TRIBUNMANADO.CO.ID - Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Kepulauan Talaud berpotensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi.
Sebanyak 18 kecamatan pada kabupaten tersebut berada pada potensi bahaya dengan kategori tersebut.
Sementara itu, dilihat dari sisi risiko sebanyak 86.759 jiwa berpotensi terpapar bahaya gempa bumi di 18 kecamatan, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Adapun luas bahaya yang berpotensi yaitu 75.479 hektar.
Berdasarkan data BPBD setempat, masyarakat di Kepulauan Talaud memiliki catatan historis terdampak gempa berkekuatan besar yaitu pada 1914, 1957, 1969 dan 2009.
Kepulauan Talaud yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara diguncang gempa berkekuatan M 7,0 pada Kamis (21/1/2021) pukul 19.23 WIB.
Menurut analisis Kepala Bidang Mitigasi dan Gempabumi BMKG, Daryono, fenomena ini termasuk gempa berkekuatan besar yang umum terjadi di zona tunjaman lempeng.
"Pembangkit gempa Talaud 7,0 adalah deformasi batuan pada bagian slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi di bawah Kepulauan Talaud dan Miangas," kata Daryono dalam keterangan resminya kepada Kompas.com.
Baca juga: Sebanyak 5 Rumah dan Satu Gereja Rusak di Kepulauan Talaud Pasca Guncangan Gempa Magnitudo 7,0
Berikut 6 fakta tentang tunjaman lempeng laut Filipina yang picu gempa Talaud M 7,0.
1. Tak ada gempa susulan
Hingga saat ini belum terjadi gempa susulan.
Menurut Daryono, hal ini karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile).
Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan jarang terjadi.
2. Ada peningkatan aktivitas
Hasil monitoring BMKG menunjukkan selama beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan aktivitas seismisitas di wilayah ini khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 km..
3. Kawasan seismik paling aktif
Wilayah Lempeng Laut Maluku dan Tunjaman Lempeng Laut Filipina merupakan salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia.
"Lokasi Kepulauan Talaud dan Miangas bersebelahan dengan zona tunjaman Lempeng Laut Filipina ini," kata Daryono.
4. Arah lintasan
Zona Tunjaman Lempeng Laut Filipina melintas berarah utara-selatan dengan panjang mencapai sekitar 1.200 kilometer, dari Pulau Luzon, Filipina, di Utara hingga Pulau Halmahera di selatan.
Zona subduksi aktif ini memiliki laju penunjaman lempeng antara 10 hingga 46 milimeter per tahun dengan magnitudo tertarget 8,2.
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini, Bakal Ada Pemain Baru, Pria Tampan, Bakal Jadi Pesaing Aldebaran?
5. Sumber gempa pemicu tsunami
Tunjaman Lempeng Laut Filipina adalah sumber gempa potensial pemicu gempa dan tsunami bagi wilayah Maluku Utara seperti Halmahera, Morotai, Miangas dan Kepulauan Talaud.
6. Riwayat gempa
Catatan sejarah gempa di zona Tunjaman Lempeng Laut Filipina cukup banyak.
Ini menunjukkan di wilayah tersebut sudah sering terjadi gempa kuat dan merusak, yaitu:
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 (M 7,4).
- Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 (M 7,0).
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 (M 7,2).
- Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 (M 7,7).
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 (M 7,6).
- Gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0).
"Catatan sejarah 6 gempa kuat dan merusak ini merupakan bukti bahwa Tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud menjadi salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan," tegas Daryono.
"Tunjaman Lempeng Laut Filipina ini selamanya akan menjadi sumber gempa potensial di wilayah Halmahera, Morotai dan Kepulauan Talaud."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 6 Fakta Tunjaman Lempeng Laut Filipina yang Picu Gempa Talaud M 7,0