Paskah 2021

Mengapa Perayaan Jumat Agung dan Paskah Berbeda Tanggalnya Tiap Tahun? Antara 22 Maret - 25 April

Penulis: Aldi Ponge
Editor: Aldi Ponge
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Hari Paskah dan Jumat Agung

TRIBUNMANADO.CO.ID - Jumat 02 April 2021, Umat Kristen merayakan Jumat Agung sedangkan Paskah jatuh pada 04 April 2021.

Jumat Agung merupakan saat Tuhan Yesus disalibkan dan mati di Kayu Salib. Tapi bangkit pada hari yang ke-3 yang disebut Paskah.

Banyak Pertanyaan mengapa perayaan Paskah dan Jumat Agung selalu berbeda tanggalnya setiap tahun.

Sebab momen Paskah bisa jatuh kapan saja, antara 22 Maret hingga 25 April.

Tanggal libur Paskah memang berubah setiap tahun, sehingga penting bagi anda untuk merombak agenda di buku harian agar bisa mendapatkan momen yang tepat, menjauh dari rutinitas kantor demi memperingati Hari Paskah.

Perayaan Jumat Agung dan Paskah pada tahun lalu pada Jumat 10 April dan 12 April 2020

Selamat Paskah (Istimewa)

Kematian Yesus terjadi sekitar Paskah Yahudi atau Passover yang secara tradisional diadakan pada bulan purnama pertama setelah titik balik musim semi equinox.

Karena bulan purnama dapat berubah di setiap zona waktu, maka pihak gereja mengatakan bahwa mereka akan menggunakan hari ke-14 dari bulan lunar sebagai gantinya yang dinamakan 'Bulan Purnama Paskah' dan menyelenggarakan Hari Paskah pada Minggu berikutnya.

Begitu tanggal dari bulannya telah diketahui, Hari Paskah dan Libur Paskah pun dapat ditentukan.

Umat Kristiani merayakan Paskah pada hari Minggu yakni saat Yesus bangkit dari kematian, setelah disalibkan pada hari Jumat, dua hari sebelumnya.

Berabad-abad yang lalu di 325, itu ditentukan oleh Dewan Uskup Kristen bahwa Hari Paskah akan selalu jatuh pada hari Minggu untuk memperingati kesempatan yang membahagiakan.

Mengapa tanggal Paskah berubah setiap tahunnya?

Dalam Kekristenan Barat, Minggu Paskah harus selalu jatuh pada bulan purnama berikutnya, setelah musim semi equinox.

Paskah dapat jatuh pada awal Maret hingga akhir April atau Mei, tergantung pada tahun dan kalender yang digunakan.

Umat Kristiani di Timur yang menggunakan kalender Julian dan bukan kalender Gregorian, mungkin memiliki tanggal yang berbeda.

Tanggal Paskah berubah, karena bulan purnama dapat jatuh pada hari yang berbeda di zona waktu yang berbeda. 

Pananggalan Matahari dan Bulan

Penentuan Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar). Acuannya adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari satu putaran penuh.

Adapun Paskah ditentukan berdasar sistem penanggalan Bulan-Matahari (luni-solar), paduan sistem penanggalan Matahari dan penanggalan Bulan.

Claus Tøndering dalam Frequently Asked Question about Calendars (2005) menyatakan, secara sederhana, perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama, setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox). Jika bulan purnama terjadi pada hari Minggu, Paskah jatuh pada Minggu berikut.

Ketentuan yang diambil dari keputusan Konsili Nicea tahun 325 Masehi itu dimaksudkan agar perayaan Paskah yang merupakan peringatan kebangkitan Yesus dilaksanakan pada hari dan musim yang sama dengan saat terjadinya peristiwa itu sekitar tahun 30 Masehi.

Saat itu, kalender Masehi yang digunakan mirip saat ini. Kalender ini digunakan sejak tahun 45 Sebelum Masehi di masa Julius Caesar sehingga disebut kalender Julian. Hal yang membedakan adalah panjang satu tahun ketika itu didefinisikan sebanyak 365,25 hari.

Bulan purnama yang dijadikan acuan penentuan Paskah adalah bulan purnama Paskah (Paschal full moon), bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi modern.

”Bulan purnama Paskah jatuh pada hari terjadinya bulan purnama astronomi,” kata peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Emmanuel Sungging Mumpuni, Selasa (26/3/2013).

Dalam astronomi modern, bulan purnama merupakan satu waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari.

Waktu Matahari melintasi titik musim semi berdasar Konsili Nicea ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun.

Dalam astronomi modern, waktu Matahari melintasi titik musim semi bervariasi antara 19-21 Maret.

Data timeanddate.com menyebut titik musim semi 2013 terjadi pada Rabu (20/3/2013) pukul 11.02 waktu universal atau 18.02 WIB.

Menurut Sungging, penentuan bulan purnama astronomi dan waktu Matahari melintasi titik musim semi hingga orde menit seperti saat ini perlu kemampuan memahami orbit Bulan, pergerakan Bumi, hingga gangguan benda-benda langit lain.

Kemampuan ini belum dimiliki para astronom abad IV.

Namun, jika perhitungan modern dijadikan acuan, akan muncul kerumitan baru soal titik acuan untuk menentukan waktu Paskah secara global akibat perbedaan waktu antarnegara. Bulan purnama astronomi hanya terjadi pada satu waktu tertentu sehingga hanya daerah tertentu di Bumi yang bisa mengamati.

Pada abad XVI baru disadari perayaan Paskah tidak tepat sesuai ketentuan awal.

Menurut LE Doggett dalam Calendars, yang mengutip P Kenneth Seidelmann dalam Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, mundurnya perayaan Paskah terjadi karena titik musim semi yang dijadikan acuan terjadi lebih cepat 10 hari. Artinya, saat itu tanda Matahari mencapai titik musim semi sudah terjadi, tapi waktu di kalendernya belum.

Titik musim semi merupakan penanda datangnya musim semi di belahan Bumi utara dan musim gugur di belahan Bumi selatan. Saat ini, Matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Akibatnya, semua tempat di Bumi memiliki panjang waktu siang dan malam yang sama.

Dikoreksi

Untuk mengembalikan titik musim semi pada 21 Maret, Paus Gregorius XIII meniadakan tanggal 5 Oktober-14 Oktober 1582. Setelah tanggal 4 Oktober langsung diikuti tanggal 15 Oktober.

”Hanya mengubah angka, tidak mengubah harinya,” kata dosen sistem kalender Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto.

Selain itu, panjang satu tahun dikoreksi dari 365,25 hari menjadi 365,2425 hari.

Ini dilakukan karena belakangan diketahui panjang satu tahun Matahari 365,2422 hari.

Kelebihan 0,0078 hari baru terasa dalam jangka panjang. Setiap 128 tahun, jumlah hari kelebihan satu hari.

Ketentuan tahun kabisat pun diubah. Jika semula tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat, sistem yang baru ditambah dengan ketentuan tahun yang habis dibagi 400 untuk tahun kelipatan 100.

Untuk mengenang jasa Paus Gregorius XIII, kalender sistem baru ini dinamai kalender Gregorian. Kalender ini digunakan di seluruh dunia hingga kini.

Namun, sistem ini tidak diadopsi langsung oleh semua negara.

Bahkan, Gereja Ortodoks di sejumlah negara tetap menggunakan sistem kalender Julian.

Alhasil, waktu Paskah Gereja Ortodoks umumnya lebih lambat dibandingkan dengan Gereja Katolik atau Kristen Protestan.

Jika mengacu pada kalender Julian, Paskah Gereja Ortodoks jatuh antara 22 Maret-25 April.

Namun jika dikonversi dalam kalender Gregorian, Paskah Gereja Ortodoks jatuh pada tanggal 3 April-10 Mei. (Aldi Ponge/Tribun Manado)

Berita Terkait Perayaan Paskah

Berita Terkini