TRIBUNMANADO.CO.ID - Rotasi Planet Bumi kini dalam waktu 1.4603 milidetik saja.
Angka ini jauh lebih cepat dari rotasi biasanya yang memakan waktu 86.400 detik.
Kecepatan rotasi Bumi bervariasi secara kontan karena pergerakan kompleks dari intinya yang meleleh, lautan dan atmosfer Bumi.
Serta juga ada pengaruh dari Bulan.
Friksi ombak dan perubahan jarak antara Bumi dan Bulan membuat variasi harian selalu ada dalam hal kecepatan rotasi planet di sumbunya.
Dikutip dari Jerusalem Post, bahkan penumpukan salju di gunung dan meleleh waktu musim panas juga bisa mengubah rotasi bumi.
Rotasi adalah periode bumi berputar di sumbu atau porosnya, artinya hal ini akan mempengaruhi berapa lama waktu berjalan setiap harinya.
Pada 19 Juli 2020 kemarin tercatat sebagai hari terpendek sejak 1960-an, yaitu semenjak jam atom dengan keakuratan tinggi dikembangkan dan membandingkan panjangnya hari standar dengan bintang-bintang di langit.
Menurut The Telegraph, hari terpendek di tahun 2005 dikalahkan 28 kali di tahun 2020.
Sementara untuk 2021 diperkirakan menjadi tahun tercepat.
Kisaran lama hari di tahun 2021 akan berjalan lebih cepat 0.5 milidetik dari biasanya.
Planet sedang bergerak dengan laju yang dipercepat dan detik kabisat negatif akan segera diperlukan sehingga jam atom dapat menunjukkan perhitungan yang sama dengan dunia yang berubah.
Dan ini berarti pertama kalinya detik dihilangkan dari jam global.
"Sangat benar jika Bumi berotasi lebih cepat daripada 50 tahun terakhir," ujar Peter Whibberley, ilmuwan senior dari kelompok waktu dan frekuensi National Physical Laboratory.
Ia menambahkan "sangat mungkin jika detik kabisat negatif akan diperlukan jika rotasi Bumi meningkat lebih cepat lagi, tapi masih terlalu awal mengatakan hal ini bisa terjadi.
"Ada juga diskusi internasional berlangsung mengenai masa depan detik kabisat, dan sangat mungkin perlunya detik kabisat negatif mendorong keputusan menuju mengakhiri detik kabisat selamanya."
Hari Minggu kemarin, hari matahari berlangsung hanya selama 23 jam, 59 menit dan 59.9998927 detik, kemudian melambat Senin kemarin menjadi lebih lama daripada 24 jam.
Namun di tahun 2021, jam atom diprediksi mengakumulasi keterlambatan sekitar 19 milidetik.
Sementara diperlukan ratusan tahun untuk perbedaan ini menjadi sangat jelas bagi banyak orang, satelit komunikasi modern dan sistem navigasi menggantungkan konsistensi waktu dengan posisi lama Matahari, Bulan dan bintang-bintang.
Kini, hal ini menjadi tugas para ilmuwan dan pejabat di International Earth Rotation Service di Paris untuk memonitor rotasi planet dan menginformasikan kepada semua negara kapan detik kabisat harus ditambah atau dihapus dalam waktu 6 bulan ke depan.
Bumi Sedang Menuju Masa Depan yang Mengerikan? Simak Penjelasan Ilmuwan Dunia Berikut Ini
SEBELUM Revolusi Industri, ada sekitar 280 molekul karbon dioksida untuk setiap juta molekul di atmosfer, suatu ukuran yang dikenal sebagai bagian per juta (ppm).
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), pada 2018 tingkat rata-rata global CO2 adalah 407,4 ppm.
Itu 100 ppm lebih tinggi selama 800.000 tahun terakhir, Menurut NOAA tingkat perubahan karbon atmosfer saat ini lebih cepat daripada di masa lalu.
Nah, sekarang kelompok ilmuwan internasional mengingatkan, dunia sekarang berada di jalur masa depan yang mengerikan, dengan perubahan iklim yang semakin cepat dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Kondisi ini mengancam kelangsungan hidup semua spesies planet, kecuali para pemimpin dunia menghadapi tantangan tersebut dan bertindak segera.
Sebagai bagian dari progonosa yang suram, kelompok yang terdiri dari 17 ilmuwan terkemuka pada Rabu (13/1) memperingatkan, masa depan planet ini lebih mengerikan dan berbahaya daripada yang dipahami secara umum.
Mereka telah melakukan penilaian untuk mengklarifikasi keseriusan situasi tersebut.
Mengutip sekitar 150 studi yang menggambarkan perubahan lingkungan dunia, para ahli mengingatkan para pemimpin dunia bahwa kondisi lingkungan jauh lebih berbahaya daripada yang diyakini saat ini oleh warga sipil maupun ilmuwan.
Daniel Blumstein, profesor di Institut Lingkungan dan Keberlanjutan di Universitas California, Los Angeles dan salah satu penulis artikel tersebut mengatakan kepada CNN, tidak berlebihan untuk berbicara tentang potensi risiko terhadap peradaban kita.
“Mungkin orang pasti mengenalinya."
"Tapi mereka tidak mengerti urgensinya, atau mungkin mereka mengenalinya, tapi mereka tidak mau mengambil pengorbanan individu,” katanya.
Penundaan waktu antara kerusakan ekologi dan dampak sosial ekonomi membuat orang tidak memahami keseriusan dan ketepatan waktu dari masalah tersebut, kata penulis laporan tersebut.
"Arus utama mengalami kesulitan untuk memahami besarnya kerugian ini, meskipun terjadi erosi yang terus-menerus pada struktur peradaban manusia," kata penulis utama profesor Corey Bradshaw, dari Universitas Flinders di Australia, dalam sebuah pernyataan.
"Faktanya, skala ancaman terhadap biosfer dan semua bentuk kehidupannya begitu besar sehingga sulit dipahami bahkan oleh para ahli yang berpengetahuan luas," imbuhnya.
Ancaman besar bagi kehidupan
Berkali-kali, para ilmuwan, ahli, dan pencinta lingkungan telah mengingatkan bahwa Bumi telah mencapai titik kritis yang krusial.
Penelitian terbaru dari World Wide Fund for Nature menemukan, populasi satwa liar dunia telah turun rata-rata 68% hanya dalam empat dekade, dengan konsumsi manusia di belakang penurunan yang menghancurkan.
Kita berada dalam kepunahan massal keenam, dan manusia berada di kursi penggerak, telah memusnahkan ratusan spesies dan mendorong lebih banyak lagi ke ambang kepunahan melalui perdagangan satwa liar, polusi, hilangnya habitat, dan penggunaan zat beracun.
Pada tahun 2010, para pemimpin dari 196 negara berkumpul di Jepang dan menyetujui daftar target keanekaragaman hayati yang dirancang untuk menyelamatkan Bumi.
Tetapi pada bulan September, 10 tahun kemudian, panel PBB menyimpulkan bahwa dunia secara kolektif telah gagal untuk sepenuhnya mencapai satu target.
Pakar PBB telah menjelaskan, jika kita mempertahankan lintasan kita dalam krisis iklim yang semakin cepat, keanekaragaman hayati akan terus memburuk dengan akibat yang menghancurkan bagi hewan, tumbuhan, dan manusia di planet ini.
Tetapi para ahli internasional memperingatkan bahwa tidak ada pemimpin atau sistem politik yang siap menghadapi bencana yang terkait dengan hilangnya keanekaragaman hayati, atau mampu mengatasi krisis.
"Kami telah mengatakan selama bertahun-tahun bahwa kami perlu melakukan ini, itu dan hal lainnya."
"Kami tahu apa masalahnya, kami hanya memilih untuk tidak melakukan perubahan," kata Blumstein.
Menghilangkan bahan bakar fosil, mengekang lobi perusahaan yang mempengaruhi pembuatan kebijakan dan memberdayakan perempuan dengan akses pendidikan dan kontrol reproduksi adalah beberapa langkah yang diperlukan.
"Menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati bukanlah prioritas utama negara mana pun, tertinggal jauh di belakang kekhawatiran lain seperti pekerjaan, perawatan kesehatan, pertumbuhan ekonomi, atau stabilitas mata uang," kata profesor Paul Ehrlich dari Universitas Stanford, salah satu penulis studi tersebut.
"Meskipun merupakan berita positif bahwa Presiden AS terpilih Joe Biden bermaksud untuk melibatkan kembali AS dalam kesepakatan Iklim Paris dalam 100 hari pertama jabatannya, itu adalah isyarat yang sangat kecil mengingat skala tantangannya," tambahnya.
Ehrlich adalah penulis "The Population Bomb," sebuah teks kontroversial tahun 1968 yang memperingatkan overpopulasi, memprediksi jutaan orang akan mati kelaparan.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa para pemimpin dunia harus bertindak untuk menghindari masa depan yang suram sambil merencanakan perubahan yang akan datang yang akan dihadapi planet ini.
Blumstein berharap pandemi virus corona bisa menjadi peringatan.
“Covid, dengan segala gangguan yang ditimbulkannya sebenarnya praktik untuk masa depan,” ujarnya.
Mencegah pemanasan di masa depan membutuhkan penghentian emisi gas rumah kaca.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dari seluruh dunia.
Upaya paling ambisius untuk mencegah pemanasan sejauh ini adalah Perjanjian Paris.
Perjanjian internasional yang tidak mengikat ini, mulai berlaku pada November 2016.
BERITA TERKINI TRIBUNMANADO:
Baca juga: Apa Arti Mimpi Makan Ikan? Bisa Jadi Pertanda Rezeki hingga Kabar Buruk, Ini Tafsirnya
Baca juga: Doa Jika Mengalami Susah Tidur di Malam Hari: Tuhanku, Bintang-bintang Telah Tenggelam
Baca juga: Ramalan Shio Minggu 17 Januari 2021, Ular Jaga Sesederhana Mungkin, Kuda Ini Waktu Menguntungkan
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Kondisi Bumi Sedang Menuju Masa yang Mengerikan? Umur Manusia Akan Bertambah Lebih Cepat di 2021