TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI – Pasangan Joune Ganda dan Kevin Lotulong dengan pengusung utama PDI Perjuangan boleh bernafas legah dengan hasil survei charta politika. Meski pun ini belum memastikan akan berlanjut hingga 9 Desember 2020, namun hasil survei ini setidaknya memberikan ukuran akan kerja mereka dalam menarik simpati masyarakat.
Pasalnya, berdasarkan hasil survei, Joune Ganda dan Kevin William Lotulung punya elektabilitas atau tingkat keterpilihan tertinggi di Pilkada Minahasa Utara. Pasangan calon yang diusung PDIP ini nyaris menembus 50 persen padahal event demokrasi ini tinggal sebulan lebih, 9 Desember 2020.
Hasil survei Charta Politika, periode 9-14 Oktober, di antara ketiga paslon, JG-KWL menempati posisi teratas. Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menjelaskan, metodologi survei berupa wawancara tatap muka menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah 600 responden, margin of error (tingkat kesalahan) 4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Berdasarkan survei, saat ini elektabilitas JG-KWL berada pada posisi teratas, yakni 46 persen, diikuti oleh pasangan SS-JL (Sompie Singal-Joppi Lengkong) 24,2 persen dan (Shintia Gelly Rumumpe-Netty Agnes Pantow) SGR-NAP 18,2 persen," kata dia, Rabu (21/10/2020).
Yunarto menambahkan, dalam survei kali ini terdapat 11,7 persen responden dalam pilihan berpasangan yang menyatakan tidak tahu atau tidak jawab. Menurut dia, tingginya elektabilitas pasangan JG-KWL, tidak terlepas dari pilihan responden terhadap kedua kandidat secara perorangan.
Pada kategori Calon Bupati, Joune dipilih oleh 46,2 persen responden sementara Sompie dipilih oleh 24,2 persen responden dan Shintia dipilih oleh 17,3 persen responden. Ada 12,3 persen responden menyatakan undecided voters atau belum menentukan pilihan.
"Tidak jauh berbeda pada pilihan responden dalam kategori Calon Wakil Bupati, Kevin dipilih oleh 43,0 persen responden, diikuti Joppi yang dipilih oleh 23,3 persen responden dan Netty dipilih oleh 17,5 persen responden," urainya.
Ia mengatakan, masyarakat di Kabupaten Minut tergolong sudah mengenal kandidat yang berlaga. "Dari nama-nama kandidat yang ada, semuanya sudah memiliki tingkat pengenalan di atas 80 persen. Hanya pada nama Netty yang masih memiliki tingkat pengenalan di bawah 75 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal nama-nama ini," kata dia.
Survei Charta Politika, lanjutnya, juga menunjukkan persentase tingkat kemantapan pilihan masyarakat yang sudah cukup tinggi. Temuan survei ini memperlihatkan warga yang menyatakan pilihannya sudah mantap sebesar 68,7 persen.
Di sisi lain, Yunarto juga menyoroti penilaian publik terhadap kandidat calon bupati. Joune dinilai sebagai calon bupati paling mapan secara ekonomi, paling perhatian pada rakyat dan paling pintar. Sementara Sompie sedikit berada di atas Joune, dinilai sebagai calon bupati paling religius.
"Salah satu temuan terpenting adalah sosialisasi mengenai pemilihan bupati dan wakil bupati di Minut, sudah sangat merata karena lebih dari 90 persen publik, mengetahui hal ini dan antusias masyarakat juga tergolong tinggi dimana ada 88,0 persen responden yang menyatakan akan ke TPS (tempat pemungutan suara) dan ikut mencoblos," tandasnya.
Yunarto menerangkan, ketiga penilaian masyarakat terhadap Joune ini sangat mendongkrak elektabilitas. "Sebab dari indikator penilaian masyarakat ini, menunjukan JG merupakan Cabup Minut yang paling ideal dan dinilai layak menjadi bupati," jelasnya.
Joune bersyukur jika memang hasilnya seperti itu, namun diunggulkan dalam survei ini, tak akan membuat dia bersama Kevin jumawa dan besar kepala. "Sebab kita harus terus konsisten bekerja, karena pembuktian adalah saat tanggal 9 Desember," kata dia. Joune menegaskan, hasil survei ini akan menjadi bahan evaluasi JG-KWL, karena setiap indikatornya baik lemah dan kuatnya JG-KWL dalam survei akan menjadi acuan kita untuk bekerja dan introspeksi.
"Pastinya kita tak akan besar kepala dan terus bekerja untu meraih kemenangan pada 9 Desember mendatang, sebab kemenangan JG-KWL merupakan kemenangan rakyat," tandasnya.
Pengamat politik Prof Welly Areros mengatakan, peluang SS-JL untuk menyalip lawannya masih sangat besar, sebab masih ada kesempatan 40 hari lebih, untuk menarik simpati masyarakat. Ia mengatakan selisih 21,8 persen itu tidak besar, di sisi lain JG-KWL telah gencar melakukan sosialisasi sejak tahun 2019, sedangkan SS-JL baru mulai kurang lebih dua bulan sejak pendaftaran hingga saat ini.
"Apalagi mereka juga sempat diterpa isu tak akan mencalonkan diri dalam pilkada, namun akhirnya jadi maju, sehingga masih banyak masyarakat yang berpikir SS-JL batal maju," jelasnya. Areros mengatakan, SS-JL saat ini harus tetap fokus untuk bersosialisasi dengan masyarakat sembari meyakinkan konstituen.
"Memang sosok SS-JL menjadi kuda hitam dalam Pilkada Minut, karena keduanya secara ketokohan memang sudah populer dan dikenal masyarakat. Belum lagi mereka masing-masing pernah menjabat sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah, sehingga otomatis memiliki masa yang militan," kata Akademisi Unsrat ini.
Ketua Tim Pemenangan SGR-NAP, Azhar SE, Kamis malam, menjelaskan, siapapun berhak untuk melaksanakan survei. Apakah hasilnya sudah pasti atau tidak, belum bisa ditentukan apalagi mengklaim kemenangan. "Kami juga mempunyai survei yang bahkan SGR-NAP itu unggul jauh, namun tidak kita umumkan karena menurut saya terlalu jumawa kalau seperti itu, sehingga kita lebih fokus menggunakan data survei untuk memperbaiki kesalahan dan mempertahankan program kerja positif," jelasnya.
Ketua Tim Pemenangan SS-JL, Denny Wowiling mengaku menghargai survei. Meski begitu dia mempunyai keyakinan bahwa SS-JL akan keluar sebagai pemenang. "Sebab sudah terbukti meski sosialisasi efektif kami baru dua bulan, namun elektabilitas SS-JL terus meroket," jelasnya. "Kita hargai hasil survei ini, namun semua hanya berupa prediksi, karena nantinya akan kembali pada pilihan rakyat," kata dia.
Pemilih Lihat Figur dan Program
Pengamat Politik dan Pemerintahan Sulut, Dr Jerry Paat mengatakan, tingginya elektabilitas biasanya itu tergantung figur dari pasangan calon. Biasanya ini dilihat karena faktor figur, ada penilaian tersendiri dari masyarakat tentang figur. Misalnya dia rajin turun lapangan menemui masyarakat (blusukan), tapi persoalannya apakah Joune Ganda ini rajin turun atau tidak. Itu tidak bisa dilihat jika tanpa adanya survei di lapangan.
Kalau survei mengatakan bahwa dia rajin bertemu dengan konstituen berarti elektabilitasnya tinggi. Hanya pertanyaannya ketika dia turun ke masyarakat, apa yang dia berikan? Apakah masyarakat melihat soal programnya atau ada ‘sesuatu’ yang dia berikan.
Jadi elektabilitasnya ini tergantung apa penilaian dari masyarakat. Tidak mungkin masyarakat senang dengan calon kalau mereka tidak mendapatkan sesuatu yang dia berikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat senang dengan dia, itulah yang meningkatkan elektabilitasnya.
Selain itu, saya mengamati di sini faktor partai sekarang agak kurang diminati oleh masyarakat. Banyak partai sekarang yang kurang dipercaya masyarakat.
Kalau penilaian karena melihat partai saya rasa masyarakat tidak lagi menjadi faktor yang utama, masyarakat lebih melihat figur dari paslon saat ini khususnya dalam menentukan pilihan di pilkada nanti.
Jadi pada intinya, dalam meningkatkan elektabilitas paslon saat ini faktor figur dan program yang dia sodorkan akan lebih memberikan pengaruh kepada pemilih. Untuk meningkatkan elektabilitas, paslon harus lebih mengutamakan program dan kebutuhan masyarakat di lapangan. (Tim Tribun Manado)