sate, nyawa bocah 10 tahun tak tertolong.

Bocah itu adalah anak Driver Ojol atau pengemudi ojek online. 

Si anak meninggal dunia setelah memakan sate dari orang yang tak dikenal.

Kabar terbaru, katanya ada sosok kaya raya di dalam kasus ini.

Siapa orang bepengaruh dan Kaya Raya diduga suruh perempuan misterius kirim sate beracun disebut Sate Sianida untuk petinggi polisi? Ini kata pengamat.

Sate beracun itu akhirnya salah sasaran. Niatannya dikirim untuk penyidik senior di Satreskrim Polresta Yogyakarta, malah dimakan anak Driver Ojol atau pengemudi ojek online. 

Bocah asal Bantul itu Tewas mengenaskan hingga kisahnya viral di media sosial.

Kini polisi sedang menyelidiki siapa dalang di balik kasus mengenaskan menewaskan bocah 10 tahun yang baru pulang dari masjid itu. 

Informasi dihimpun tribuntimur dari Wartakota, bocah inisial NFP meninggal dunia usai santap sate dibawa ayahnya Bandiman, Minggu (25/4/2021).

Ternyata sate yang dibawa sang ayah merupakan pemberian wanita misterius yang memesan jasa pengiriman offline. 

Perempuan misterius itu meminta Budiman kirim makanan ke Bangunjiwo, Kasihan, Bantul ke pada pria berinisial T. 

T merupakan seorang polisi yang juga penyidik senior. 

Saat driver tiba di alamat yang dituju, T ternyata tengah berada di luar kota. 

T juga mengaku tidak mengenal sang pengirim makanan dan tidak juga merasa memesan sesuatu. 

Jadilah makanan itu diberikan kepada sang driver untuk bukan puasa. 

Sesampainya di rumah, Bandiman dan keluarganya menyantap sate beracun itu.

Mereka merasakan pahit pada sate tersebut. 

Si ibu sempat muntah-muntah, namun anaknya tak tertolong.

Polisi melakukan penyelidikan terkait kasus Paket Sate Bakar di Bantul (kiri) | Bandiman pengemudi Ojol yang anaknya jadi korban (Tribunjogja.com | Dok Polsek Sewon)

Orang Suruhan?

Terkait pelaku, Kriminolog Universitas Gajah Mada (UGM), Suprapto menyimpulkan kasus sate maut yang memakan korban seorang bocah di Bantul Yogyakarta merupakan upaya pembunuhan berencana.

Hanya saja di pembunuh salah sasaran. Pasanya targetnya tidak jadi korban.

Dikungkap Suprapto, Minggu Demikian diungkapkan Kriminolog Universitas Gajah Mada (UGM) Suprapto, Minggu (2/5/2021).

Suprapto mengungkapkan, pengirim paket sate maut yang menewaskan bocah itu murni merupakan upaya pembunuhan berencana.

Apalagi, sasaran yang dituju oleh pelaku adalah seorang penyidik senior di Satreskrim Polresta Yogyakarta.

Menurut dia, jika melihat Krinologi yang ramai diberitakan oleh media selama ini, Supraptro menilai pelaku yang hendak meracuni korbannya itu sangat berhati-hati.

Analisanya, perempuan tak dikenal yang meminta kepada Bandiman seorang driver ojol yang anaknya kini menjadi korban salah sasaran paket sate maut itu berusaha menghilangkan jejak dengan cara meminta Bandiman mengantarkan paket sate dengan cara offline.

"Jelas dia punya motif membunuh, atau paling tidak meracuni korbannya. Sangat berhati-hati dengan cara memesan jasa offline kepada driver ojol itu," katanya, kepada Tribun Jogja,

Dia menjelaskan, keputusan penerima paket berinisial T untuk menolak pemberian paket sate misterius tersebut juga sangat tepat.

Terbukti bahwa T yang kini diketahui sebagai penyidik dijajaran Satreskrim Polresta Yogyakarta itu sedang diincar oleh pelaku.

Kata Suprapto titik terang kasus paket sate menelan korban siswa kelas IV SD itu mulai terlihat.

Dalam hal ini, menurutnya Polisi dapat menyelidiki apakah ada seseorang yang diduga pelaku dan memiliki kekuatan ekonomi yang berpengaruh, ataupun seseorang yang memiliki pengaruh terhadap publik yang merasa terancam karena terjerat kasus tertentu, sehingga ingin menghabisi penyidik berinisial T tersebut.

Potret semasa hidup N, anak driver ojol yang tewas karena sate beracun. (Facebook via TribunBanten)

"Artinya misalnya ada orang tertentu kuat dalam ekonomi dan berpengaruh di publik ingin menghabisi T. Apalagi dia penyidik, ada salah satu yang tidak terima, khawatir jadi tersangka terus mencoba membunuh," jelas Suprapto.

Lalu, jika betul pengiriman tersebut dimaksudkan untuk menghabisi nyawa seseorang, mengapa pengirim secara terang-terangan menyebut nama H sebagai pengirim paket tersebut?

Terkait pernyataan itu, Suprapto menganalisa ada 4 kemungkinan yang dapat terjadi di balik nama 'H' yang disampaikan oleh driver ojol tersebut kepada T saat mengantarkan paket sesuai arahan pengirim.

Pertama, memang ada nama H yang mengenal pelaku namun alamatnya bukan di Kota Yogyakarta, seperti yang diketahui selama ini.

Kedua, nama H memang benar ada dan tinggal di Kota Yogyakarta, akan tetapi itu hanya dijadikan sebuah alibi saja oleh pelaku.

"Tapi pada kenyataanya dia (H) tidak tinggal di Kota Yogyakarta. Hanya sebagai alibi saja, dan untuk eksistensi pelaku bahwa H masih ada dan tidak terima atas kasusnya yang sedang ditangani T, lalu kiriman paket itu bentuk teror olehnya," jelas dia

Kemungkinan ketiga, Suprapto menganalisa jika nama H bukan nama sebenarnya pelaku.

Lalu kemungkinan keempat, ia menilai jika semuanya adalah fiktif, dan perempuan yang mengirim sate itu hanya spontan mengucapkan kepada driver Ojol supaya paketnya dapat sampai ke rumah T.

"Ini menjadi upaya merencanakan pembunuhan, dan perempuan yang bertemu dengan driver ojol bukan sepenuhnya pelaku tunggal," kata dia.

Alasan lain, dipertanyakan mengapa pelaku mengirimi paket sate kepada T, menurut Suprapto sangat dimungkinkan jika pelaku sempat negosiasi dengan penyidik T atas kasus yang ditangani dan menyeret nama pelaku.

Lalu pelaku merasa kesal lantaran upaya negosiasi yang dilakukan gagal, sehingga pelaku berniat membunuh T.

"Saya kira sangat mungkin ada orang tak terima kasusnya diusut penyidik. Dan pelaku sempat negosiasi agar kasusnya ditutup kepada penyidik T, lalu ia menolaknya dan terjadilah upaya pembunuhan. Atau bisa jadi ini teror eksitensi penyidik kepolisian," terang dia.

Polisi melakukan penyelidikan terkait kasus Paket Sate Bakar di Bantul (kiri). Bandiman pengemudi ojol yang anaknya jadi korban. (Tribunjogja.com/Dok Polsek Sewon.)

Masuk Pembunuhan Berencana

Suprapto yakin jika peristiwa yang menewaskan bocah berusia 10 tahun itu merupakan upaya pembunuhan berencana oleh pelaku.

Pasalnya Pasalnya, jika itu murni kejadian urgensi, seharusnya korban keracunan lebih dari satu dan bukan hanya menimpa pada keluarga Bandiman saja.

"Saya meyakini racun itu tidak dibubuhi oleh penjual sate. Karena jika itu dari penjual sate, korbannya bukan dari keluarga Bandiman saja. Saya kira racun itu dibubuhkan setelah pelaku membeli sate," ungkap Dosen Sosiologi UGM ini.

Selanjutnya, kata Suprapto, pelaku terancam hukuman seumur hidup penjara karena melaggar pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

"Paling ringan penjara seumur hidup harusnya. Dan paling fatal ya hukuman mati," tegas dia.

Ia meminta kepada pihak Kepolisian agar betul-betul mengusut tuntas kasus tersebut.

Jika dibiarkan menguap begitu saja, bisa jadi pembunuhan serupa akan terulang kembali dan sangat meresahkan masyarakat.

"Harus dikawal betul. Karena kalau tidak itu bisa jadi modus operandi baru, bentuk teror kepada penyidik kepolisian," tambah Suprapto.

(*)

Berita sate

Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Siapa Orang Kaya Raya Diduga Suruh Perempuan Misterius Kirim Sate Beracun ke Polisi? Kata Pengamat, https://makassar.tribunnews.com/2021/05/03/siapa-orang-kaya-raya-diduga-suruh-perempuan-misterius-kirim-sate-beracun-ke-polisi-kata-pengamat?page=all

Berita Terkini