Berita Heboh

Roket Peledak Hantam Ibu Kota Eritrea, Armenia dan Azerbaijan Sepakat Gencatan Senjata

Editor: Alexander Pattyranie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan roket China Long March-5B yang diluncurkan pada Selasa (05/05/2020).Roket ini diduga pecah saat masuk kembali ke Bumi, dan puing-puingnya berjatuhan di Afrika.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Setelah konflik menjadi semakin sengit sejak akhir September 2020 lalu, Armenia

dan Azerbaijan sepakat untuk gencatan senjata.

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (15/11/2020), Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan,

dia menandatangani gencatan senjata dengan Azerbaijan dan Rusia di Nagorno-Karabakh.

"Saya telah menandatangani kesepakatan dengan Presiden Azerbaijan dan Presiden Rusia," terang Pashinyan

dalam rilis di Facebook.

"Langkah yang diambil ini tidak hanya menyakitkan bagi saya, namun juga seluruh rakyat," lanjut PM

yang juga seorang jurnalis itu.

Pengumuman itu diperkuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana dia menyepakati

gencatan senjata itu dengan Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.

Dikutip AFP Senin (9/11/2020), PM Armenia sejak Mei 2018 itu menerangkan perjanjian itu bakal

diterapkan pukul 01.00 waktu setempat pada Selasa (10/11/2020).

Namun, saat Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk genjatan senjata, konflik di belahan

negara lain meletus.

Roket dari wilayah Tigray, utara Ethiopia, menghantam ibu kota negara tetangga, Eritrea,

pada Sabtu (14/11/2020).

Serangan itu menjadi indikasi terbaru bawah konflik internal Ethiopia telah meluas ke luar perbatasan.

"Laporan-laporan yang kami dapatkan menunjukkan beberapa roket menghantam dekat

bandara (di ibu kota Eritrea, Asmara)," kata seorang diplomat dikutip Kompas.com dari AFP.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed yang memenangi Nobel Perdamaian tahun lalu,

pada 4 November mengumumkan bahwa dia sudah memerintahkan operasi militer di Tigray.

Konflik semakin memanas dari perseteruan lama dengan partai yang berkuasa di kawasan itu,

yakni Tigray People's Liberation Front (TPLF).

Ratusan orang dilaporkan tewas dalam konflik di negara terpadat kedua Afrika itu, beberapa

di antaranya dibantai secara mengerikan menurut dokumentasi Amnesty International.

Ribuan orang lalu melarikan diri dari Tigray untuk menyeberang ke negara tetangga, Sudan.

TPLF menuduh Pemerintahan Abiy meminta dukungan militer dari Eritrea, tapi tuduhan

itu dibantah Ethiopia.

Sabtu pagi, Getachew Reda anggota senior TPLF mengancam akan melakukan serangan rudal

di Asmara dan kota pelabuhan Massawa di Eritrea.

Belum diketahui berapa banyak roket yang ditembakkan, dari sisi Tigray mana ditembakkan,

dan apakah mengenai sasaran atau kerusakan apa yang ditimbulkan.

Radio Erene stasiun radio diaspora yang berbasis di Paris, mengutip keterangan warga Asmara

yang melaporkan adanya empat ledakan.

Jalur komunikasi dimatikan di Tigray sejak konflik dimulai, dan panggilan ke Asmara tidak bisa dilakukan kemarin.

Belum ada komentar dari Eritrea atau TPLF yang merupakan musuh bebuyutan.

TPLF mendominasi politik Ethiopia selama hampir 30 tahun dan sempat berperang secara brutal

dengan Eritrea pada 1998-2000.

Perang itu menewaskan puluhan ribu orang.

Abiy berkuasa pada 2018 dan memenangi Nobel tahun berikutnya, sebagian besar atas jasanya

memulihkan hubungan dengan Eritrea.

(Kompas.com)

BERITA TERPOPULER :

Baca juga: Jessica Iskandar Dihubungi Kembali Mantan Suaminya, Ashanty Kaget dan Utarakan Hal ini

Baca juga: Benny Rhamdani Bersimpuh Sambil Menangis Dihadapan Sugiyem, Janji Fasilitasi Perawatan Hingga Sembuh

Baca juga: Ayu Ditemukan Tewas di Penginapan, Dimasukkan dalam Karung, Warga Gemeteran Lihat Kondisi Korban

TONTON JUGA :

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Konflik Ethiopia Meluas ke Luar Negeri, Roket Hantam Ibu Kota Eritrea"

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/15/123927870/konflik-ethiopia-meluas-ke-luar-negeri-roket-hantam-ibu-kota-eritrea?page=all#page2.

Berita Terkini