TRIBUNMANADO.CO.ID - Masih ingat Luhut Binsar Pandjaitan? Ini jejak langkah orang kepercayaan Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
Luhut Binsar Panjaitan lahir 73 tahun lalu di Toba Samosir, Sumatera Utara, 28 September 1947 lalu.
Tak langsung menjadi salah satu menteri terkaya Presiden Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengecap pahit getirnya menjadi tentara, tepatnya Kopassus.
Bukan tentara biasa tapi pasukan khusus. Ketika sekolah menengah atas, Luhut yang berpangkat terakhir Letnan Jenderal TNI AD itu nakal.
Sehingga, orangtuanya memindahkannya ke Bandung, Jawa Barat. Dari SMA 1 Pekanbaru ke SMA Penaburan, Bandung.
Luhut Binsar Pandjaitan (Tribunnews)
Ternyata dari Bandung kariernya dimulai ketika lulus menjadi taruna TNI AD. Tak hanya soal karier, cintanya pun dia temukan di Bandung.
Tak hanya menjadi tentara, karier cemerlang Luhut juga moncer ketika menjadi pengusaha.
Dikutip dari pengumuman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara ( LHKPN ) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Luhut terakhir kali melaporkan kekayaannya pada 13 Mei 2018.
Total harta seperti yang dilaporkannya ke LHKPN tercatat sebesar 665.438.752.423.
Sosok Luhut Binsar Panjaitan bisa dikatakan cukup sulit.
Bahkan, Luhut terlahir dari keluarga yang cukup miskin.
Ayahnya, Bonar Pandjaitan hanya bekerja sebagai seorang supir sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dengan penghasilan yang pas-pasan.
Sementara ibunya, Siti Frida Naiborhu walaupun tidak tamat SD namun ia mengajarkan Luhut dan saudara-saudaranya untuk selalu bekerja keras dan jujur.
Dalam biografi Luhut Binsar Panjaitan seperti yang ia ceritakan bahwa di usia tiga tahun, Luhut beserta keluarganya kemudian merantau ke Pekanbaru, Riau dan tinggal di wilayah Rumbai.
Disana, ayahnya bekerja di perusahaan Minyak dan Gas yakni Caltex yang kini bernama Chevron.
Luhut Binsar Panjaitan dan Presiden Jokowi (Tribun Medan)
Karena ayahnya merupakan karyawan Caltex maka Luhut Binsar Panjaitan ke SD Yayasan Cendana.
Setelah lulus SD, ia melanjutkan pendidikannya di SMP Yayasan Cendana.
Tamat dari SMP, ia memilih SMAN 1 Pekanbaru sebagai sekolahnya.
Di SMA, ia pernah mewakili daerahnya ke PON (Pekan Olahraga Nasional) di Bandung, Jawa Barat melalui cabang Renang.
Namun orang tuanya kemudian memindahkan Luhut ke SMA Penaburan, Bandung karena nakal dan salah bergaul.
Di Bandung, ketika G30S PKI pecah, ia ikut menentang pemerintahan orde lama serta PKI melalui Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).
Tahun 1967, Ia diterima sebagai prajurit TNI melalui AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Ia lulus pada tahun 1970 sebagai lulusan terbaik dengan menerima penghargaan Adhi Makayasa.
Karier militernya banyak dihabiskan di Kopassus TNI AD. Di kalangan militer dikenal sebagai Komandan pertama Detasemen 81.
Berbagai medan tempur dan jabatan penting telah disandangnya—Komandan Grup 3 Kopassus, Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif), hingga Komandan Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI Angkatan Darat.
Luhut Binsar Pandjaitan (Tribunnews)
Ketika menjadi perwira menengah, pengalamannya berlatih di unit-unit pasukan khusus terbaik dunia memberinya bekal untuk mendirikan sekaligus menjadi komandan pertama Detasemen 81 (sekarang Sat-81/Gultor) kesatuan baret merah Kopassus, menjadi salah satu pasukan khusus penanggulangan terorisme terbaik di dunia.
Namun, sayang di antara kemampuan mentereng itu. Luhut tak pernah menjadi panglima.
Meskipun itu panglima kodam.
Terakhir, Luhut saat berpangkat Letnan Jenderal, ia menjabat di Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD) (1997–1998).
Setelah itu, tak ada.
Jadi Pengusaha
Pada tahun 2004, Luhut mulai merintis bisnis di bidang energi dan pertambangan dengan mendirikan PT Toba Sejahtra Group.
Kini di bawah Toba Sejahtra yang bergerak di sektor pertambangan batu bara, ada anak usaha yang bergerak di sektor minyak dan gas, perkebunan, dan kelistrikan.
PT Toba Bara Sejahtra Tbk (Toba Bara) adalah salah satu produsen utama batubara termal yang kompetitif di Indonesia.
Sebagai anak perusahaan PT Toba Sejahtra Group, Toba Bara telah berkembang menjadi produsen batubara utama yang beroperasi pada 3 (tiga) konsesi area tambang batubara di Kalimantan Timur.
Area-area tambang yang berdekatan ini, yang dikelola oleh 3 (tiga) anak perusahaan, berada pada lokasi tambang yang menguntungkan, serta dekat jaraknya dengan pelabuhan setempat.
Sejak memulai produksi pada tahun 2007, mengalami kenaikan yang cepat menjadi sebuah perusahaan terkemuka di bidang batubara.
Luas area tambang Toba Bara secara keseluruhan sekitar 7087 hektare dengan total estimasi sumber daya sebesar 236 juta ton.
Pembangunan pertama pada aset greenfield dimulai dengan PT Indomining pada tahun 2007, diikuti dengan PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) pada tahun 2008.
Kemudian, pembangunan PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dimulai pada tahun 2011.
Pada 6 Juli 2012 Toba Bara mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker TOBA dan merilis sebesar 210.681.000 saham atau 10,5 % dari jumlah modal disetor, dengan perolehan dana sebesar Rp400.293.900.000,00.
Harga perdana saham sebesar Rp1.900,00 per lembar saham.
Selain itu ada satu perusahaan konsesi yang dipegang Toba Sejahtra Grup, yaitu PT Kutai Energi. Sedangkan di sektor migas ada PT Energi Mineral Langgeng dan PT Fairfield Indonesia.
Di sektor kelistrikan ada PT Pusaka Jaya Palu Power dan PT Kartanegara energi Perkasa. Lalu di sektor perkebunan ada dua perusahaan yaitu, PT Trisena Agro Sejahtera dan PT Adimitra Lestari. Kalu di sektor industri ada PT Smartias Indo Gemilang, PT Rakabu Sejahtera dan PT Kabil Citranusa.
PT Pusaka Jaya Palu Tower yang bergerak di sektor kelistrikan sejak tahun tahun 2007, berhasil membangun pembangkit listrik tenaga uap dan ini merupakan pembangkit listrik tenaga uap swasta pertama di Indonesia.
Untuk coal and mining, sebagian besar hasil produksinya diekspor ke China, Korea, Taiwan, India, dan Jepang.(*)
Berita soal Luhut Binsar Pandjaitan
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Dulu Nakal dan Berasal Dari Keluarga Miskin, Kini Menteri Kepercayaan Jokowi Berharta Rp665 Miliar