TRIBUNMANADO.CO.ID - Mantan anggota TNI yang dipecat baru-baru ini diringkus polisi.
Lantaran telah melakukan pembobolan Indomaret di Jl RE Marthadinata Mamuju.
Kejadian tersebut terjadi 15 Januari 2021, tiga hari setelah Mamuju dilanda gempa dan baru ditangkap sekarang.
Pelaku adalah M Irdan (36) warga Jl RE Marthadinata, Lingkungan Tambayako, Kelurahan Simboro, Mamuju.
Irdan merupakan pecatan TNI Raider 712 Manado. Ia menggasak isi Indomaret bersama dua anak di bawah umur bernama Fikri (13) dan Fajrin (15).
Diketahui, Irdan dan Fikri saat ini ditahan di ruang tahanan Satreskrim Polresta Mamuju. Sementara Fajrin masih buron.
Baca juga: Besaran Gaji Pokok TNI dari Pangkat Tamtama hingga Perwira Tinggi, Dipakai Sebagai Formula THR 2021
Paur Humas Polresta Mamuju, Bripka Sulaeman mengatakan, kedua pelaku ditangkap Sabtu 1 Mei 2021 sekitar Pukul 23.00 WITA dekat dari rumahnya di Jl RE Marthadinata.
“Teamsus Polresta Mamuju dibakcup Resmob Polda Sulbar melakukan penangkapan terhadap pelaku,” kata Eman, Minggu (2/5/2021).
Kedua pelaku lanjut Eman, ditangkap berdasarkan laporan polisi nomor LP/B/16/I/2021/SPKT/RESTA MAMUJU/ SULBAR.
“Pembobolan Indomaret ini dilaporkan oleh Akbar Ramli (23) yang bertindak selaku korban,” jelasnya.
Dalam laporan korban, keda pelaku masuk di Indomaret lewat toilet menggunakan linggis.
“Korban mengetahui kejadian itu pada 19 Januari, dia bermaksud mengecek kondisi pascagempa bumi, setelah memasuki toilet melihat kondisi dinding sudah bobol,”ucapnya.
Pelaku telah melaporkan puluhan bungkus rokok, susu box, alat kosmetik dan coklat silverqueen hilang.
“Kerugian yang dialami oleh korban kurang lebih Rp. 15 juta,”tuturnya.
Pelaku mengakui melancarkan aksinya setelah melihat ada kesempatan.
Awalnya hanya berjalan-jalan disekitaran Indomaret.
Namun ia melihat Indomaret dalam keadaan kosong sehingga muncul niat untuk melakukan pembobolan.
“Pelaku Irdan langsung mengambil linggis yang berada disamping Indomaret dan digunakan mejebol dinding bagian belakang, setelah dinding berhasil dijebol, Irdan dan Fajrin masuk ke dalam indomaret,”katanla.
Sementara pelaku Fiqri mengawasi dibagian luar indomaret.
“Mereka mengangkut barang-barang curian menggunakan karung, ada yang di jual dan dikonsumsi sendiri,”jelasnya.
Sementara pelaku Irdan mengakui melakukan pembobolan Indomaret menggunakan linggis bersama Fajrin dan Fiqih.
“Dia mengaku Rokok yang diambil dari Indomaret dijual ke kios-kios di Jl RE Marthadinata, Símboro, kios-kios di Wonomulyo Polman dan kios-kios pasar Lekassi Kota Pare-pare,”tuturnya.
Adapun barana bukti yang diamankan polisi berupa dua buah rokok Sampoerna Avolution, empat Buah rokok Clasmild, empat Buah rokok L.A Lights dan dua Buah rokok U-mild.
Dipecat dari Anggota TNI Gegara Jadi Kurir Narkoba, Narapidana Ini Ungkap Penyebabnya
Seorang narapidana di lapas rehabilitasi kelas 1 Medan merupakan mantan anggota TNI.
Ia bernama Musli Antoni atau biasa dipanggil Toni.
Musli Antoni merupakan mantan anggota TNI yang dipecat setelah kepergok jadi kurir narkoba.
Padahal, sebagai anggota TNI tentu wajib hukumnya menjauhi narkoba.
Bahkan seharusnya ikut memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
Namun rupanya, Toni memiliki alasan tragis yang menyebabkan dirinya bisa menjadi pesakitan di Lapas Kelas 1 Medan.
Kepada salah satu sipir yang mewawancarainya, Toni mengaku ada tiga alasan dirinya bisa tersandung kasus narkotika.
Hal ini seperti yang terlihat pada tayangan YouTube Curhat Napi, yang diunggah pada (10/6/2020) lalu.
Dalam video tersebut, sipir tersebut menjadi presenter dan menanyai soal kasus yang menjerat napi tersebut.
Semula, sang presenter memperkenalkan sosok narapidana yang juga mantan tentara itu.
"Beliau adalah mantan tentara tapi bisa masuk penjara karena narkoba," ujar sang sipir.
Ia lantas menanyakan apa hal yang menyebabkan narapidana tersebut masuk ke lapas.
Tomi lantas menceritakan kisahnya bisa terjerumus ke dalam hotel prodeo itu.
"Pada dasarnya saya tidak mengerti dengan narkoba karena fokus ke dinas.
Apalagi di batalyon itu saya tugasnya pagi, siang, malam apel dan ketat.
Suatu saat saya dapat kesempatan dinas keluar dengan "bayar komandan kompi".
Saya dinas di Aceh tapi saya sering menemani ke Medan. Saya punya teman di Medan entah itu di politik, sipir, orang polisi.
Di saat saya melintas Medan-Aceh, rupanya teman saya ini banyak yang bandar narkoba dan kerja di diskotik," terang Toni.
Toni lantas mengaku tergiur jalan haram itu usai dijanjikan dengan sejumlah uang.
"Mereka menjanjikan kalau bawa narkoba dikasih sekian ya otomatis saya tergoda lah, pak," lanjut Toni.
Sipir tersebut lantas mengingatkan Toni akantugas wajib seorang anggota TNI, yakni memberantas narkoba.
"Tapi sebagai aparat nagara kita kita disuruh wajib memerangi narkoba," ucap sipir.
Toni lantas mengungkap tiga alasan yang membuatnya terjatuh ke dalam jeratan narkoba.
"Ada tiga alasan sebenarnya, pak," ucap Toni.
"Pertama saat saya dinas keluar, saya cuma dua saudara dengan adik saya, saya punya orang tua tinggal satu ibu saya, nggak punya ayah lagi."
Pada suatu saat ibu saya yang umurnya 65 tahun sakit, saya butuh uang banyak, sementara gaji ndak seberapa, mana punya anak istri.
Tidak mencukupi untuk biaya rumah sakit, opname berbulan-bulan, orang tua saya punya penyakit komplikasi, pak," kenang Toni.
Ia yang kala itu kebingungan mencari uang akhirnya mendapat tawaran untuk menjadi kurir membawa narkoba dari Aceh ke Medan.
"Saat saya pening memikirkan uang itu, saya ditawari untuk membawa narkoba dari Aceh ke Medan dengan dijanjikan uang yang banyak."
"Walaupun saya tahu narkoba tidak boleh, tapi saya fokus kepada orang tua saya supaya sembuh." pungkas Toni.
Toni mengaku sangat menyesali perbuatannya, terlebih sang ibu menjadi sangat kecewa dibuatnya.
"Penyesalan itu sangat besar, pak. Apalagi setelah saya ditangkap orang tua merasa terpukul." ujar Toni.
Ia pun lantas mengungkap alasan kedua, yang tidak lain adalah karena lingkungan pergaulan.
"Alasan kedua, masalah lingkungan. Karena kalau di Aceh narkoba banyak, ganja ditanam seperti rumput, di sana pergaulan dalam memakai narkoba itu jarang diketahui masyarakat.
Setelah saya ke Medan, ternyata di sini sudah tidak tabu lagi. Lingkungan itu jadi faktor terbesar saya terjun jadi seperti ini," terang Toni.
Toni lalu menuturkan alasan ketiganya, yakni lantaran tak dekat dengan Tuhan.
"Alasan ketiganya, waktu kejadian itu saya sangat jauh dari Tuhan. Saya terlalu fokus mengejar dunia saja, sehingga setan mudah menjerumuskan saya seperti sekarang ini," ujar mantan tentara itu.
Kini, Toni pun berpesan agar masyarakat terlebih siapa pun untuk menjauhi narkoba karena berdampak buruk.
"Jangan sekali-kali mengenal narkoba. Apapun jenisnya. Mau dijanjikan dengan uang banyak, hindari sekecil mungkin.
Jadinya nanti seperti saya, penyesalan datang di belakangan. Kita dijauhi keluarga, teman-teman, stigmanya jelek di luar. Sekali lagi saya ingatkan jangan coba-coba," pungkasnya.
Berita terkait TNI yang dipecat
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Dipecat dari Anggota TNI Gegara Jadi Kurir Narkoba, Narapidana Ini Ungkap Penyebabnya: Ibu Saya, https://batam.tribunnews.com/2021/04/09/dipecat-dari-anggota-tni-gegara-jadi-kurir-narkoba-narapidana-ini-ungkap-penyebabnya-ibu-saya?page=all.